Wednesday, June 12, 2019

Geowisata : Tata Kelola Geopark


Sebelumnya penulis menekankan bahwa wilayah yang menjadi daerah tujan geowisata tidak harus menjadi sebuah geopark. Cukuplah bahwa suatu wiyah memiliki keindahan, keaslian, keunikan berupa bentang alam geologi yang bernilai untuk dikunjungi sebagai daerah tujuan wisata. Akan tetapi lebih bagus pula jika suatu kawasan geowisata tersebut merupakan sebuah kawasan geopark. Karena, sebuah geopark yang resmi tentu sudah melewati tahap-tahap asesment, atau penilaian dengan standarisasi ketat dari berbagai organisasi yang berwenang.

Geowisata Hary Hermawan
Hangzhou Daming Geopark, Sumber : pixabay.com
Menurut konsep Eroupean Geopark Network(EGN), geopark didifinisikan sebagai kawasan dengan batas yang didefinisikan secara baik yang terdiri dari wilayah luas yang memungkinkan pembangunan lokal berkelanjutan, pada aspek ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan.
Sedangkan UNESCO (2006) medefinisikan geopark sebagai wilayah kawasan lindung berskala nasional yang mengandung sejumlah situs warisan geologi penting, yang memiliki daya tarik keindahan dan kelangkaan tertentu, yang dapat dikembangkan sebagai bagian dari konsep integrasi konservasi, pendidikan dan pengembangan ekonomi lokal.
Dari beberapa konsep diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa konsep geopark merupakan konsep penataan kawasan ruang lindung, serta sebuah merupakan kesempatan untuk mencapai pembangunan berkelanjutan.
Baca Juga artikel mengenai geowisata sebagai daya tarik wisata minat khusus
Kunci penting dalam pembagunangeoparka adalah pengembangan ekonomi lokal dan perlindungan lingkungan alam.
Geopark dalam kegiatan geowisata juga dapat dijadikan sebagai wahana dalam penyampaian pengetahuan geologi kepada masyarakat dan wisatawan. kunci penting dalam manajemen geopark adalah kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan yang menjadi warisan geologi, hingga tercapai geokonservasi berbasis pada kearifan lokal.
Oleh karena itu, selain upaya konservasi secara langsung. Pendidikan juga merupakan elemen penting yang harus terdapat dalam pengelolaan geopark. Tujuan geopark adalah  untuk mengeksplorasi, mengembangkan, dan merayakan hubungan antara warisan geologi, dan  semua aspek kawasan lindung, budaya, dan warisan tak berwujud.
Oleh karena itu, dalam geopark tidak hanya terdapat warisan geologi, melainkan juga warisan budaya arkeologi , dan biodiversiti (Setyadi, 2012).
Untuk dapat bergabung dalam wadah Global Geopark Nerwork (GGN), UNESCO menetapkan beberpa kriteria yang sebelumnya harus dipenuhi.
Namun jika geopark tidak memenuhi semua kriteria yang ditatapkan untuk menjadi GGN, akan direkomendasikan lagi oleh GGN, beberapa langkah perlu diklakukan untuk memastikan bahwa kriteria standar GGN tetap ditaati (UNESCO).
Kriteria Geopark yang ditetapkan GGN meliputi : (1) Luas kawasan cukup untuk menampung kegiatan geopark; (2) Pembentukan manajemen dan pelibatan masyarakat lokal dalam tata kelola; (3) Pengembangan ekonomi lokal; (4) Pendidikan untuk masyarakat umum, konservasi dan perlindungan (5) Geopark tersebut harus dalam jaringan global geopark atau jaringan regional. Guidelines and Criteria for National  Geoparks Seeking UNESCO’s Assistance to Join the Global Geopar-ks Network, menyebutkan beberapa kriteria geopark sebagai berikut :

1.      Ukuran dan Parameter  Daerah
Ukuran dan parameter  daerah  yang  akan  menja-di  kawasan  geopark  harus  memiliki  batas  yang jelas  dan  luas  permukaan yang cukup besar untuk dapat mencakup aktivitas pengembangan budaya dan  ekonomi lokal.
Selain itu juga harus terdapat sejumlah situs warisan geologi yang penting  dan Berskala internasional, yang langka dan memiliki nilai ilmiah, serta keindahan. 
Selain  bersifat  geoheritage,  unsur  non‐geologi  atau  warisan  lainnya  juga  terintegrasi   sebagai  bagian dari geoparkcontohnya kearifan tata budaya masyarakat lokal sekitar.
Contohnyakawasan wisata taman alam batuan tua Ciletuh di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat mendapatkan sertifikat sebagai Geopark Nasional dari Komite Nasional Indonesia untuk UNESCO dan Kementerian ESDM pada tahun 2015 lalu karena telah memenuhi sejumlah persyaratan untuk sebuah taman bumi atau geopark.
Kawasan seluas 120 ribu hektar ini memenuhi persyaratan sebagai geopark, karena memiliki keragaman fenomena geologi, memiliki keragaman biologi, dan memiliki keragaman budaya (www.voaindonesia.com).
Ciletuh memiliki potensi daya tarik wisata yang sangat sangat komplit. Wisatawan disuguhkan berbagai daya tarik seperti : hamparan pemandangan sangat menakjubkan, mulai dari air terjun (curug), batuan purba, sungai, sawah dan gugusan pegunungan dan luasnya lautan.
2.      Manajemen Pengelolaan 
Prasyarat untuk setiap usulan geopark adalah adanya pembentukan badan manajemen dan sebuah rencana pembangunan yang komprehensif.Pendekatan  manajemen  umumnya  dalam  bentukkomite  koordinasi  yang  bertindak  untuk  mempertemukan  para  pemangku  kepentingan  utama yang  bertanggung  jawab  untuk  pengembangan sektor masingmasing, bekerja sebagai sebuah tim dengan cara yang lebih terintegrasi.
Salah satu faktor kunci keberhasilan dalam inisiatifuntuk membuat geopark  adalah keterlibatan pemerintah lokal dan masyarakat dengan komitmen dukungan yang  kuat dari pemerintah pusat.

3.      Pengembangan Ekonomi
Salah satu tujuan strategis utama dari pembentukan geopark adalah untuk merangsang  kegiatan ekono-mi dan mempromosikan pembangunan berkelajuta
Seperti halnya tujuan pariwisata yang selalu digadang-gadang menjadi pilar pembangunan ekonomi nasional.Untuk alasan ini,  geopark  akan  menstimulasi,  antara  lain:  penciptaan  suatu  kegiatan  usaha  lokal yang inovatif, pusat bisnis skala kecil, industri rumahan dan kursus pelatihan yang berkualitas dan pembukaan lapangan pekerjaan baru untuk mendukung pembangunan sosial dan ekonomi  lokal, kususnya melalui pengelolaan geowisata.
Mencontoh pengelolaan Geopark Gunung Api Purba di GeowisataNganggeran, 100 persen pengelola adalah masyarakat lokal sendiri. Hal ini ditujukan untuk mengoptimalkan manfaat pengelolaan geopark untuk pengembangan ekonomi lokal. Terbukti pengelolaan Gunung Api Purba Nganggeran mampu memicu pertumbuhan ekonomi desa yang cukup signifikan (Hermawan, 2016).
4.      Aspek Pendidikan
Geowisata merupakan salah satu motif wisata berbasis edukasi seperti yang pernah diungkapkan Cohen (2008), bahwa pendidikan dan pariwisata merupakan dua hal yang berbeda, tetapi keduanya dapat saling bersinergi dan saling melengkapi. Proses pendidikan yang dilaksanakan dalam aktivitas wisata merupakan metode pembelajaran yang aktif dan kreatif, serta merupakan alternatif metode belajar yang efektif.
Pengelolaan geopark menjadi goewisata yang bernilai edukasi serta dapat menjadi sarana menumbuhkan rasa kebanggaan dan kecintaan terhadap kakayaan alam dan bangsa.
Dalam pengemasan wisata yang bermuatan edukasi,  memperoleh pendidikan dan pembelajaran merupakan hal utama yang harus ditawarkan pengelola kepada wisatawan sebagai nilai jual. 
Geopark harus menyediakan dan mendukung peralatan dan kegiatan untuk pengembangan  ilmu peng-etahuan, terutama pengetahuan geo-science dan ko-nsep perlindungan lingkungan kepada publik. Beberapa infrastruktur dasar, seperti  pusat informasi, museum sejarah dan  pengetahuan alam, dan pengembangan rute geotrack untuk kepentingan studi lapangan  sangat penting untuk mendukung pendidikan publik.
5.      Apek Konservasi dan Perlindungan
Selain sebagai kawasan lindung, geopark adalah sarana pembangunan sosio-ekonomi lokal.
Otoritas pengelola  kawasan geopark bertanggung jawab untuk memastikan bahwa perlindungan dari warisan  geologi dilaksanakan sesuai dengan nilai‐nilai tradisi lokal dan sesuai dengan ketentuan  peraturan yang berlaku.
Pencagaran fenomena geologi yang unik dan bernilai historis sangat diperlukan dalam pengelolaan geowisata atau geopark. Sebab bentuk alamiah seperti apapun sangat mudah rusak jika tidak dilakukan perawatan dan pencagaran dengan baik dan benar. Seperti disebutkan dalam kriteria daya tarik wisata alam pada bab sebelumnya bahwa daya tarik wisata alam memiliki karakteristik yang mudah rusak dan tidak tergantikan, maka pengelolaan untuk kegiatan pariwisata hendaknya dilakukan secara hati-hati.
Pola pengembangan pariwisata yang cocok untuk diterapkan adalah pola pengembangan yang berkelanjutan.Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan untuk memenuhi kebutuhan hidup saat ini tanpa merusak atau menurunkan kemampuan generasi mendatang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (World Commission on Environmenoutal and Development, 1987).
Piagam pariwisata berkelanjutan juga telah menekankan, bahwa pariwisata harus didasarkan pada kriteria yang berkelanjutan yang intinya adalah pembangunan harus didukung secara ekologis dalam jangka panjang dan sekaligus layak secara ekonomi, adil secara etika dan sosial terhadap masyarakat lokal (Arida, 2006).
Konsep pariwisata berkelanjutan yaitu :
a.       Kegiatan kepariwisataan tersebut dapat memberikan manfaat ekonomi terhadap masyarakat setempat
b.      Kegiatan kepariwisataan tersebut tidak merusak lingkungan
c.       Kegiatan kepariwisataan tersebut bertanggung-jawab secara sosial
d.      Kegiatan kepariwisataan tersebut tidak bertentangan dengan budaya setempat.
Dahuri dkk., (1996) menyebutkan bahwa secara ekologis terdapat tiga persyaratan yang dapat menjamin tercapainya pembangunan berkelanjutan, yaitu: (i) keharmonisan spasial; (ii) kapasitas asimilasi; dan (iii) pemanfaatan berkelanjutan
Keharmonisan spasial (spatial suitability) mensyaratkan, bahwa dalam suatu wilayah pembangunan memiliki tiga zona, yaitu zona preservasi, konservasi dan pemanfaatan (utlilization), wilayah pembangunan hendaknya tidak seluruhnya diperuntukkan bagi zona pemanfaatan, tetapi juga dialokasikan untuk zona preservasi dan konservasi. Pembangunan fasilitas pendukung pariwisata sebaiknya dilakukan di luar zona inti pencagaran, dan dilakukan secara minimal agar tidak memngganggu keserasianya dengan lingkungan, mencegah kerusakan alam, polusi lingkungan dan pemandangan hingga hal-hal yang berpotensi mengganggu lainya (Hary Hermawan, 2017).
Kapasitas asimilasi, adalah tinjauan mengenai sejauh mana alam mampu menerima aktifitas pembangunan tanpa menimbulkan dampak kerusakan, atau tercemar.
Sedangkan pemanfaat berkelanjutan adalah, pemanfaat dengan model kelola yang bijaksana. Yaitu dikelola secara optimal, bukan maksimal. Optimal berarti mengambil dan memakai sumber daya alam secara hati-hati, bijak, dan proporsional. Beragamnya kondisi geologi Indonesia menyebabkan banyak ditemukannya potensi kandungan mineral-mineral berharga yang dapat memancing oknum tidak bertanggung jawab untuk mengambil dan merusak lingkungan disekitarnya dengan melakukan penambangan liar.
6.      Kerjasama Jaringan Global 
Sebagai anggota GGN, geopark memiliki keuntungan untuk menjadi bagian dari jaringan global yang menyediakan platform cooperation dan mekanisme tukar-menukar ahli dan praktisi bidang geologi. Di bawah payung UNESCO, situs geologi lokal dan nasional dapat memperoleh pengakuan di  seluruh dunia dan mendapatkan keuntungan melalui aktivitas pertukaran pengetahuan  dan keahlian antara anggota Global Geoparks Network (GGN) (UNESCO, 2006). 

No comments:
Write komentar