Membangun UMKM Melalui Kolaborasi: Pelatihan Pemasaran Produk Wedang Uwuh dan Olahan Talas
Foto Bersama Peserta Pelatihan dan Mahasiswa KKN STP AMPTA |
Merupakan media untuk berbagi informasi, konsultasi, belajar dan diskusi terkait pengembangan kepariwisataan Indonesia
Foto Bersama Peserta Pelatihan dan Mahasiswa KKN STP AMPTA |
Tim PKM Bersama Pengelola dan Tokoh Masyarakat Setempat |
Komitmen Kerjasama El Farm dan STP AMPTA |
Peserta Kegiatan PKM di El Farm |
Kalurahan Jogotirto kapanewon Berbah kabupaten Sleman merupakan wilayah persawahan yang subur dengan hasil pertanian yang memadai memberi kenyamanan kesejahteraan bagi warganya. Namun dibalik bentangan sawah menghijau ternyata Kelurahan Jogotirto menyimpan pesona destinasi wisata yang menarik untuk dikunjungi. Ada Lava Bantal, situs Candi Abang dan situs Goa Sentono merupakan petilasan era Hindu Buda pembangunannya sekitar abad ke 7, gua jepang sebagai tempat pertahanan dan gudang amunisi saat penjajahan Jepang, Gunung suru yang secara mistis diyakini sebagai istana tuyul, juga ada monumen UFO yang diakui dunia satu satunya yang ada di Indonesia karena pada awal tahun 2011 terbentuk crop circle di persawahan yang diyakini merupakan jejak pesawat UFO.
Selain wisata alam tersebut banyak kreativitas dari masyarakat yang layak untuk dikunjungi seperti Peternakan kambing EL Farm, kerajinan batik tulis dan cap, sentra budidaya Jambu Dalhari, juga ada pengolahan residu sampah plastik menjadi BBM.
Harapannya wisatawan selain berwisata bisa sambil belajar berbagai hal sesuai minat keinginannya.
Untuk mengemas rangkaian kegiatan wisata tersebut Management Konco Dolan Eduwisata Jogotirto menyelenggarakan pelatihan pemandu wisata yg diselenggarakan pada hari Minggu 21 Mei 2023 berempat di pendopo EL Farm Konden, Jogotirto, Berbah, Sleman.
Adapun pemateri dari dosen Universitas Terbuka dan dosen AMPTA Yogyakarta.
Dalam sambutan nya Mas Nono Karsono menyampaikan bahwa berwisata itu biasanya hanya berkunjung melihat obyek wisata kulineran, membeli cinderamarta pulang. Tapi di Jogotirto dipersiapkan spot untuk wisatawan bisa berkunjung dan belajar berbagai hal. "Konsep penggabungan wisata dan belajar sesuatu hal disebut Eduwisata" Jelas mas Nono.
Dhimas Setyo Nugroho, S.Par, M.M yang juga merupakan dosen program Studi Pariwisata Universitas Terbuka dalam pemaparannya menyampaikan bahwa pengembangan daerah tujuan wisata perlu dipersiapkan dari awal berbagai aspek baik fisik maupun mental spirit pelaku usaha pariwisata yang saling berkait sehingga akan terbentuk sebuah ekosistem pariwisata yang kompak, kokoh, indah dan menarik.
Pada akhirnya wisatawan merasa senang, nyaman serta mendapatkan pengalaman ilmu baru yang berkesan.
"Harapannya mereka akan berkunjung kembali dan mengajak pelanggan baru tanpa kita promosi sendiri secara langsung" Kata Dhimas.
Juga pengembangan pariwisata harus berdasarkan konsep sapta pesona Aman, Tertib, Bersih, sejuk, Indah, Ramah Tamah, Kenangan.
"Dengan berpedoman konsep sapta pesona tersebut pengembangan destinasi wisata bisa bagus langgeng" Tambahnya.
Sedangkan Suyatno, S.IP, M.Si dosen program Ilmu Pemerintahan Universitas Terbuka menyampaikan bahwa pariwisata sangat bisa dikaitkan dengan berbagai bentuk kegiatan usaha seperti peternakan kambing EL Farm, bisa sebagai salah satu daya tarik wisatawan untuk bisa menimba ilmu tentang cara berternak serta management pengelolaan ternak kambing.
"Bila potensi ternak kambing dikelola dengan management pariwisata akan dapat mendatangkan wisatawan nantinya bisa menambah pemasukan peternak dan memberi manfaat kepada warga sekitarnya"
Sependapat dengan pemateri sebelumnya Hary Hermawan. S.Par, M.M pemerhati pariwisata sekaligus dosen Sekolah Tinggi Pariwisata AMPTA menyatakan bahwa untuk membangun sebuah pariwisata haruslah memahami esensi pariwisata dengan cara mengidentifikasi semua potensi daya tarik wisata dan mengemas semua potensi secara baik sehingga bisa menarik wisatawan untuk berkunjung pulang membawa kenangan serta ilmu yang bermanfaat.
Dan juga sebutkan bahwa ilmu pariwisata itu cakupannya sangat luas multi dimensi sehingga pengelolaan pariwisata juga harus melibatkan berbagai disiplin ilmu lintas sektoral.
"Fenomena Pariwisata adalah sangat dinamis sehingga tidak bisa hanya dipelajari secara teoritis saja harus langsung dipraktekkan di lapangan, pemandu harus cepat tanggap apa yang terjadi dilapangan bila ada kendala bisa cepat menemukan solusi".
Seusai mendapatkan teori tentang dasar pariwisata semua peserta terjun langsung praktek di lapangan memandu tamu menuju spot yang sudah di tentukan.
Kali ini ada tiga spot kunjungan sentra jambu air Dalhari krasaan, perajin batik Paksi. Id project di Karongan, juga tempat pengolahan residu sampah plastik di Rejosari residu plastik dibuat menjadi aneka kerajinan juga ada alat khusus yang bisa mengolah plastik menjadi BBM dan bahan bangunan.
(Kusnadi, KIM Berbah: Artikel otentik disini)
Kemandirian masyarakat tidak hanya bisa digaung-gaungkan tanpa praktik dalam dunia nyata. Pengolahan dan pengelolaan potensi di daerah pun tidak semata hanya dilakukan dengan jentikan jari. Begitu pula pengelolaan Desa Wisata yang harus dilakukan oleh masyarakat secara mandiri dan berkelanjutan.
Program kemandirian
masyarakat diadakan oleh Sekolah Tinggi Pariwisata AMPTA Yogyakarta dalam ranah
Pengembangan Strategi Marketing UMKM & Atraksi Wisata Desa Wisata Tepus
Gunungkidul. Kegiatan ini dilaksanakan oleh Dr. Ayu Helena Cornellia, B.A.,
M.Si sebagai Ketua Tim Pengusul dan Hary Hermawan, S.Par., M.M. sebagai anggota
pelaksana. Kegiatan
ini merupakan aktualisasi dari dana Insentif
Pengabdian Masyarakat Terintegrasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka Tahun 2022.
Ibu Nurul selaku Narasumber Sedang Menyampaikan Materi Digital Marketing |
Program Kemandirian Masyarakat ini dilaksanakan pada Minggu, 18 Desember 2022 tepatnya di Balai Kalurahan Tepus, Desa Wisata Tepus, Gunungkidul, Yogyakarta pukul 09.00 WIB. Kegiatan ini dibuka oleh Lurah Desa Tepus Bapak Hendro Pratopo, S.IP. Peserta dalam kegiatan pelatihan digital marketing Desa Wisata Tepus diikuti oleh 60 orang yang terdiri dari Pengelola Desa Wisata dan juga masyarakat sekitar pelaku UMKM.
Program kemandirian
masyarakat ini berfokus pada pengembangan pariwisata dengan memberikan
pelatihan dan pengarahan sumber daya manusia yang dimiliki untuk dapat
memanfaatkan media sosial. Pemanfaatan media sosial ini berguna untuk
menyebarluaskan informasi mengenai Desa Wisata Tepus Gunungkidul dengan lebih
cepat dan lebih mudah. Penyampaian materi terkait dengan penggunaan media
sosial untuk branding dan marketing dilakukan oleh Nurul Pikroh, S.I.Kom., M.M sebagai narasumber.
Selain penggunaan media
sosial sebagai branding, penerapan manajemen
pemasaran produk (digital marketing) juga
disampaikan untuk menentukan dan menerapkan startegi pemasaran yang sesuai
sebagai strategi promosi. Guna menghidupkan diskusi dan pelatihan digital marketing agar sesuai dengan
praktiknya, peserta bersama narasumber langsung terjun ke lapangan untuk
meninjau UMKM Batik, Pathilo, Perak, dan lain-lain sebagai bentuk pelatihan dan
pemahaman terhadap kegiatan branding dan
juga packaging produk-produk UMKM.
Harapannya, dengan diadakan pelatihan digital marketing dapat meningkatkan
kesadaran masyarakat dalam mengelola potensi desa wisata mereka sehingga
tercapailah branding yang maksimal
untuk mendatangkan dan memperkenalkan Desa Wisata Tepus ke khalayak umum.
Peserta Pelatihan Digital Marketing di Tepus |
Sekolah Tinggi Pariwisata AMPTA Yogyakarta mengadakan pelatihan digital marketing pada hari Sabtu tanggal 19 Desember dan Senin tanggal 19 Desember 2022. Kegiatan ini dilaksanakan dengan dukungan dana insentif Pengabdian Masyarakat Terintegrasi dengan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) skema Kegiatan Kemandirian Masyarakat (KKM) tahun 2022 senilai Rp 50.000.000,- yang diberikan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Riset dan Teknologi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Tim pelaksana pengabdian masyarakat adalah Hary Hermawan, S.Par., M.M selaku ketua pelaksana sekaligus kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat STP AMPTA. Hamdan Anwari, S.Pd., M.Pd.B.I dosen STP AMPTA selaku anggota pertama. Dhimas Setyo Nugroho S.Par., M.M., dosen Universitas Terbuka selaku anggota kedua. Pelaksanaan pengabdian masyarakat terintegrasi MBKM ini juga didukung oleh tim pelaksana mahasiswa yaitu: Agnestasya Monica Putri Hendrajaya, Nadita Eka Chandrawati, Pitta Theresia br Girsang.
Pelatihan Digital Marketing di Desa Wisata Garongan, Wonokerto |
Narasumber Menyampaikan Materi |
Pelatihan digital marketing ini merupakan salah satu program kerja unggulan dalam rangkaian kegiatan pengabdian masyarakat yang sebelumnya telah dimulai STP AMPTA sejak 11 Desember 2022. Adapun target peserta pada kegiatan ini adalah para pelaku desa wisata khususnya Pengelola Desa Wisata Garongan di Kalurahan Wonokerto, Kapanewon Turi, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Tema “Pengembangan Produk dan
Pemasaran Desa Wisata Digital” dipilih oleh Hary Hermawan dan tim karena
melihat masih lemahnya penerapan pemasaran digital yang dilakukan pengelola
desa wisata di Sleman. Padahal pemanfaatan digital marketing terutama melalui
media sosial saat ini sangat penting.
Menurut Hary, “Kurangnya kemampuan SDM dalam
pemasaran digital membuat desa wisata kurang kompetitif dalam memasarkan produknya
jika dibandingkan dengan perusahaan besar seperti PT, karena perusahaan besar biasanya
sudah menjalankan promosi digital melalui media sosial yang telah dikelola secara
profesional.”
Sesi pertama pelatihan pada hari Sabtu 17
Desember 2022 menghadirkan dua narasumber ahli dari kalangan praktisi yaitu Bapak
Albertus Indratno, S.E dari Nemaste Inti Media sebagai pemateri pelatihan pembuatan
konten promosi digital pada media sosial instagram dan facebook serta Ibu Desi
Deria Cempaka Wijaya Murti, Ph.D dari Travelxism yang mengulas materi mengenai Pelatihan
Pembuatan Konten Vlog untuk Media Promosi Tiktok.
Selanjutnya pada sesi kedua, Senin 19
Desember 2022 peserta diberikan materi pelatihan segar lainnya tidak kalah
menarik. menghadirkan Kembali Bapak Albertus Indratno, S.E dengan materi pelatihan
optimalisasi media youtube dalam pembuatan konten promosi digital. Pada sesi
kedua dilanjutkan pemaparan oleh Bapak Robertus S, M.Kom yang mengupas mengenai
optimalisasi landing page dan pemanfaatan iklan berbayar dalam pemasaran desa
wisata.
Dalam sambutannya, Riyanto Sulistyo Budi
selaku Lurah Kalurahan Wonokerto menyambut baik program-program kerjasama STP
AMPTA dengan Pemerintah Kalurahan Wonokerto yang telah berlangsung sejak tahun 2020
dalam hal pengembangan desa wisata Lebih lanjut, Riyanto berharap STP AMPTA
tetap bersedia mendampingi pengembangan pariwisata di wilayah Kalurahan
Wonokerto yang menjadi salah satu kalurahan yang mengandalkan ekonominya dari sektor
pariwisata.
Sedangkan Agus Sugiarto selaku Ketua Pokdarwis Wonokerto menceritakan pengalaman selama mengikuti pelatihan digital marketing. “Digital marketing dan pemanfaatan media sosial merupakan hal yang cukup baru bagi kami. Namun kami merasa semua materi yang disampaikan dalam pelatihan ini sangat sesuai pada kondisi saat ini dan tentunya semua kegiatan ini bermanfaat bagi kami pelaku wisata.Kami akan menindaklanjuti hasil pelatihan ini dengan mencoba membuat akun Tiktok Desa Wisata Garongan.”
Dalam rangkaian program pengabdian masyarakat bertema pengembangan produk dan pemasaran desa wisata digital ini tim STP AMPTA juga telah melaksanakan program-progam pengabdian lainnya yang difokuskan di Desa Wisata Garongan diantara yang telah berjalan adalah : (1) Fasilitasi pembuatan video company profile dan vlog desa wisata garongan; (2) Fasilitasi dan pendampingan dalam pembuatan website dan landing page Desa Wisata Garongan; (3) Fasilitasi dan pendampingan dalam pembuatan konten promosi instagram dan facebook; (4) Pembuatan ebook paket wisata dan lain-lain.
Foto Bersama Peserta di Hari Kedua 19 Desember 2022 |
Bonus |
Jumat 15 Juli 2022, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Sekolah Tinggi Pariwisata AMPTA bersama bersama Himpinan Mahasiswa Pariwisata (Himasta) sukses melaksanakan kegiatan kunjungan ke Desa Wiasta Sangurejo. Kegiatan tersebut tidak sekedar kunjungan wisata biasa, namun program tersebut juga dirancang sebagai bentuk implementasi dharma ketiga perguruan Tinggi yaitu Pengabdian Kepada Mayarakat (PKM) dengan tema “Melangkah Bersama Desa Wisata”.
Himasta Sekolah Tinggi Pariwisata AMPTA Yogaykarta |
Kegiatan PKM tersebut
diharapkan menjadi wadah bagi mahasiswa Sekolah Tinggi Pariwisata AMPTA dalam
menemu kenali potensi dan tantangan dalam pengelolaan desa wisata dari pelaku
wisata langsung. Sehingga dengan kegiatan tersebut mahasiswa mampu meningkatkan
wawasan dan kompetensinya pada bidang ilmu pariwisata yang ditekuni. Selain itu,
melalui melalui pelatihan-pelatihan yang diberikan Narasumber dalam acara tersebut
diharapkan mampu meningkatkan kompetensi pengelola Desa Wisata Sangurejo dalam
hal pengembangan produk wisata dan pemasaran digital, Ujar Hary Hermawan Kepala
LPPM STP AMPTA.
Acara Pengabdian
Kepada Mayarakat (PKM) tersebut dimulai pukul 15.30 WIB sampai dengan 21.00 WIB
dengan rangkaian acara yang diawali oleh H. Nur Rohmad selaku ketua pengelola
desa wisata Sangurejo yang menyampaikan materi paparan berjudul tantangan pengelolaan
Desa Wisata Sangurejo. Pada kesempatan ini H. Nur Rohmad menyampaikan bahwa
gotong-royong dan pelibatan masyarakat sangat penting dalam pengelolaan desa
wisata, bahkan itu hal utama. Selain itu pengelola desa wisata harus tangguh
serta tahan mental terhadap berbagai tantangan dan masalah yang muncul,
tambahnya.
Sesi kedua
diisi dengan materi coaching clinic digitalisasi branding pemasaran desa
wisata yang disampaikan oleh Fian Damasdino, S.IP., M.Si. dosen program studi
pariwisata Sekolah Tinggi Pariwisata AMPTA. Fian mengatakan bahwa pada era digital
saat ini pemasaran digital khususnya melalui sosial media sangat penting guna menjangkau pasar
wisata yang saat ini didominasi kalangan milenial.
Selanjutnya, sesi
ketiga acara tersebut diisi kegiatan sosialisasi sadar wisata yang disampaikan oleh
Arif Dwi Saputra, S.S., M.Si. Arif menyampaikan bahwa sadar wisata merupakan
hal penting yang wajib dipahami oleh seluruh elemen masyarakat pada daerah atau
kawasan yang menjadi sasaran kunjungan wisata, tidak terkecuali di desa wisata.
“Kalau masyarakatnya sadar wisata, maka wisatawan yang berkunjung nantinya akan
nyaman, sehingga wisatawan betah dan mendapatkan pengalaman yang positif disini,”
tambahnya.
Acara Pengabdian
Kepada Mayarakat (PKM) ditutup oleh Dhimas Setyo Nugroho dosen Universitas
Terbuka sebagai narasumber sosialisasi sapta pesona. “Sadar wisata dapat
diwujudkan dengan menumbuhkan kesadaran masyarakat agar siap untuk berperan
sebagai tuan rumah yang baik. Memahami, serta mampu dan bersedia untuk
mewujudkan unsur-unsur: Aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah, dan
kenangan, atau yang di kenal dengan sapta pesona di lingkungannya masing-masing,”
Ungkap Dhimas.
Aktifitas Wisata Edutrip di Desa Wisata Garongan |
Penulis (kanan) Ketika Memberikan Coaching |
Sambutan Ibu Nyoman dari Dinas Periwisata Sleman |
Materi dari Bapak Rudi dari Maldewa Tourindo |
Sambutan Bapak Armun dari Pemerintah Wonokerto |
Sambutan Bapak Agus Perwakilan Pengelola Desa Wisata Garongan |
Dokumentasi Kegiatan
Berita
TVRI https://youtu.be/puNkiVxXMJU , menit 16.25
Berita
Koran Merapi https://www.harianmerapi.com/lifestyle/pr-402669161/tarik-minat-pengunjung-terapkan-desa-wisata-secara-terintegrasi
Tim Pendamping Bersama Pengelola Desa Wisata Garongan |
Foto Homestay Tempat Tinggal Tim |
Menurut cerita dari Bapak Agus 19 Februari (2022), desa ini mendapat julukan “Garongan” karena memiliki cerita tersendiri. Menurut informasi masyarakat terdahulu, desa ini disebut sebagai tempat singgah para Garong yang berarti pencuri atau perompak dalam Bahasa Jawa. Konon disebutkan bahwa para Garong ini berasal dari Pantai Utara.
Sebelumnya, para kelompok pencuri atau
Garong tersebut tidak bisa datang dan
tinggal di Desa
Garongan karena lokasi Desa Garongan terletak di
antara lereng
Gunung Merapi dan Gunung Merbabu. Jalur menuju Desa
Garongan tidak bisa ditempuh dengan jalan kaki maupun berkuda,
serta kondisi jalan pada waktu itu yang sangat sulit untuk dilalui.
Foto Kawasan Desa Garongan |
Setelah beberapa waktu berlalu (tidak ada
sumber informasi yang valid), terjadi erupsi besar sehingga
lereng-lereng diantara Gunung Merapi dan Gunung Merbabu itu runtuh. Setelah itu, beberapa puluh tahun kemudian akses untuk jalan sudah dapat dilalui. Para Garong akhirnya bisa datang dan berhenti di daerah ini
karena jika mereka ke arah Utara maka tanahnya terlalu tandus dan belum bisa
ditanami. Selain itu, apabila mereka ke arah Selatan sudah terdapat
kepemerintahan Kasultanan Yogyakarta
yang sudah berkuasa. Sehingga mereka tidak berani untuk singgah ke Selatan.
Akhirnya, Kawasan Desa Garongan menjadi satu-satunya lokasi
yang sangat strategis bagi para garong untuk singgah.
Setelah mereka singgah, mereka melanjutkan aktifitas mereka sebagai garong
yaitu mencuri dan sebagainya. Selanjutnya garong
tersebut menetap dan tinggal di Desa Garongan dari generasi ke generasi
berikutnya. Namun perlu diketahui bahwa saat ini dalam kehidupan masyarakat
Desa Garongan sudah tidak ada lagi budaya garong atau mencuri.
Satu-satunya yang tersisa
hanya nama kawasannya yaitu Desa Garongan, yang secara administratif saat ini
dibagi menjadi (dua) nama dusun, yaitu Dusun Kembang dan Dusun Pojok, yang
termasuk dalam wilayah Kalurahan Wonokerto, Kapanewon Turi, Daerah Istimewa
Yogyakarta.
Secara Geografis Desa Wisata Garongan terletak di lereng Gunung Merapi. Berjarak 14,3 Kilometer dari puncak Gunung Merapi. Akses menuju Desa Wisata Garongan berjarak 21 Kilometer ke arah Utara dari Ibukota Daerah Istimewa Yogyakarta, atau sekitar 15 Kilometer ke arah Utara dari Ibukota Kabupaten Sleman.
Penulis |
Plakat Penghargaan Pendamping Desa Wisata Terbaik dari Kemenparekraf |
Laporan Pendampingan |
Kemenparekraf Apresiasi 20 Perguruan Tinggi Pendamping Desa Wisata |
Lingkungan Desa Wisata Garongan yang Masih Asri |
Foto Bersama Pengelola |
Wawancara Dengan Pengelola yang Super Ramah |
Desa Garongan Memiliki Potensi Perikanan yang Melimpah |
Ini Paling Mengasikan, Kami Boleh Icip-icip Baca artikel menarik lainnya Bimtek Pendampingan Desa Wisata Bersama STP AMPTA Yogyakarta dan Kemenparekraf |
Pandemi covid-19 menimbulkan berbagai dampak di segala lini kehidupan, tidak terkecuali sektor pariwisata yg semakin lesu. Oleh karena itu, dibutuhkan strategi terbaik agar sektor ini dapat kembali survive. Kami, mengajak pemerhati pariwisata untuk berdiskusi, sumbang saran dalam webinar bertema Rebranding Pariwisata di Era New Normal. 16 September 2020
Training of Trainer Pendampingan Desa Wisata |
Training of Trainer Pendampingan Desa Wisata |