Wednesday, August 28, 2019

Jenis-jenis Metode Penelitian yang Sering Digunakan dalam Bidang Ilmu Kepariwisataan

Telah disinggung pada pembahasan sebelumnya bahwa pariwisata sebagai bidang bisnis yang dioperasionalkan dengan ilmu terapan seringkali disertai berbagai masalah yang cukup kompleks. Oleh karena itu, pendekatan dalam riset kepariwisataan juga dapat beraneka ragam.
Secara umum, jenis-jenis penelitian dalam bidang kepariwisataan dapat diklasifikasikan menurut tujuan dan tingkat kealamiahanya atau sering disebut natural setting. Bedasarkan tujuanya, metode penelitian dapat diklasifikasikan menjadi metode penelitian dasar (basic research), metode penelitian terapan (applied research), dan penelitian pengembangan (research and development) (Sugiyono, 2011).

Jenis-jenis Metode Penelitian

Membedakan penelitian berdasarkan tujuanya, sangat sulit memisahkan mana penelitian dasar dan mana yang termasuk jenis penelitian terapan secara terpisah, karena keduanya terletak pada satu garis kontinum. Jika penelitian dasar berkaitan dengan penemuan dan pengembangan ilmu. Setelah ilmu tersebut digunakan untuk memecahkan masalah, maka penelitian tersebut akan menjadi penelitian terapan (Gay, 1977).
Berbeda dengan pendapat, Suriasuantri (1985) dalam bukunya yang berjudul Filsafat Ilmu memaknai penelitian dasar (murni) sebagai penelitian yang bertujuan untuk menemukan pengetahuan pengetahuan baru yang sebelumnya belum pernah diketahui, sedangkan penelitian terapan dimaknai sebagai penelitian yang ditujukan untuk memecahkan masalah-masalah kehidupan praktis.
Sedangkan penelitian pengembangan dapat dimaknai sebagai kegiatan penelitian yang digunakan untuk mengembangkan atau memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam pembelajaran. Penelitian dan pengembangan bisa dikatakan sebagai jembatan yang mempertemukan penelitian dasar dan penelitian terapan. Penelitian dasar untuk menemukan pengetahuan baru dan penelitian terapan sebagai media untuk menemukan pengetahuan yang secara praktik dapat diaplikasikan.
Membedakan metode penelitian menurut tingkat kealamiahan seringkali dibagi kedalam dua bentuk, yaitu penelitian natularlistik dan penelitian perlakuan (experiment). Metode penelitian naturalistik digunakan untuk meneliti pada latar alamiah, seringkali merupakan penelitian kualitatif, dalam penelitian naturalistik peneliti tidak membuat perlakuan pada objek atau subjek penelitian, peneliti dalam mengumpulkan data bersifat emic, yaitu berdasar pada pandangan data, bukan pandangan peneliti. Sedangkan penelitian perlakuan dapat dikatakan sebagai penelitian yang sangat tidak alamiah, biasa dilakukan pada penelitian eksperimen, penelitian eksperimen adalah penelitian yang bertujuan untuk mencari atau melihat efek atau pengaruh dari treatment atau perlakuan tertentu (Sugiyono, 2011).
Selengkapnya tentang jenis penelitian dilustrasikan dalam skema berikut :
Jenis-jenis Metode Penelitian
Klasifikasi penelitian berdasarkan tujuan, karakteristik masalah dan sifat data, sumber: Santoso & Hermawan (2019)
Pembahasan riset pariwisata selanjutnya, klik disini

Artikel lengkap dapat di download di https://doi.org/10.31227/osf.io/fcnzh 

Pengertian Metode Penelitian serta Perannya dalam Riset Pariwisata

Riset atau penelitian merupakan suatu kegiatan yang ditujukan untuk menyelidiki sebuah keadaan dari, sebuah alasan dari, beserta konsekuensi-konsekuensi terhadap suatu set keadaan khusus, bisa sebuah feomena atau variabel (Nazir, 2003). Oleh karena itu, metode penelitian dapat dimaknai secara sederhana sebagai sebuah cara untuk melakukan riset atau penelitian. 

Lebih lanjut, Sugiyono (2011) menjelaskan metode penelitian sebagai sebuah cara ilmiah dalam mendapatkan data untuk tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan definisi tersebut, dapat dirumuskan empat kata kunci yaitu : cara ilmiah, data, tujuan, dan kegunaan. 

Data yang diperoleh dalam penelitian ilmiah merupakan data yang empiris, yaitu data yang dapat diamati, tentu wajib memiliki tingkat kevalidan yang tinggi. Valid secara sederhana dapat dimaknai sebagai derajad ketepatan, sehingga data yang dikumpulkan peneliti betul sesungguhnya terjadi di objek penelitian. “Misalkan dalam suatu hari terdapat 1000 kunjungan wisatawan asing dan 500 kunjungan wisatawan nusantara di Candi Borobudur, maka peneliti dalam laporanya juga melaporkan bahwa sejumlah 1000 kunjungan wisatwan asing dan 500 kunjungan wisatawan nusantara di Candi Borobudur. Sehingga data hasil penelitian tersebut dapat dikatakan valid.” 

Pengertian Metode Penelitian
Gunung Bromo, sumber: www.id.wikipedia.org
Contoh pada kasus yang berbeda, “Manajer pemasaran hotel ABC melakukan survei kepuasan pelanggan untuk kepentingan rapat koordinasi pemasaran, hasil menujukan bahwa 60 persen tamu hotel tidak puas terhadap pelayanan, akan tetapi dalam rapat kerja manajer tersebut melaporkan bahwa mayoritas tamu merasa puas terhadap pelayanan hotel ABC. ”Hasil yang dilaporkan manajer pemasaran hotel ABC dalam rapat kerja tersebut tentu bukanlah data yang valid.Untuk mendapatkan data yang valid, dibutuhkan instrumen yang baik, instrumen yang baik adalah intrumen yang telah teruji kevalidan dan realibilitasnya. 

Suatu riset dilakukan tentu memiliki tujuan dan kegunaan tertentu, secara umum tujuan penelitian terdiri dari tiga macam tujuan yang meliputi : 
  1. Tujuan eksploratif atau penemuan, yaitu riset yang bertujuan untuk menemukan sesuatu yang baru dalam bidang tertentu. Dalam bidang pariwisata, penelitian eksploratif ini dapat digunakan untuk mengetahui potensi daya tarik wisata yang ada dalam sebuah kawasan cagar alam tertentu, kawasan yang belum pernah dilakukan pendataan atau dieksplorasi oleh peneliti sebelumnya. Riset eksploratif juga dapat digunakan untuk mengupas fenomena tertentu, untuk menggali pola hubungan suatu fenomena, hingga akhirnya menemukan suatu teori baru.
  2. Tujuan verifikatif atau pembuktian, yaitu sebuah riset yang diadakan untuk menguji kebenaran konsep atau teori yang telah ada dalam suatu bidang atau ilmu terntentu. Data yang diperoleh bisa juga digunakan untuk membuktikan adanya keragu-raguan terhadap informasi, atau pengetahuan tertentu. Sebagai contoh, dalam teori kepariwisataan disebutkan bahwa sarana prasarana wisata merupakan unsur penunjang kepuasan wisatawan. Oleh karena itu, seorang peneliti berniat untuk menguji kebenaran dari teori tersebut.
  3. Tujuan developmental atau pengembangan, yaitu riset yang bertujuan untuk mengembangkan sesuatu dalam bidang yang telah ada. Riset jenis ini dapat juga digunakan untuk memperdalam atau memperluas pengetahuan yang telah ada. Misalnya pengembangan atau rekayasa jalur untuk penunjang aksebilitas di suatu destinasi wisata.

Penelitian memiliki peran penting dalam mendukung segala bentuk kegiatan manusia, diantara peranan penelitian sebagai berikut : 
  1. Penelitian sebagai pemecah masalah, meningkatkan kemampuan manusia dalam menginterprestasikan fenomena-fenomena dari suatu masalah yang kompleks dan saling terkait. Contohnya adalah rantai suport dalam industri pariwisata.
  2. Memberikan jawaban atas pertanyaan dalam bidang yang diajukan, serta meningkatkan kemampuan untuk menjelaskan atau menggambarkan fenomena-fenomena dari masalah tersebut.
  3. Memberikan pengetahuan atau ilmu baru, meskipun hasil penelitian terkadang tidak dapat langsung digunakan.
Uraian di atas secara tidak langsung seperti apa yang telah dibicrakaan pada pembicaraan yang sebelumnya yaitu menjawab mengapa riset diperlukan.

Pembahasan riset pariwisata selanjutnya, klik disini

Artikel lengkap dapat di download di https://doi.org/10.31227/osf.io/fcnzh 

Riset Dalam Bidang Kepariwisataan


Pertumbuhan ekonomi, kemajuan teknologi dan kemudahan akses informasi menjadi faktor pemicu trend pertumbuhan permintaan pariwisata global. Pertumbuhan permintaan pariwisata seharusnya merupakan peluang yang sangat potensial bagi pengembangan pariwisata negara kita. Masalahnya, pada sisi yang lain pariwisata justru seringkali salah kelola. 

Sangat banyak pengembangan daya tarik wisata di berbagai daerah yang hanya sekedar mengikuti trend foto selfi, sehingga banyak sekali dibuat beraneka macam wahana foto di destinasi yang hanya dibuat secara “asal laku” mengukuti trend upload foto di media sosial, tanpa mempedulikan aspek budaya, alam, dan nilai-nilai lokal. Contoh, pembuatan miniatur ikon negara lain pada salah satu destinasi di Yogyakarta. Dampaknya, destinasi tersebut laku keras “booming” dalam beberapa waktu, kemudian surut secara cepat lalu ditinggalkan. Spot foto yang sudah tidak laku menjadi sebuah polusi lansekap pemandangan karena tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya lokal. Ada lagi kasus pembangunan icon negara asing yang digadang-gadang laku keras, namun nyatanya justru mengundang banyak protes keras dari berbagai aktifis lingkungan. 

Penulis sangat setuju bahwa destinasi wisata yang dikelola masyarakat lokal sangat bermanfaat bagi perkembangan sosio-ekonomi masyarakat. Akan tetapi, pengelolaan pariwisata berbasis masyarakat terkadang tidak lepas dari berbagai masalah. Masyarakat lokal yang masih minim pengetahuan tentang pengelolaan destinasi, terkadang salah kaprah dalam membangun sarana prasarana wisata yang sebenarnya tidak dibutuhkan wisatawan. Parahnya, konsep pembangunan yang asal-asalan tersebut seringkali didukung kucuran dana yang melimpah dari pemodal. Destinasi wisata alam yang seharusnya menonjolkan sisi-sisi eksotisme, keunikan, kealamiahnya, serta medan perjalananya yang menantang, justru seringkali hilang karena pembangunan sarana wisata yang berlebihan. 

Pembangunan tersebut dilakukan dengan berbagai alasan yang ditujukan untuk menambah kemudahan, kenyamanan, dan kepuasan wisatawan. Padahal kenyataan yang terjadi justru sebaliknya, seringkali wisatawan berkualitas justru tidak berminat dengan destinasi wisata alam yang telah kehilangan sisi-sisi kealamiahannya. 

Pariwisata sebagai bidang bisnis yang dioperasionalkan dengan ilmu terapan seringkali disertai berbagai masalah yang cukup kompleks. Mengatasi kompleksitas masalah dalam pembanguanan pariwisata dibutuhkan pendekatan dari berbagai disiplin ilmu untuk mengatasinya, baik itu ilmu alam maupun ilmu sosial. Sedangkan manajemen pariwisata yang baik adalah manajemen berbasis riset. 

Riset Dalam Bidang Kepariwisataan
Aset pariwisata budaya, sumber: pxhere.com
Manajemen berbasis riset berarti segala kebijakan manajerial yang diambil bukan hasil dari praduga, felling, atau manajemen kira-kira saja (trial and error). Melainkan harus berdasar pada hasil riset, dengan pendekatan yang ilmiah, bersandar pada nilai-nilai rasional, empiris, dan juga sistematis, seperti telah diuraikan sebelumnya. 

Bisnis pariwisata sebagai bisnis berskala global juga membawa berbagai tantangan sosial-budaya yang harus segara dijawab oleh peneliti, praktisi, ataupun para mahasiswa pariwisata melalui riset-risetnya yang mutakhir, agar segera dapat diimplementasikan secara manajerial, baik dalam tata kelola skala makro maupun mikro. 

Implementasi manajerial di lapangan, pengelolaan pariwisata seringkali membutuhkan pendekatan riset kuantitatif untuk mengupas berbagai permasalahan manajerial. Oleh karena itu, pembahasan dalam buku ini difokuskan untuk mengenalkan metode kuantitatif untuk riset kepariwisataan kepada para peneliti pemula maupun mahasiswa guna menambah perbendaharaan metode serta teknik-teknik risetnya agar diperoleh hasil penelitian baru yang lebih mutakhir, tepat guna, serta mampu memenuhi tuntutan industri pariwisata yang semakin beragam dan kompleks permasalahanya. Perlu ditekankan bahwa tidak ada suatu negara yang maju tanpa melibatkan banyak daya serta dukungan dana untuk kegiatan penelitian. Mau atau tidak mau, riset harus menjadi ujung tombak suatu Negara guna menjawab tantangan zaman.

Pembahasan riset pariwisata selanjutnya, klik disini

Artikel lengkap dapat di download di https://doi.org/10.31227/osf.io/fcnzh 

Mengapa Riset Pariwisata Perlu Dilakukan?

Hakekat kehidupan manusia untuk memenuhi kebutuhan untuk mewujudkan kepuasan baik lahiriah maupun batiniah. Rasa ingin tahu, ingin mengembangkan sebuah fenomena/teori, ingin menemukan sesuatu dan sebagainya adalah kebutuhan manusia yang bisa dipenuhi melalui kegiatan penelitian (riset).

Riset berawal dari keinginan seseorang atau sekelompok orang untuk memperoleh sebuah kebenaran. Kebenaran yang dimaksud yaitu suatu ilmu pengetahuan yang benar yang dapat memenuhi/ memuaskan manusia atau dapat menjawab ke-ingin-tau-an manusia. Kebenaran juga merupakan persesuaian antara pengetahuan dengan objeknya.
Riset Pariwisata
Ilustrasi, sumber: picnio.com

Sebuah riset membutuhkan metode ilmiah, artinya ada pedoman-pedoman yang harus dipenuhi sebagai standar sebuah penelitian. Metode ilmiah dalam sebuah riset terkandung maksud :
  1. Metode ilmiah bersifat kritis dan analitis, karakteristik ini mendorong suatu kepastian dan proses penyelidikan untuk mengidentifikasi masalah dan metode untuk mendapatkan solusinya.
  2. Metode ilmiah adalah logis, artinya merujuk pada metode dari argumentasi ilmiah, kesimpulan secara rasional diturunkan dari bukti-bukti yang ada
  3. Metode ilmiah adalah objektif, mengandung makna bahwa hasil yang diperoleh sama dengan penelitian lain pada kondisi yang sama. Dengan kata lain hasil penelitian dikatakan ilmiah apabila dapat dibuktikan kebenarannya.
  4. Metode ilmiah bersifat konseptual dan teoritis, artinya ilmu pengetahuan mengandung arti pengembangan struktur konsep dan teoritis untuk menuntun dan mengarahkan upaya penelitian.
  5. Metode ilmiah adalah empiris, artinya berstandar pada realitas
  6. Metode ilmiah adalah sistematis, artinya mengandung arti suatu prosedur yang cermat dan mengikuti aturan tertentu yang baku.
Metode ilmiah dengan pemikiran kritis sudah lama dilakukan kebanyakan orang melalui pemikiran silogisma yaitu membuat kesimpulan berdasarkan premis (kejadian empiris) yang ada. Dari pemikiran tersebut munculah pola berfikir deduktif (penarikan kesimpulan untuk hal spesifik dari sebuah gejala umum), dan pola berpikir induktif (penarikan kesimpulan dari sesuatu yang khusus ke hal yang sifatnya umum). Kedua pola berpikir ini digunakan secara bersama-sama sebagai pendekatan penelitian untuk dapat menghasilkan sesuatu yang maksimal, namun pada kenyataannya sulit dilakukan. Bentuk penelitian kuantitatif lebih menngandalkan pola berfikir deduktif sedangkan bentuk penelitian kualitatif lebih berorientasi pada pedekatan induktif

Contoh pola berfikir deduktif
  1. Semua mahasiswa  dinyatakan aktif jika melakukan pengisian Kartu Rencana Studi (KRS)
  2. Andi dinyatakan mahasiswa aktif 
  3. Oleh karena itu, Andi melakukan pengisian KRS
Contoh pola berpikir induktif
  1. Mahasiswa Diploma III Pariwisata mengenakan pakaian hitam putih saat kuliah
  2. Mahasiswa Diploma IV Pariwisata mengenakan pakaian hitam putih saat kuliah
  3. Kesimpulan semua mahasiswa D III dan D IV mengenakan pakaian hitam putih saat kuliah
Pembahasan riset pariwisata selanjutnya, klik disini

Artikel lengkap dapat di download di https://doi.org/10.31227/osf.io/fcnzh 


Sunday, August 25, 2019

Hary Hermawan

Hary Hermawan

Tempat dan Tanggal Lahir: Sleman, 30 September 1990
Alamat                               : Bercak Bulu, Jogotirto, Berbah, Sleman,          
                                           : D.I.Yogyakarta
Email                                 : haryhermawan8@gmail.com
Hobby                                : Musik dan Anime

"Hidup itu tentang sejauh mana kita mampu berbagi, meskipun sedikit dan semampunya. Karena manusia memiliki kewajiban untuk menjadikan dunia ini lebih baik"

Pendidikan

  1. Magister Manajemen (Pariwisata) (M.M): Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, Yogyakarta, Indonesia, Web: www.ustjogja.ac.id
  2. Sarjana Pariwisata (S.Par): Sekolah Tinggi Pariwisata AMPTA Yogyakarta, Indonesia, Web: www.ampta.ac.id
Pengalaman Kerja

  1. Dosen, Sekolah Tinggi Pariwisata AMPTA Yogyakarta, Tahun 2017-Sekarang, Web: www.ampta.ac.id
  2. Dosen, Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI) Bandung, Tahun 2015-2016, Web: www.bsi.ac.id
  3. Koordinator Food and Beverage, Jogja Expo Center, Tahun 2013-2014, Web: www.jogjaexpocenter.com
Karya Buku

  1. Pengantar Management Hospitality, Penerbit NEM: Pekalongan
  2. Geowisata: Perencanaan Pariwisata Berbasis Konservasi, Penerbit NEM: Pekalongan
Karya Artikel Penelitian
  1. Loyalty on Ecotourism, Link
  2. Geowisata: Solusi Pemanfaatan Kekayaan Geologi yang Berwawasan Lingkungan, Link
  3. Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Wisatawan serta Dampaknya terhadap Loyalitas: Studi di Ciater Spa Resort, Link
  4. Evaluasi Dampak Pariwisata Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Lokal, Link
  5. Strategi Pengembangan Kampung Batu Malakasari sebagai Daya Tarik Wisata Minat Khusus, Link
  6. Pengembangan Destinasi Wisata pada Tingkat Tapak Lahan dengan Pendekatan Analisis SWOT, Link
  7. Kajian Desain Keselamatan Berbasis Lokalitas Dalam Meningkatkan Kepuasan Wisatawan Terhadap Daya Tarik Wisata (Studi Kasus Gunung Api Purba Di Desa Wisata Nglanggeran), Link
  8. Pengaruh Daya Tarik Wisata, Keselamatan, dan Sarana Wisata Terhadap Kepuasan serta Dampaknya terhadap Loyalitas Wisatawan : Studi Community Based Tourism di Gunung Api Purba, Link
  9. Dampak Pengembangan Desa Wisata Nglanggeran terhadap Ekonomi Masyarakat Lokal, Link
  10. Dampak Pengembangan Desa Wisata Nglanggeran terhadap Sosial Budaya Masyarakat Lokal, Link
  11. Karya lainya dapat dilihat di profil google scholar saya atau Scopus Id saya 
Pengabdian Akademik
  1. Dewan Editorial Jurnal di Media Wisata, Penerbit: Sekolah Tinggi Pariwisata AMPTA, Yogyakarta, Indonesia
  2. Dewan Editorial Jurnal di Jurnal Abdimas Pariwisata, Penerbit: Sekolah Tinggi Pariwisata AMPTA, Yogyakarta, Indonesia
  3. Dewan Editorial Jurnal di Dinamisia, Penerbit: Universitas Lancang Kuning, Lampung, Indonesia
  4. Dewan Editorial Jurnal di Jurnal Pariwisata, Penerbit: Universitas BSI, Indonesia
  5. Dewan Editorial Jurnal di Jurnal Kajian Pariwisata, Penerbit: Ars University, Bandung, Indonesia
  6. Reviewer di Journal  of Tourism and Economic, Penerbit: Sekolah Tinggi Ekonomi Pariwisata API, Yogyakarta, Indonesia
Ingin belajar riset pariwisata? Klik Disini

Tuesday, July 23, 2019

Audiensi Ikatan Dosen Republik Indonesia (IDRI) dengan LLDIKTI V Yogyakarta

Tanggal 22 Juli 2019 merupakan momen yang sangat istimewa bagi Pengurus Ikatan Dosen Republik Indonesia (IDRI) karena berkesempatan untuk menjalin silaturahmi dengan LLDIKTI V Yogyakarta, dalam kesempatan tersebut disambut langsung oleh Bapak Prof. Dr. Didi Achjari, S.E., M.Com., Ak., CA., selaku Ketua LLDIKTI V saat ini, periode 2019-2023.

Audiensi Ikatan Dosen Republik Inonesia (IDRI)  dengan LLDIKTI V Yogyakarta
Audiensi Ikatan Dosen Republik Inonesia (IDRI)  dengan LLDIKTI V Yogyakarta
Pengurus IDRI DIY yang hadir pada acara tersebut diantaranya  Bapak Dr. Jumadi selaku Ketua IDRI Yogyakarta; Bapak Aftoni selaku wakil Ketua 1; Bapak Paharizal selaku Wakil Ketua 2; Bapak Rahimudin selaku Wakil Sekertaris; Ibu Rini Susilawati, Ibu Citra Ayudianti, dan Ibu Anita Wijayanti selaku Bendahara; serta Bapak Bahri dan Bapak Hary Hermawan selaku Koordinator Bidang.

IDRI DIY menyampaikan komitmenya untuk memperbaiki nasib bangsa, khususnya melalui peningkatan karir dan kesejahteraan dosen, yang secara nyata akan diwujudkan dalam berbagai program kerja IDRI. Pada pertemuan tersebut, disampaikan juga rencana rapat kerja yang akan dilaksanakan pada bulan Agustus 2019 mendatang. LLDIKTI V Yogyakarta melalui Ketua Bapak Prof. Dr. Didi Achjari, S.E., M.Com., Ak., CA menyampaikan bahwa LLDIKTI akan memberikan dukungan penuh terhadap program-program positif IDRI, baik yang telah berjalan, maupun yang sedang dan akan dilaksanakan.

Sunday, July 21, 2019

Malioboro for Pedestrian, Sebuah Kabar dari Yogyakarta

Dalam Bahasa Sansekerta, kata Malioboro bermakna karangan bunga. Kata Malioboro juga berasal dari nama seorang kolonial Inggris yang bernama Marlborough yang pernah tinggal disana pada tahun 1811 - 1816 M. Pendirian jalan malioboro bertepatan dengan pendirian Kraton Yogyakarta.
Jalan Malioboro yang terletak di jantung kota Yogyakarta merupakan jalan yang paling populer, baik oleh masyarakat Jogja sendiri, para pendatang atau bahkan wisatawan. Malioboro menjadi cukup dikenal karena cerita sejarah yang menyertainya. Keberadaan Malioboro sering pula dikaitkan dengan tiga tempat sakral di Yogya yakni Gunung Merapi, Kraton dan Pantai Selatan.

Suasana Baru Malioboro, sumber: IDN Times
Awalnya Jalan Malioboro ditata sebagai sumbu imaginer antara Pantai Selatan (Pantai Parangkusumo) - Kraton Yogya - Gunung Merapi. Malioboro mulai ramai pada era kolonial 1790 saat pemerintah Belanda membangun benteng Vredeburg pada tahun 1790 di ujung selatan jalan ini.
Selain membangun benteng, Belanda juga membangun Dutch Club tahun 1822, The Dutch Governor’s Residence tahun 1830, Java Bank dan Kantor Pos tak lama setelahnya. Setelah itu Malioboro berkembang kian pesat karena perdaganagan antara orang belanda dengan pedagang Tiong Hoa (okezone.com, 22 Juli 2019).

Dengan tetap mempertahankan konsep aslinya dahulu, Malioboro jadi pusat kehidupan masyarakat Yogya. Tempat-tempat strategis seperti Kantor Gubernur DIY, Gedung DPRD DIY, Pasar Induk Beringharjo hingga Istana Presiden Gedung Agung juga berada di kawasan ini. Pemerintah setempat kini terus melakukan perbaikan untuk menata Malioboro menjadi kawasan yang nyaman untuk disinggahi. 

Awal tahun 2016 ini pemerintah telah berhasil mensterilkan parkir kendaraan dari Malioboro dan kemudian dilanjutkan dengan penetapan Malioboro menjadi kawasan semi pedestrian. Peresmian Jalan Malioboro sebagai kawasan pedestrian dilakukan pada tanggal 18 Juni 2019, namun sementara baru dilaksanakan setiap hari Selasa Wage (lihat penanggalan Jawa).

Selanjutnya, Malioboro for Pedestrian akan kembali diberlakukan kembali pada Selasa Wage, 23 Juli 2019 mendatang. Artinya, pada hari tersebut, kendaraan bermotor dilarang melintasi kawasan Malioboro, kecuali kendaraan tertentu seperti Trans Jogja, kendaraan tidak bermotor (andong, sepeda, dan becak), mobil pelayanan umum (ambulans, mobil pemadam kebakaran, kendaraan kebersihan Malioboro), serta kendaraan patroli kepolisian dan kendaraan dinas tertentu.

Selama pelaksanaan uji coba tersebut, Kita dapat menyaksikan beragam pementasan dan pertunjukan seni di sepanjang kawasan Malioboro yang rata-rata dimulai sejak pukul 15.00. Bisa juga sembari duduk selo bergurau bersama teman, momong bocah, hunting foto, ataupun bersepeda santai bersama keluarga. Berikut daftar pertunjukan  yang dapat Anda saksikan: 

📍 Depan Inna Malioboro: 
YK Brass Ensemble
(15.00 WIB)

📍 Perpus Malioboro:
Diskusi dan Pemutaran Film 
(15.00 WIB)

📍 Halaman DPRD DIY:
Diskusi dan Pemutaran Film 
(18.00 WIB)

📍 Malioboro Mall:
Pentas Wayang Beber, Orchestra Youth Camp MSO, Tarian Reog, Cakil Squad, Macapatan
(15.00 WIB)

📍 Pertigaan Jalan Dagen: 
Coffee Corner, Rooftop Jazz Session  
(19.00 WIB)

📍 Depan Hotel Mutiara: 
Lelaku Gamelan Virtual, Videowall Exhibition
(19.00 WIB)

📍 Gerbang Barat Kepatihan: 
Bonang Battle, Dialog Budaya dan Gelar Seni "Yogya Semesta" 
(15.00 WIB)

📍 Plaza SO 1 Maret:
Gelar Seni dan Potensi UKM, Ekspos Sejarah
(15.00 WIB)

📍 Titik Nol Km:
Pembelajaran Pantomim 
(15.00 WIB)

📍 Sonobudoyo/Gedung Eks KONI:
Ekspos Permainan Tradisional, Sosialisasi Warisan Budaya 
(15.00 WIB)

📍 Gapura Ketandan:
Barongsai Hoo Happ Hwee 
(15.30 WIB)

📍 Depan Mirota Batik:
Traditional Workshop dan Performance 
(07.00 WIB)

📍 Depan Pasar Beringharjo:
 Campursari 
(18.00 WIB)

📍 Depan Gedung Agung: 
Njathil Bareng Polisi
(16.00 WIB)

📍 Benteng Vredeburg:
Pemutaran dan Diskusi Film 
(15.00 WIB)

Selamat menikmati guyubnya Malioboro dan jangan lupa jaga kebersihan dan ketertiban agar Jogja semakin istimewa (repost grup Wa Ampta Yogyakarta.