Thursday, July 18, 2024

Augmented Reality: Meningkatkan Pengalaman Wisata dengan Teknologi Mutakhir

Gambar AI Dibuat dengan https://www.artguru.ai/id/


Pariwisata
Sebagai salah satu sektor ekonomi paling dinamis dan penting di dunia, pariwisata terus mengalami transformasi seiring dengan perkembangan teknologi. Keberhasilan suatu destinasi wisata tidak lagi hanya bergantung pada keindahan alam atau kekayaan budayanya saja, namun juga kemampuannya dalam menawarkan pengalaman unik dan interaktif kepada pengunjungnya. Dalam hal ini, teknologi Augmented Reality (AR) muncul sebagai salah satu inovasi yang dapat mengubah cara kita menikmati destinasi perjalanan.

Apa itu augmented reality? 
Augmented reality adalah teknologi yang memungkinkan pengguna untuk melihat versi dunia nyata yang “ditingkatkan”, yaitu objek digital terintegrasi secara mulus dengan objek fisik. AR menggabungkan dunia nyata dan virtual dengan menambahkan elemen digital seperti video, gambar atau teks dalam format 2D atau 3D ke lingkungan fisik. Pengguna mungkin mendapat kesan bahwa objek virtual berada di dekatnya, sehingga menciptakan pengalaman yang lebih kaya dan interaktif.

Jenis augmented reality
Teknologi AR dapat dibagi menjadi dua kelompok utama: berbasis penanda) dan tanpa penanda (markerless ). AR berbasis penanda memerlukan gambar atau objek tertentu sebagai penanda untuk menampilkan elemen virtual. Sementara itu, AR tanpa penanda tidak mengandalkan penanda fisik melainkan menggunakan teknologi seperti GPS, kompas, dan sensor lainnya untuk menampilkan elemen virtual.

Augmented reality dalam pariwisata
Penggunaan teknologi AR dalam industri pariwisata membawa dimensi tambahan pada pengalaman wisatawan. Contohnya adalah diorama Arsip Yogyakarta, dimana AR digunakan untuk memperkaya model dengan elemen virtual yang informatif dan interaktif. Teknologi ini memungkinkan pengunjung berinteraksi dengan elemen virtual yang ditampilkan dalam lingkungan fisik diorama, sehingga menciptakan pengalaman yang lebih mendalam. Setiap diorama dilengkapi dengan informasi kontekstual yang menjelaskan makna dan sejarah objek atau adegan yang disajikan, membantu pengunjung memperdalam pemahamannya.

AR membantu wisatawan mengakses informasi berharga dan meningkatkan pengetahuan tentang tujuan atau lokasi wisata. Penggunaan AR untuk memamerkan ikon daya tarik wisata atau monumen dapat meningkatkan pengalaman pengunjung, memperluas pemahaman budaya dan sejarah, serta mendorong partisipasi dan keterlibatan mereka.

Dampak AR terhadap pengalaman wisatawan
Penelitian Akilah Diva Maharani, Mona Erythrea Nur Islami dan Hary Hermawan menunjukkan penggunaan teknologi AR memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap pengalaman berwisata di museum. 
Hasil uji regresi linier sederhana dan uji t menunjukkan bahwa AR memberikan dampak positif terhadap pengalaman wisatawan dengan pengaruh yang kuat. Uji koefisien determinasi menunjukkan bahwa penggunaan AR memberikan pengaruh sebesar 69,3% terhadap pengalaman wisatawan, sedangkan sisanya sebesar 30,7% dipengaruhi oleh faktor atau variabel lain.
Penggunaan teknologi Augmented Reality (AR) dalam pariwisata museum tidak hanya membuka peluang baru untuk meningkatkan interaksi dan keterlibatan dengan wisatawan, namun juga membawa dimensi baru dalam penyajian informasi tentang budaya dan sejarah.
Dengan menggabungkan elemen fisik dan virtual, AR dapat menciptakan pengalaman perjalanan yang lebih menyenangkan, interaktif, dan kaya. Seiring kemajuan teknologi, AR berpotensi menjadi alat penting dalam upaya meningkatkan daya tarik dan kesuksesan destinasi perjalanan masa depan.


Editor Hary Hermawan

Wednesday, June 12, 2019

Geowisata : Peran Interpreter (Pemandu) dalam Kegiatan Wisata Geologi


Wisatawan berkualitas tentu menuntut akan perolehan manfaat yang didapat berupa pengalaman berrkualitas serta wawasan baru yang selama berwisata. Oleh karena itu, dalam geowisata dituntut adanya pelayanan yang prima, yaitu pelayanan mampu memenuhi harapan wisatawan akan perolehan pengalaman berharga dan informasi/edukasi terkait destinasi alam yang dikunjunginya.
Dalam pariwisata geologi, justru gejala alam yang berbahaya bisa menjadi daya tarik, seperti dalam artikel berikut.
Salah satu langkah yang dapat diwujudkan pengelola geowisata dalam mewujudkan pelayanan prima kepada wisatawan dengan cara mamenyediakan interpreter-interpreter atau pemandu wisata khusus yang berkualitas. Trecking, atau pendakian gunung yang dilakukan wisatawan tentu akan terasa biasa saja tanpa adanya seorang intrepreter yang akan menjelaskan mengenai kenapa, dan bagaimana batuan atau fenomena alam dalam volcanotrekking terjadi, tentunya dengan interpretasi ilmiah sehingga dapat menjadi tambahan ilmu bagi wisatawan.

interpreter sedang memandu wisatawan
Ilustrasi: Seorang interpreter sedang memandu wisatawan
Ada beberapa point yang perlu diperhatikan dalam inteprestasi atau memandu wisatawan, diantaranya :
1.         Pemilikan informasi faktual yang memadai, hasil penelitian ataupun dari sumber tertulis, maupun dari sumber yang tidak dibukukan, seperti kepercayaan yang tumbuh dalam masyarakat, persepsi masyarakat tentang sesuatu, serta informasi teknis tentang objek.
2.         Kemampuan untuk mengungkap kebenaran melalui informasi yang dimiliki.
3.         Pemanfaatan informasi untuk menunjukkan keterkaitan antara objek yang sedang diinterpretasi dengan para wisatawan. Keterkaitan ini berbeda untuk kelompok wisatawan yang berbeda, misalnya antara anak-anak dengan manusia dewasa, atau antara wisatawan Jepang dengan wisatawan Eropa atau domestik. Mengkaitkan sesuatu yang ditafsirkan dengan keseharian kelompok wisatawannya
4.         Kemampuan untuk membujuk agar wisatawan menjadi tertarik, melalui keterampilan dan media komunikasi untuk menarik perhatian. Interpreter harus memiliki pemahaman tentang ketertarikan (interest) wisatawan.
5.         Menyampaikan penafsiran secara utuh, tidak memberikan kesan bahwa kita hanya sekedar tahu tetapi paham betul tentang apa yang sedang ditafsirkan.
Beberapa pedoman bagi seorang interpreter geowisata diantaranya :
1.         Ikutilah perkembangan berita terkini baik berita lokal maupun global, termasuk berita-berita isu lingkungan.
2.         Bawalah selalu peralatan interpreteran seperti buku catatan lapangan, buku referensi, P3K dan lain-lain.
3.         Berilah motivasi pada wisatawan tentang pentingnya isu-isu lingkungan, baik secara lokal maupun global, dengan demikian kunjungan ke tempat wisata alam (eco-site) menjadi batu loncatan terhadap upaya konservasi dan berpikir rasional dalam memanfaatkan sumber daya alam, baik di dalam maupun di luar.
4.         Membantu memantau dampak-dampak terhadap lingkungan, termasuk kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan wisata.
5.         Meningkatkan teknik interpreter dan pengetahuan umum. Sebagai contoh, setiap bulan memberikan laporan resmi pada organisasinya masing-masing berkaitan dengan perkembangan subyek di lapangan.
6.         Jangan ragu-ragu untuk menengahi atau memberi tahu dengan sopan dan baik apabila terlihat wisatawan melakukan interaksi dengan alam/objek yang bersifat merusak/mengganggu untuk mencegah dampak yang lebih besar.
7.         Belajarlah untuk berkata “saya tidak tahu” . Hal yang lebih penting adalah bukan hanya seberapa banyak yang diketahui, tetapi seberapa baiknya interpreter menyampaikan informasi pada wisatawan.
8.         Jangan terlalu muluk berjanji pada wisatawan. Sebagai contoh, hari ini kita bisa melihat lumba-lumba, atau kita akan melihat penyu, atau satwa lain di habitatnya, karena fenomena alam itu tidak passti.
9.         Pakailah perasaan dan berbuatlah jujur.
10.     Interpreter adalah pemimpin dan model panutan. Sebagai contoh, jika interpreter tidak membuang sampah sembarangan, mungkin wisatawan pun akan menirunya dan mencoba menghargai alam.
11.     Berilah pujian atau penghargaan dengan tulus daripada hanya berkata basa-basi.
Hal-hal yang dapat diinterpretasikan oleh interpreter saat sedang menjalankan tour edukasi di destinasi geowisata :
1.         Menjelaskan suasana , bentang alam dan lokasi yang dijadikan destinasi geowisata, beserta proses terbentuknya bentang alam, unsur-unsur pembentunya atau manfaatnya bagi kehidupan dan lain sebagainya.
2.         Ekosistem alam, hewan tumbuhan dan sebagainya (fungsi, peran, ancaman terhadap habitat dan populasinya).
3.         Menumbuhkan rasa empati wisatwan, misalnya jika manusia berada dalam kondisi atau situasi ancaman dan kehancuran seperti pada adanya bencanadi taman geologi yang sedang dikunjungi.
4.         Mengajukan pertanyaan yang bersifat memancing wisatawan, contohnya :“Bagaimana sikap kita dalam melestarikan warisan geologi ini?”
Tingkatan penyampaian pesan kepada wisatawan juga perlu menjadi perhatian seorang intepreter, tingkat penyampaian pesan meliputi :
1.      Tingkat pendekatan, lakukan aktivitas untuk menarik perhatian wisatawan, salah satunya adalah dengan perkenalan, diskusi, atau permainan.
2.      Tingkat pengalaman, ajaklah wisatawan untuk merasakan ke lima indera perasa. Contohnya adalah mempersilahkan wisatawan untuk mengamati dan menikmati keindahan batuan gunung berapi.
3.      Tingkat menemukan dan tertarik, pengujung sadar akan sesuatu. Salah satu caranya adalah bertanya pada mereka.
4.      Tingkat Interpretasi, seorang interpreter harus menjawab pertanyaan dengan ilmu pengetahuan dan informasi yang ada. Interpreter memberikan pengalaman yang berkesan kepada wisatawan, sehingga pengalaman itu tertanam dalam pikiran wisatawan.
5.      Tingkat Pengembangan, bila setelah program wisatawan merubah pola hidupnya, maka itu berarti seorang interpreter telah melakukan interpretasi dengan hebat. “Mereka memahami bahwa batuan dan  harus dilindungi dan dilestarikan, mengingat besar fungsi dan manfaatnya bagi kehidupan’’.
Kesimpulan dapat diambil bahwa : “Interpreter wisata memiliki peran yang sangat vital bagi kepuasan dan pengalaman berkunjung wisatawan, menjaga keselamatan wisatawan dari faktor risiko alam dan kecelakaan, serta berkewajiban dalam menumbuhkan kesadaran wisatawan dalam menjaga keberlanjutan lingkungan alam.”