Secara teoretikal-idealis, antara
dampak sosial dan dampak kebudayaan dapat dibedakan. Namun demikian, Mathieson
dan Wall menyebutkan bahwa “there is no
clear distinction between sosial and cultural phenomena,” sehingga sebagian
besar ahli menggabungkan dampak sosial dan dampak budaya pada pariwisata ke
dalam judul dampak sosial-budaya pariwisata.
Penelitian tentang dampak
pariwisata terhadap sosial-budaya, hendaknya tidak memandang masyarakat sebagai
sesuatu yang “internality totally
integrated entity”, melainkanharus juga dilihat segment segment yang ada,
atau melihat interest groups, karena dampak terhadap kelompok sosial yang satu
belum tentu sama, bahkan bisa bertolak belakang dengan dampak terhadap kelompok
sosial yang lain.
 |
Tari Pendhet sebagai Aset Sosial-Budaya Indonesia, Sumber : id.wikkipedia.com |
Demikian juga mengenai penilaian
tentang positif dan negatif sangat sulit digeneralisasi untuk menilai perubahan
masyarakat, kareana penilaian positif dan negatif tersebut sudah merupakan
penilaian yang mengandung nilai (value
judgement), sedangkan nilai tersebut tidak selalu sama bagi segenap
kelompok masyarakat. Artinya, dampak positif dan negatif perlu dipertanyakan,
“positif untuk siapa dan negatif untuk siapa?”
Menilai dampak sosial-budaya
pariwisata terhadap kehidupan masyarakat lokal merupakan pekerjaan yang sulit
terutama dalam segi metodologis karena banyaknya faktor kontaminasi yang turut berperan
seperti diatas.
Walaupun menilai dampak
sosial-budaya pariwisata merupakan hal yang sulit namun, sutdy tentang dampak
sosial-budaya pariwisata selama ini dasumsikan bahwa akan terjadi perubaha
sosial budaya akibat kedatangan wisatawan, dengan tiga asumsi yang umum yaitu:
1.
Perubahan
dibawa akibat adanya intrusi dari luar, umumnya dari sitem sosial-budaya yang
superordinat terhadap budaya penerima yang labih lemah
2.
Perubahan
tersebut umumnya destruktif bagi budaya indigenous
3.
Perubahan
akan membawa homogenisasi budaya, dimana identitas etnik lokal akan tenggelam
dalam bayangan sitim industri dengan teknologi barat, birokrasi nasional dan
multinasional, konsumtif dan a
consumer-oriented economy, dan jet-age
life styles
Richardson & Fluker (2004) mengelompokan dampak pariwisata terhadap
sosial-budaya yang diklasifikasikan sebagai berikut :
1.
Dampak
terhadap struktur populasi
Meningkatnya aktifitas pariwisata di suatu daerah
tujuan pariwisata memerlukan tenaga untuk menjalankan usaha pariwisata dan
memberikan pelayanan yang diperlukan wisatawan.
Sebagaian dari tenaga kerja tersebut mungkin berasal
dari penduduk lokal yang emutuskan untuk berganti pekerjaan dari sektor lain ke
pariwisata. sebagaian penduduk lain mamutuskan untuk tetap bertahan tinggal di
sekitar daerah tersabut meskipun tidak terserap menjadi tenaga kerja sektor
pariwisata dibanding harus pindah ketempat lain karena keterbatasan peluang
kerja. Kemungkinan lainya adalah datangnya penduduk yang berasal dari daerah
lain yang kebetulan bekerja di daerah tersebut karena pariwisata.
Hasilnya adalah perubahan jumlah populasi dan
mengubah kompisisi penduduk. Perkerja industri pariwisata umumnya berkisar
antara 20 sampai 40 tahun, sehingga komposisi penduduk di daerah tersebut
bergeser, kepadatan penduduk per kilometer persegi juga kemungkinan meningkat.
Pendatang ataupun imigran menjadi positif dalam kasus kurangnya tenaga kerja
namun menjadi negatif jika malah manambah tingkat pengangguran.
2.
Transformasi
struktur mata pencaharian
Peluang kerja di sektor pariwisata memiliki beberapa
kelebihan dibanding sektor industri lainya. Hal ini sangat menarik minat orang
dari profesi dan daerah lain untuk pindah ke sektor pariwisata. Dampak
tranformasi struktur mata pencaharian positif jika menambah penghasilan namun
negatif jika mata pencaharian sektor tradisional hilang akibat pengembangan
pariwisata.
3.
Tranformasi
tata nilai
Meningkatnya pospulasi dengan datangnya orang yang
mempunyai attitude berbeda-beda dapat
menyebabka terjadinya percampuran tata nilai di daerah tujuan wisata tersebut.
Tranformasi dapat mengambil beberapa bentuk seperti berikut;
a.
Efek
peniruan (demonstration effect /
homogenisasi)
Hal ini merupakan nama lain dari proses alkulturasi
sebuah teori yang mengasumsikan bahwa ketika dua kebudayaan berinteraksi maka
kebudayaan yang dominan akan mengalahkan kebudayaan yang lebih lemah sehingga
membawa perubahan pada kebudayaan yang lebih lemah tersebut. Perubahan yang
terjadi dapat berakibat positif (bermanfaat) seperti meningkatnya ilmu
pengetahuan dan teknologi, meningkatnya tata nilai atau etika yang lebih baik,
dapat juga berakibat negatif (merugikan) seperti hilangnya kearifan lokal atau
degradasi budaya, adanya persamaan gaya hidup antara wisatawan dan masyarakat
lokal akibat adanya peniruan.
b.
Marginalisasi
Orang yang termarginalisasi (dalam konteks
pariwisata) merupakan individu yang menolak asimilasi secara penuh kebudayaan
yang dibawa wisatawan ke dalam kehidupan sehari-hari.
Orang yang termarginalisasi tidak mengadopsi
seperangkat norma dan standar yang telah diterima oleh kedua kebudayaan.
Tingkah lakunya dianggap menyimpang oleh kedua kebudayaan (wisatawan dan
penduduk lokal) mengakibatkan terpisahnya individu tersebut dari kedua
kebudayaan tersebut.
c.
Komoditifikasi
kebudayaan
Komoditifikasi kebudayaan adalah kegiatan menjual
kebudayaan menjadi paket wisata untuk dijual dengan cara menyesuaikan waktu dan
keinginan wisatawan tetapi melupakan tujuan utama atau sakralnya kebudayaan itu
sendiri.
4.
Dampak
yang terjadi pada kehidupan sehari hari
Pariwisata selain bermanfaat secara ekonomi dan
budaya, pariwisata juga dapat menimbulkan dampak pada kehidupan masyarakat
sehari-hari misalnya
a.
Dampak
positif jika pengembangan pariwisata mengakibatkan meningkatnya mobilitas
sosial, namun menjadi negatif jika pariwisata menimbulkan terlalu sesaknya orang
akibat kunjungan wisatawan
b.
Pengembangan
pariwisata positif jika aksebilitas masyarakat semakin baik, namun menjadi
negatif jika menimbulkan kemacetan lalu-lintas. Atau akses ke fasilitas publik
lainya.
c.
Penggunaan
infrastruktur pariwisata menjadi positif jika ramah lingkungan dan menimbulkan
manfaat bagi masyarakat sekitar namun penggunaan infrastruktur yang berlebihan
juga terkadang membawa masalah bagi masyarakat sekitar.
Energi
seperti air mungkin tidak mampu mendukung perkembangan pariwisata yang terlalu
cepat dan tidak lagi dapat memenuhi konsumsi masyarakat sehingga menimbulkan
polusi, masalah kesehatan, ketidaknyamanan bagi warga sekitar. Hal ini
berimplikasi pada penolakan warga dan menimbulkan konflik antara pengelola dan
masyarakat umum.
d.
Pengembangan
pariwisata positif jika dapat menambah fungsi sosial tanah namun menjadi
negatif jika pengambilan lahan untuk pembangunan akomodasi dan fasilitas wisata
akan mengurangi manfaat sosial dari lahan yang sebelumnya digunakan oleh
masyarakat sekitar.
e.
Pengembangan
pariwisata berkontribusi positif jika dapat memacu perkembangan sektor usaha
lain namun menjadi negatif jika pengembangan pariwisata mengakibatkan
masyarakat lokal kehilangan manfaat dari usaha lain akibat pembangunan
pariwisata.
f.
Polusi
desain arsitektur
Fasilitas wisata yang dibangun dengan desain
arsitektur yang kontras dengan budaya dan kearifan lokal yang ada di masyarakat
dapat mengakibatkan masalah sosial antara investor, pengelola dan masyarakat.
g.
Kejahatan
kepada dan oleh wisatawan
5.
Dampak
terhdap individu dan keluarga
Dampak positif dan negatif pengembangan pariwisata
terhadap individu dan keluarga meliputi:
a.
Meningkatkan
peluang berwisata, sedangkan dampak negatifnya adalah adanya perubahan ritme
kehidupan sosial dan kemasyarakatan penduduk lokal
b.
Bertambahnya
interaksi sosial karena banyak bertemu orang, sedangkan dampak negatifnya
adalah kemungkinan hilang atau berkurangnya ikatan pertemanan yang penting
c.
Meningkanya
kualitas hidup, sedangkan dampak negatifnya adalah Peningkatan persepsi
terhadap bahaya kriminalitas
d.
Meningkatkan
kemampuan berbahasa, sedangkan dampak negatifnya adalah hilangnya bahasa daerah
e.
Peningkatan
sikap terhadap pekerjaan kesantunan dan tatakrama, sedangkan dampak negatifnya
adalah masyarakat lokal malah muncul rasa takut untuk bertemu orang asing (xenophobia).
Sedangkan dalam hal dampak
pariwisata terhadap budaya lokal, WTO 1980 dalam I. G. Pitana & Putu, (2009) menyebutkan
beberapa dampak positif dan negatif. Dua diantara beberapa dampak tersebut
adalah.
1.
Berkembang
atau hilangnya kebudayaan lokal
Pariwisata dapat memicu berkembanganya kesenian dan
tradisi lokal seperti tari, seni lukis, seni patung dan munculnya kelompok-
kelompok kesenian lokal sebagainya. Namun ada kumungkinan pariwisata justru
menggilas kebudayaan digantikan oleh kebudayaan impor, atau jika masih bertahan
berkemungkinan menjadi kebudayaan atau kesenian yang berorentasi komersial,
dijual demi uang semata.
2.
Perlindungan
atau perusakan terhadap aset budaya/monument sejarah
Pengelolaan pariwisata dapat
memacu kesadaran akan lingkungan alam dan aset budaya/monument sejarah yang
terletak di kawasan tersebut. Namun terkadang keberadaan pariwisata justru
menjadi pemicu perusakan dan degradasi kualitas aset budaya tersebut
Untuk itu, dalam meneliti dampak
sosial-budaya, hendaknya peneliti menggunakan persepsi masyarakat lokal sendiri
untuk mengukur dampak sosial-budaya pengembangan geowisata. Secara kualitatif masyarakat dapat merasakan
perubahan kualitas hidup, adanya pertukaran sosial-budaya yang bernilai ataupun
sebaliknya berpendapat bahwa pariwisata dapat menyebabkan perubahan nilai-nilai
tradisional atau budaya di masyarakat.
 |
Matrik Evaluasi Dampak Sosial Pariwisata, Sumber: Hary Hermawan |