Sebelumnya
penulis menekankan bahwa wilayah yang menjadi daerah tujan geowisata tidak
harus menjadi sebuah geopark.
Cukuplah bahwa suatu wiyah memiliki keindahan, keaslian, keunikan berupa
bentang alam geologi yang bernilai untuk dikunjungi sebagai daerah tujuan
wisata. Akan tetapi lebih bagus pula jika suatu kawasan geowisata tersebut
merupakan sebuah kawasan geopark.
Karena, sebuah geopark yang resmi
tentu sudah melewati tahap-tahap asesment,
atau penilaian dengan standarisasi ketat dari berbagai organisasi yang
berwenang.
|
Hangzhou Daming Geopark, Sumber : pixabay.com |
Menurut
konsep Eroupean Geopark Network(EGN),
geopark didifinisikan sebagai kawasan
dengan batas yang didefinisikan secara baik yang terdiri dari wilayah luas yang
memungkinkan pembangunan lokal berkelanjutan, pada aspek ekonomi, sosial,
budaya dan lingkungan.
Sedangkan
UNESCO (2006) medefinisikan geopark
sebagai wilayah kawasan lindung berskala nasional yang mengandung sejumlah
situs warisan geologi penting, yang memiliki daya tarik keindahan dan
kelangkaan tertentu, yang dapat dikembangkan sebagai bagian dari konsep
integrasi konservasi, pendidikan dan pengembangan ekonomi lokal.
Dari
beberapa konsep diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa konsep geopark merupakan konsep penataan
kawasan ruang lindung, serta sebuah merupakan kesempatan untuk mencapai pembangunan
berkelanjutan.
Baca Juga artikel mengenai geowisata sebagai daya tarik wisata minat khusus
Kunci
penting dalam pembagunangeoparka
adalah pengembangan ekonomi lokal dan perlindungan lingkungan alam.
Geopark
dalam kegiatan geowisata juga dapat dijadikan sebagai wahana dalam penyampaian
pengetahuan geologi kepada masyarakat dan wisatawan. kunci penting dalam
manajemen geopark adalah kesadaran
masyarakat dalam menjaga lingkungan yang menjadi warisan geologi, hingga
tercapai geokonservasi berbasis pada kearifan lokal.
Oleh
karena itu, selain upaya konservasi secara langsung. Pendidikan juga merupakan
elemen penting yang harus terdapat dalam pengelolaan geopark. Tujuan geopark adalah
untuk mengeksplorasi, mengembangkan, dan merayakan hubungan antara warisan geologi, dan
semua aspek kawasan lindung, budaya, dan warisan tak berwujud.
Oleh
karena itu, dalam geopark tidak hanya
terdapat warisan geologi, melainkan juga warisan budaya arkeologi , dan
biodiversiti (Setyadi, 2012).
Untuk dapat bergabung dalam wadah Global Geopark Nerwork (GGN), UNESCO
menetapkan beberpa kriteria yang sebelumnya harus dipenuhi.
Namun jika geopark tidak memenuhi semua kriteria yang ditatapkan untuk menjadi
GGN, akan direkomendasikan lagi oleh GGN, beberapa langkah perlu diklakukan
untuk memastikan bahwa kriteria standar GGN tetap ditaati (UNESCO).
Kriteria Geopark
yang ditetapkan GGN meliputi : (1) Luas kawasan cukup untuk menampung kegiatan geopark; (2) Pembentukan manajemen dan pelibatan
masyarakat lokal dalam tata kelola; (3) Pengembangan ekonomi lokal; (4) Pendidikan
untuk masyarakat umum, konservasi dan perlindungan (5) Geopark tersebut harus dalam jaringan global geopark atau jaringan regional. Guidelines and Criteria for National
Geoparks Seeking UNESCO’s Assistance to Join the Global Geopar-ks Network,
menyebutkan beberapa kriteria geopark sebagai berikut :
1.
Ukuran dan Parameter Daerah
Ukuran dan parameter
daerah yang akan menja-di kawasan geopark harus memiliki
batas yang jelas dan luas
permukaan yang cukup besar untuk dapat mencakup aktivitas pengembangan budaya dan
ekonomi lokal.
Selain itu juga harus terdapat sejumlah situs warisan geologi yang penting
dan Berskala internasional, yang langka dan memiliki nilai ilmiah, serta keindahan.
Selain
bersifat geoheritage,
unsur non‐geologi atau warisan lainnya juga
terintegrasi sebagai
bagian dari geoparkcontohnya
kearifan tata budaya masyarakat lokal sekitar.
Contohnyakawasan
wisata taman alam batuan tua Ciletuh di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat
mendapatkan sertifikat sebagai Geopark
Nasional dari Komite Nasional Indonesia untuk UNESCO dan Kementerian ESDM pada
tahun 2015 lalu karena telah memenuhi sejumlah persyaratan untuk sebuah taman
bumi atau geopark.
Kawasan seluas 120 ribu hektar ini memenuhi
persyaratan sebagai geopark, karena
memiliki keragaman fenomena geologi, memiliki keragaman biologi, dan memiliki
keragaman budaya (www.voaindonesia.com).
Ciletuh memiliki
potensi daya tarik wisata yang sangat sangat komplit. Wisatawan disuguhkan berbagai
daya tarik seperti : hamparan pemandangan sangat menakjubkan, mulai dari air
terjun (curug), batuan purba, sungai, sawah dan gugusan pegunungan dan luasnya
lautan.
2.
Manajemen Pengelolaan
Prasyarat untuk
setiap usulan geopark adalah adanya
pembentukan badan manajemen dan sebuah rencana pembangunan yang komprehensif.Pendekatan
manajemen umumnya dalam bentukkomite koordinasi
yang bertindak untuk mempertemukan para
pemangku kepentingan utama yang
bertanggung jawab untuk pengembangan sektor masingmasing, bekerja sebagai sebuah tim dengan cara
yang lebih terintegrasi.
Salah satu faktor kunci keberhasilan dalam inisiatifuntuk membuat geopark adalah keterlibatan pemerintah lokal dan masyarakat dengan komitmen dukungan yang
kuat dari pemerintah pusat.
3.
Pengembangan Ekonomi
Salah satu tujuan strategis utama dari pembentukan
geopark adalah untuk merangsang
kegiatan ekono-mi dan mempromosikan pembangunan berkelajuta
Seperti halnya
tujuan pariwisata yang selalu digadang-gadang menjadi pilar pembangunan ekonomi
nasional.Untuk alasan ini,
geopark akan
menstimulasi, antara lain: penciptaan suatu
kegiatan usaha lokal yang inovatif, pusat bisnis skala kecil, industri rumahan dan kursus pelatihan yang berkualitas dan pembukaan lapangan pekerjaan baru untuk mendukung pembangunan
sosial dan ekonomi lokal, kususnya melalui pengelolaan geowisata.
Mencontoh pengelolaan
Geopark Gunung Api Purba di GeowisataNganggeran,
100 persen pengelola adalah masyarakat lokal sendiri. Hal ini ditujukan untuk
mengoptimalkan manfaat pengelolaan geopark
untuk pengembangan ekonomi lokal. Terbukti pengelolaan Gunung Api Purba
Nganggeran mampu memicu pertumbuhan ekonomi desa yang cukup signifikan (Hermawan, 2016).
4.
Aspek Pendidikan
Geowisata merupakan
salah satu motif wisata berbasis edukasi seperti yang pernah diungkapkan Cohen
(2008), bahwa pendidikan
dan pariwisata merupakan dua hal yang berbeda, tetapi keduanya dapat saling
bersinergi dan saling melengkapi. Proses pendidikan yang dilaksanakan dalam
aktivitas wisata merupakan metode pembelajaran yang aktif dan kreatif, serta
merupakan alternatif metode belajar yang efektif.
Pengelolaan geopark
menjadi goewisata yang bernilai edukasi serta dapat menjadi sarana menumbuhkan
rasa kebanggaan dan kecintaan terhadap kakayaan alam dan bangsa.
Dalam pengemasan wisata yang bermuatan edukasi, memperoleh pendidikan dan pembelajaran
merupakan hal utama yang harus ditawarkan pengelola kepada wisatawan sebagai
nilai jual.
Geopark harus menyediakan dan mendukung peralatan dan kegiatan untuk pengembangan
ilmu peng-etahuan, terutama pengetahuan geo-science dan ko-nsep perlindungan lingkungan kepada publik. Beberapa infrastruktur dasar, seperti pusat informasi, museum sejarah dan
pengetahuan alam, dan pengembangan rute geotrack untuk kepentingan studi lapangan
sangat penting untuk mendukung pendidikan publik.
5.
Apek Konservasi dan Perlindungan
Selain sebagai
kawasan lindung, geopark adalah
sarana pembangunan sosio-ekonomi lokal.
Otoritas pengelola
kawasan geopark bertanggung jawab untuk memastikan bahwa perlindungan dari warisan
geologi dilaksanakan sesuai dengan nilai‐nilai tradisi lokal dan sesuai dengan ketentuan
peraturan yang berlaku.
Pencagaran fenomena
geologi yang unik dan bernilai historis sangat diperlukan dalam pengelolaan
geowisata atau geopark. Sebab bentuk
alamiah seperti apapun sangat mudah rusak jika tidak dilakukan perawatan dan
pencagaran dengan baik dan benar. Seperti disebutkan dalam kriteria daya tarik
wisata alam pada bab sebelumnya bahwa daya tarik wisata alam memiliki
karakteristik yang mudah rusak dan tidak tergantikan, maka pengelolaan untuk
kegiatan pariwisata hendaknya dilakukan secara hati-hati.
Pola pengembangan
pariwisata yang cocok untuk diterapkan adalah pola pengembangan yang berkelanjutan.Pembangunan berkelanjutan
adalah pembangunan untuk memenuhi kebutuhan hidup saat ini tanpa merusak atau
menurunkan kemampuan generasi mendatang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (World Commission on Environmenoutal
and Development, 1987).
Piagam pariwisata
berkelanjutan juga telah menekankan, bahwa pariwisata harus didasarkan pada
kriteria yang berkelanjutan yang intinya adalah pembangunan harus didukung
secara ekologis dalam jangka panjang dan sekaligus layak secara ekonomi, adil
secara etika dan sosial terhadap masyarakat lokal (Arida, 2006).
Konsep pariwisata
berkelanjutan yaitu :
a. Kegiatan kepariwisataan tersebut dapat memberikan manfaat ekonomi terhadap
masyarakat setempat
b. Kegiatan kepariwisataan tersebut tidak merusak lingkungan
c. Kegiatan kepariwisataan tersebut bertanggung-jawab secara sosial
d. Kegiatan kepariwisataan tersebut tidak bertentangan dengan budaya
setempat.
Dahuri dkk., (1996) menyebutkan bahwa secara
ekologis terdapat tiga persyaratan yang dapat menjamin tercapainya pembangunan
berkelanjutan, yaitu: (i) keharmonisan spasial; (ii) kapasitas asimilasi; dan
(iii) pemanfaatan berkelanjutan
Keharmonisan spasial (spatial suitability)
mensyaratkan, bahwa dalam suatu wilayah pembangunan memiliki tiga zona, yaitu
zona preservasi, konservasi dan pemanfaatan (utlilization), wilayah pembangunan
hendaknya tidak seluruhnya diperuntukkan bagi zona pemanfaatan, tetapi juga
dialokasikan untuk zona preservasi dan konservasi. Pembangunan fasilitas pendukung pariwisata sebaiknya
dilakukan di luar zona inti pencagaran, dan dilakukan secara minimal agar tidak
memngganggu keserasianya dengan lingkungan, mencegah kerusakan alam, polusi
lingkungan dan pemandangan hingga hal-hal yang berpotensi mengganggu lainya
(Hary Hermawan, 2017).
Kapasitas
asimilasi, adalah tinjauan mengenai sejauh mana alam mampu menerima aktifitas
pembangunan tanpa menimbulkan dampak kerusakan, atau tercemar.
Sedangkan pemanfaat
berkelanjutan adalah, pemanfaat dengan model kelola yang bijaksana. Yaitu
dikelola secara optimal, bukan maksimal. Optimal berarti mengambil dan memakai
sumber daya alam secara hati-hati, bijak, dan proporsional. Beragamnya
kondisi geologi Indonesia menyebabkan banyak ditemukannya potensi kandungan mineral-mineral
berharga yang dapat memancing oknum tidak bertanggung jawab untuk mengambil dan
merusak lingkungan disekitarnya dengan melakukan penambangan liar.
6.
Kerjasama Jaringan Global
Sebagai anggota
GGN, geopark memiliki keuntungan
untuk menjadi bagian dari jaringan global yang menyediakan platform cooperation
dan mekanisme tukar-menukar ahli dan praktisi bidang geologi. Di bawah payung UNESCO, situs geologi lokal dan nasional dapat memperoleh pengakuan di
seluruh dunia dan mendapatkan keuntungan melalui aktivitas pertukaran pengetahuan
dan keahlian antara anggota Global Geoparks Network (GGN) (UNESCO, 2006).