Wednesday, August 28, 2019

Mengapa Riset Pariwisata Perlu Dilakukan?

Hakekat kehidupan manusia untuk memenuhi kebutuhan untuk mewujudkan kepuasan baik lahiriah maupun batiniah. Rasa ingin tahu, ingin mengembangkan sebuah fenomena/teori, ingin menemukan sesuatu dan sebagainya adalah kebutuhan manusia yang bisa dipenuhi melalui kegiatan penelitian (riset).

Riset berawal dari keinginan seseorang atau sekelompok orang untuk memperoleh sebuah kebenaran. Kebenaran yang dimaksud yaitu suatu ilmu pengetahuan yang benar yang dapat memenuhi/ memuaskan manusia atau dapat menjawab ke-ingin-tau-an manusia. Kebenaran juga merupakan persesuaian antara pengetahuan dengan objeknya.
Riset Pariwisata
Ilustrasi, sumber: picnio.com

Sebuah riset membutuhkan metode ilmiah, artinya ada pedoman-pedoman yang harus dipenuhi sebagai standar sebuah penelitian. Metode ilmiah dalam sebuah riset terkandung maksud :
  1. Metode ilmiah bersifat kritis dan analitis, karakteristik ini mendorong suatu kepastian dan proses penyelidikan untuk mengidentifikasi masalah dan metode untuk mendapatkan solusinya.
  2. Metode ilmiah adalah logis, artinya merujuk pada metode dari argumentasi ilmiah, kesimpulan secara rasional diturunkan dari bukti-bukti yang ada
  3. Metode ilmiah adalah objektif, mengandung makna bahwa hasil yang diperoleh sama dengan penelitian lain pada kondisi yang sama. Dengan kata lain hasil penelitian dikatakan ilmiah apabila dapat dibuktikan kebenarannya.
  4. Metode ilmiah bersifat konseptual dan teoritis, artinya ilmu pengetahuan mengandung arti pengembangan struktur konsep dan teoritis untuk menuntun dan mengarahkan upaya penelitian.
  5. Metode ilmiah adalah empiris, artinya berstandar pada realitas
  6. Metode ilmiah adalah sistematis, artinya mengandung arti suatu prosedur yang cermat dan mengikuti aturan tertentu yang baku.
Metode ilmiah dengan pemikiran kritis sudah lama dilakukan kebanyakan orang melalui pemikiran silogisma yaitu membuat kesimpulan berdasarkan premis (kejadian empiris) yang ada. Dari pemikiran tersebut munculah pola berfikir deduktif (penarikan kesimpulan untuk hal spesifik dari sebuah gejala umum), dan pola berpikir induktif (penarikan kesimpulan dari sesuatu yang khusus ke hal yang sifatnya umum). Kedua pola berpikir ini digunakan secara bersama-sama sebagai pendekatan penelitian untuk dapat menghasilkan sesuatu yang maksimal, namun pada kenyataannya sulit dilakukan. Bentuk penelitian kuantitatif lebih menngandalkan pola berfikir deduktif sedangkan bentuk penelitian kualitatif lebih berorientasi pada pedekatan induktif

Contoh pola berfikir deduktif
  1. Semua mahasiswa  dinyatakan aktif jika melakukan pengisian Kartu Rencana Studi (KRS)
  2. Andi dinyatakan mahasiswa aktif 
  3. Oleh karena itu, Andi melakukan pengisian KRS
Contoh pola berpikir induktif
  1. Mahasiswa Diploma III Pariwisata mengenakan pakaian hitam putih saat kuliah
  2. Mahasiswa Diploma IV Pariwisata mengenakan pakaian hitam putih saat kuliah
  3. Kesimpulan semua mahasiswa D III dan D IV mengenakan pakaian hitam putih saat kuliah
Pembahasan riset pariwisata selanjutnya, klik disini

Artikel lengkap dapat di download di https://doi.org/10.31227/osf.io/fcnzh 


No comments:
Write komentar