Wednesday, June 12, 2019

Geowisata : Evaluasi Dampak Sosial & Budaya Pariwisata



Secara teoretikal-idealis, antara dampak sosial dan dampak kebudayaan dapat dibedakan. Namun demikian, Mathieson dan Wall menyebutkan bahwa “there is no clear distinction between sosial and cultural phenomena,” sehingga sebagian besar ahli menggabungkan dampak sosial dan dampak budaya pada pariwisata ke dalam judul dampak sosial-budaya pariwisata.
Penelitian tentang dampak pariwisata terhadap sosial-budaya, hendaknya tidak memandang masyarakat sebagai sesuatu yang “internality totally integrated entity”, melainkanharus juga dilihat segment segment yang ada, atau melihat interest groups, karena dampak terhadap kelompok sosial yang satu belum tentu sama, bahkan bisa bertolak belakang dengan dampak terhadap kelompok sosial yang lain.

dampak sosial pariwisata
Tari Pendhet sebagai Aset Sosial-Budaya Indonesia, Sumber : id.wikkipedia.com
Demikian juga mengenai penilaian tentang positif dan negatif sangat sulit digeneralisasi untuk menilai perubahan masyarakat, kareana penilaian positif dan negatif tersebut sudah merupakan penilaian yang mengandung nilai (value judgement), sedangkan nilai tersebut tidak selalu sama bagi segenap kelompok masyarakat. Artinya, dampak positif dan negatif perlu dipertanyakan, “positif untuk siapa dan negatif untuk siapa?”
Menilai dampak sosial-budaya pariwisata terhadap kehidupan masyarakat lokal merupakan pekerjaan yang sulit terutama dalam segi metodologis karena banyaknya faktor kontaminasi yang turut berperan seperti diatas.
Walaupun menilai dampak sosial-budaya pariwisata merupakan hal yang sulit namun, sutdy tentang dampak sosial-budaya pariwisata selama ini dasumsikan bahwa akan terjadi perubaha sosial budaya akibat kedatangan wisatawan, dengan tiga asumsi yang umum yaitu:
1.      Perubahan dibawa akibat adanya intrusi dari luar, umumnya dari sitem sosial-budaya yang superordinat terhadap budaya penerima yang labih lemah
2.      Perubahan tersebut umumnya destruktif bagi budaya indigenous
3.      Perubahan akan membawa homogenisasi budaya, dimana identitas etnik lokal akan tenggelam dalam bayangan sitim industri dengan teknologi barat, birokrasi nasional dan multinasional, konsumtif dan a consumer-oriented economy, dan jet-age life styles
Richardson & Fluker (2004)  mengelompokan dampak pariwisata terhadap sosial-budaya yang diklasifikasikan sebagai berikut :
1.      Dampak terhadap struktur populasi
Meningkatnya aktifitas pariwisata di suatu daerah tujuan pariwisata memerlukan tenaga untuk menjalankan usaha pariwisata dan memberikan pelayanan yang diperlukan wisatawan.
Sebagaian dari tenaga kerja tersebut mungkin berasal dari penduduk lokal yang emutuskan untuk berganti pekerjaan dari sektor lain ke pariwisata. sebagaian penduduk lain mamutuskan untuk tetap bertahan tinggal di sekitar daerah tersabut meskipun tidak terserap menjadi tenaga kerja sektor pariwisata dibanding harus pindah ketempat lain karena keterbatasan peluang kerja. Kemungkinan lainya adalah datangnya penduduk yang berasal dari daerah lain yang kebetulan bekerja di daerah tersebut karena pariwisata.
Hasilnya adalah perubahan jumlah populasi dan mengubah kompisisi penduduk. Perkerja industri pariwisata umumnya berkisar antara 20 sampai 40 tahun, sehingga komposisi penduduk di daerah tersebut bergeser, kepadatan penduduk per kilometer persegi juga kemungkinan meningkat. Pendatang ataupun imigran menjadi positif dalam kasus kurangnya tenaga kerja namun menjadi negatif jika malah manambah tingkat pengangguran.
2.      Transformasi struktur mata pencaharian
Peluang kerja di sektor pariwisata memiliki beberapa kelebihan dibanding sektor industri lainya. Hal ini sangat menarik minat orang dari profesi dan daerah lain untuk pindah ke sektor pariwisata. Dampak tranformasi struktur mata pencaharian positif jika menambah penghasilan namun negatif jika mata pencaharian sektor tradisional hilang akibat pengembangan pariwisata.
3.      Tranformasi tata nilai
Meningkatnya pospulasi dengan datangnya orang yang mempunyai attitude berbeda-beda dapat menyebabka terjadinya percampuran tata nilai di daerah tujuan wisata tersebut. Tranformasi dapat mengambil beberapa bentuk seperti berikut;
a.       Efek peniruan (demonstration effect / homogenisasi)
Hal ini merupakan nama lain dari proses alkulturasi sebuah teori yang mengasumsikan bahwa ketika dua kebudayaan berinteraksi maka kebudayaan yang dominan akan mengalahkan kebudayaan yang lebih lemah sehingga membawa perubahan pada kebudayaan yang lebih lemah tersebut. Perubahan yang terjadi dapat berakibat positif (bermanfaat) seperti meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi, meningkatnya tata nilai atau etika yang lebih baik, dapat juga berakibat negatif (merugikan) seperti hilangnya kearifan lokal atau degradasi budaya, adanya persamaan gaya hidup antara wisatawan dan masyarakat lokal akibat adanya peniruan.
b.      Marginalisasi
Orang yang termarginalisasi (dalam konteks pariwisata) merupakan individu yang menolak asimilasi secara penuh kebudayaan yang dibawa wisatawan ke dalam kehidupan sehari-hari.
Orang yang termarginalisasi tidak mengadopsi seperangkat norma dan standar yang telah diterima oleh kedua kebudayaan. Tingkah lakunya dianggap menyimpang oleh kedua kebudayaan (wisatawan dan penduduk lokal) mengakibatkan terpisahnya individu tersebut dari kedua kebudayaan tersebut.
c.       Komoditifikasi kebudayaan
Komoditifikasi kebudayaan adalah kegiatan menjual kebudayaan menjadi paket wisata untuk dijual dengan cara menyesuaikan waktu dan keinginan wisatawan tetapi melupakan tujuan utama atau sakralnya kebudayaan itu sendiri.
4.      Dampak yang terjadi pada  kehidupan sehari hari
Pariwisata selain bermanfaat secara ekonomi dan budaya, pariwisata juga dapat menimbulkan dampak pada kehidupan masyarakat sehari-hari misalnya
a.       Dampak positif jika pengembangan pariwisata mengakibatkan meningkatnya mobilitas sosial, namun menjadi negatif jika pariwisata menimbulkan terlalu sesaknya orang akibat kunjungan wisatawan
b.      Pengembangan pariwisata positif jika aksebilitas masyarakat semakin baik, namun menjadi negatif jika menimbulkan kemacetan lalu-lintas. Atau akses ke fasilitas publik lainya.
c.       Penggunaan infrastruktur pariwisata menjadi positif jika ramah lingkungan dan menimbulkan manfaat bagi masyarakat sekitar namun penggunaan infrastruktur yang berlebihan juga terkadang membawa masalah bagi masyarakat sekitar.
Energi seperti air mungkin tidak mampu mendukung perkembangan pariwisata yang terlalu cepat dan tidak lagi dapat memenuhi konsumsi masyarakat sehingga menimbulkan polusi, masalah kesehatan, ketidaknyamanan bagi warga sekitar. Hal ini berimplikasi pada penolakan warga dan menimbulkan konflik antara pengelola dan masyarakat umum.
d.      Pengembangan pariwisata positif jika dapat menambah fungsi sosial tanah namun menjadi negatif jika pengambilan lahan untuk pembangunan akomodasi dan fasilitas wisata akan mengurangi manfaat sosial dari lahan yang sebelumnya digunakan oleh masyarakat sekitar.
e.       Pengembangan pariwisata berkontribusi positif jika dapat memacu perkembangan sektor usaha lain namun menjadi negatif jika pengembangan pariwisata mengakibatkan masyarakat lokal kehilangan manfaat dari usaha lain akibat pembangunan pariwisata.
f.       Polusi desain arsitektur
Fasilitas wisata yang dibangun dengan desain arsitektur yang kontras dengan budaya dan kearifan lokal yang ada di masyarakat dapat mengakibatkan masalah sosial antara investor, pengelola dan masyarakat.
g.       Kejahatan kepada dan oleh wisatawan
5.      Dampak terhdap individu dan keluarga
Dampak positif dan negatif pengembangan pariwisata terhadap individu dan keluarga meliputi:
a.       Meningkatkan peluang berwisata, sedangkan dampak negatifnya adalah adanya perubahan ritme kehidupan sosial dan kemasyarakatan penduduk lokal
b.      Bertambahnya interaksi sosial karena banyak bertemu orang, sedangkan dampak negatifnya adalah kemungkinan hilang atau berkurangnya ikatan pertemanan yang penting
c.       Meningkanya kualitas hidup, sedangkan dampak negatifnya adalah Peningkatan persepsi terhadap bahaya kriminalitas
d.      Meningkatkan kemampuan berbahasa, sedangkan dampak negatifnya adalah hilangnya bahasa daerah
e.       Peningkatan sikap terhadap pekerjaan kesantunan dan tatakrama, sedangkan dampak negatifnya adalah masyarakat lokal malah muncul rasa takut untuk bertemu orang asing (xenophobia).
Sedangkan dalam hal dampak pariwisata terhadap budaya lokal, WTO 1980 dalam I. G. Pitana & Putu, (2009) menyebutkan beberapa dampak positif dan negatif. Dua diantara beberapa dampak tersebut adalah.
1.      Berkembang atau hilangnya kebudayaan lokal
Pariwisata dapat memicu berkembanganya kesenian dan tradisi lokal seperti tari, seni lukis, seni patung dan munculnya kelompok- kelompok kesenian lokal sebagainya. Namun ada kumungkinan pariwisata justru menggilas kebudayaan digantikan oleh kebudayaan impor, atau jika masih bertahan berkemungkinan menjadi kebudayaan atau kesenian yang berorentasi komersial, dijual demi uang semata.
2.      Perlindungan atau perusakan terhadap aset budaya/monument sejarah
Pengelolaan pariwisata dapat memacu kesadaran akan lingkungan alam dan aset budaya/monument sejarah yang terletak di kawasan tersebut. Namun terkadang keberadaan pariwisata justru menjadi pemicu perusakan dan degradasi kualitas aset budaya tersebut
Untuk itu, dalam meneliti dampak sosial-budaya, hendaknya peneliti menggunakan persepsi masyarakat lokal sendiri untuk mengukur dampak sosial-budaya pengembangan geowisata.  Secara kualitatif masyarakat dapat merasakan perubahan kualitas hidup, adanya pertukaran sosial-budaya yang bernilai ataupun sebaliknya berpendapat bahwa pariwisata dapat menyebabkan perubahan nilai-nilai tradisional atau budaya di masyarakat.

Matrik Evaluasi Dampak Sosial Pariwisata, Sumber: Hary Hermawan
Dampak Budaya Pariwisata
Selain dampak budaya, pariwisata juga berperan dalam menimbulkan dampak terhadap ekonomi seperti berikut

No comments:
Write komentar