Thursday, July 18, 2024

Augmented Reality: Meningkatkan Pengalaman Wisata dengan Teknologi Mutakhir

Gambar AI Dibuat dengan https://www.artguru.ai/id/


Pariwisata
Sebagai salah satu sektor ekonomi paling dinamis dan penting di dunia, pariwisata terus mengalami transformasi seiring dengan perkembangan teknologi. Keberhasilan suatu destinasi wisata tidak lagi hanya bergantung pada keindahan alam atau kekayaan budayanya saja, namun juga kemampuannya dalam menawarkan pengalaman unik dan interaktif kepada pengunjungnya. Dalam hal ini, teknologi Augmented Reality (AR) muncul sebagai salah satu inovasi yang dapat mengubah cara kita menikmati destinasi perjalanan.

Apa itu augmented reality? 
Augmented reality adalah teknologi yang memungkinkan pengguna untuk melihat versi dunia nyata yang “ditingkatkan”, yaitu objek digital terintegrasi secara mulus dengan objek fisik. AR menggabungkan dunia nyata dan virtual dengan menambahkan elemen digital seperti video, gambar atau teks dalam format 2D atau 3D ke lingkungan fisik. Pengguna mungkin mendapat kesan bahwa objek virtual berada di dekatnya, sehingga menciptakan pengalaman yang lebih kaya dan interaktif.

Jenis augmented reality
Teknologi AR dapat dibagi menjadi dua kelompok utama: berbasis penanda) dan tanpa penanda (markerless ). AR berbasis penanda memerlukan gambar atau objek tertentu sebagai penanda untuk menampilkan elemen virtual. Sementara itu, AR tanpa penanda tidak mengandalkan penanda fisik melainkan menggunakan teknologi seperti GPS, kompas, dan sensor lainnya untuk menampilkan elemen virtual.

Augmented reality dalam pariwisata
Penggunaan teknologi AR dalam industri pariwisata membawa dimensi tambahan pada pengalaman wisatawan. Contohnya adalah diorama Arsip Yogyakarta, dimana AR digunakan untuk memperkaya model dengan elemen virtual yang informatif dan interaktif. Teknologi ini memungkinkan pengunjung berinteraksi dengan elemen virtual yang ditampilkan dalam lingkungan fisik diorama, sehingga menciptakan pengalaman yang lebih mendalam. Setiap diorama dilengkapi dengan informasi kontekstual yang menjelaskan makna dan sejarah objek atau adegan yang disajikan, membantu pengunjung memperdalam pemahamannya.

AR membantu wisatawan mengakses informasi berharga dan meningkatkan pengetahuan tentang tujuan atau lokasi wisata. Penggunaan AR untuk memamerkan ikon daya tarik wisata atau monumen dapat meningkatkan pengalaman pengunjung, memperluas pemahaman budaya dan sejarah, serta mendorong partisipasi dan keterlibatan mereka.

Dampak AR terhadap pengalaman wisatawan
Penelitian Akilah Diva Maharani, Mona Erythrea Nur Islami dan Hary Hermawan menunjukkan penggunaan teknologi AR memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap pengalaman berwisata di museum. 
Hasil uji regresi linier sederhana dan uji t menunjukkan bahwa AR memberikan dampak positif terhadap pengalaman wisatawan dengan pengaruh yang kuat. Uji koefisien determinasi menunjukkan bahwa penggunaan AR memberikan pengaruh sebesar 69,3% terhadap pengalaman wisatawan, sedangkan sisanya sebesar 30,7% dipengaruhi oleh faktor atau variabel lain.
Penggunaan teknologi Augmented Reality (AR) dalam pariwisata museum tidak hanya membuka peluang baru untuk meningkatkan interaksi dan keterlibatan dengan wisatawan, namun juga membawa dimensi baru dalam penyajian informasi tentang budaya dan sejarah.
Dengan menggabungkan elemen fisik dan virtual, AR dapat menciptakan pengalaman perjalanan yang lebih menyenangkan, interaktif, dan kaya. Seiring kemajuan teknologi, AR berpotensi menjadi alat penting dalam upaya meningkatkan daya tarik dan kesuksesan destinasi perjalanan masa depan.


Editor Hary Hermawan

Perkembangan Web 3, Mata Uang Kripto dan Hubungannya dengan Pariwisata

Dalam beberapa tahun terakhir, teknologi blockchain dan mata uang kripto telah menarik perhatian luas di berbagai sektor industri yang berbeda. Perubahan tersebut tidak hanya terjadi di sektor keuangan dan teknologi informasi namun juga mulai memberikan dampak signifikan terhadap industri pariwisata. Dengan kemajuan Web 3, konsep internet berbasis blockchain yang terdesentralisasi, industri perjalanan saat ini berada di ambang transformasi besar. Artikel ini akan mengeksplorasi bagaimana kebangkitan Web 3 dan mata uang kripto memengaruhi dan berpotensi merevolusi industri perjalanan, serta tantangan untuk mewujudkan potensi penuhnya.

Gambar dibuat menggunakan AI di https://www.artguru.ai/id/

Web 3 Era Baru Internet Terdesentralisasi
Web 3 adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan perkembangan terkini Internet, yang menawarkan struktur terdesentralisasi dibandingkan dengan Web 2.0 yang lebih terpusat. Web 3 memanfaatkan teknologi blockchain untuk memberi pengguna kontrol lebih besar atas data mereka. Dalam konteks ini, blockchain bertindak sebagai buku besar digital yang mencatat semua transaksi secara transparan dan tidak dapat diubah, sehingga memastikan keamanan dan keaslian data.
Dalam industri pariwisata, Web 3 berpotensi merevolusi cara operasional tradisional. Misalnya, sistem pemesanan dan pembayaran bisa menjadi lebih transparan dan efisien dengan menggunakan kontrak pintar yang secara otomatis mengeksekusi transaksi ketika kondisi tertentu terpenuhi. Hal ini tidak hanya membantu mengurangi biaya operasional tetapi juga meningkatkan kepercayaan antara wisatawan dan penyedia layanan.

Cryptocurrency dalam pariwisata
Cryptocurrency adalah mata uang digital yang menggunakan teknologi Blockchain untuk menjamin keamanan dan transparansi transaksi. Beberapa contoh cryptocurrency yang terkenal antara lain Bitcoin, Ethereum, dan lainnya. Mata uang kripto menawarkan banyak manfaat di bidang pariwisata, yang dapat menyelesaikan beberapa masalah utama yang dihadapi wisatawan dan penyedia layanan.

Transaksi internasional yang mudah
Salah satu manfaatnya Keuntungan terbesar mata uang kripto adalah kemudahan transaksi internasional. Wisatawan sering kali harus menukarkan uang mereka dengan mata uang lokal saat bepergian, yang bisa jadi mahal dan memakan waktu. Dengan menggunakan mata uang kripto, wisatawan dapat menghindari masalah ini karena mata uang kripto dapat digunakan secara umum tanpa konversi. Hal ini tidak hanya menghemat waktu tetapi juga mengurangi biaya transaksi yang sering dibebankan oleh bank atau layanan penukaran mata uang.

Mengurangi biaya transaksi
Bank tradisional dan layanan pembayaran sering kali membebankan biaya tinggi untuk transaksi internasional. Cryptocurrency memungkinkan transfer uang dengan biaya yang jauh lebih rendah, yang merupakan keuntungan besar bagi industri perjalanan yang sering menangani pembayaran lintas batas. Penggunaan mata uang kripto dapat mengurangi biaya bagi wisatawan dan penyedia layanan, sehingga menjadikan layanan perjalanan lebih terjangkau dan menarik.
Keamanan dan privasi Transaksi yang menggunakan mata uang kripto dilindungi oleh teknologi blockchain, memberikan tingkat keamanan dan privasi yang lebih tinggi dibandingkan tradisional cara Pembayaran. Setiap transaksi dicatat dan diverifikasi dalam jaringan terdesentralisasi, meminimalkan risiko penipuan dan pencurian identitas. Hal ini memberikan rasa aman kepada wisatawan saat bertransaksi, terutama di negara-negara dengan tingkat kejahatan dunia maya yang tinggi.

Akomodasi dan layanan
Beberapa hotel, maskapai penerbangan, dan layanan perjalanan lainnya telah mulai menerima pembayaran mata uang kripto. Langkah ini memberikan opsi pembayaran baru bagi wisatawan yang paham teknologi yang mencari kenyamanan lebih dalam bertransaksi. Selain itu, menerima pembayaran mata uang kripto juga dapat menarik segmen pasar baru, lebih muda, dan lebih paham teknologi.

Perekonomian lokal dan desa wisata
Pekerjaan Menggunakan mata uang kripto dalam ekosistem desa wisata dapat lebih efektif mendukung transaksi ekonomi lokal. Wisatawan dapat membayar akomodasi, makanan, dan layanan lainnya secara langsung dengan mata uang kripto, yang kemudian dapat didistribusikan dengan cepat dan transparan kepada penduduk desa. Hal ini dapat membantu meningkatkan perekonomian lokal dan mendorong keberlanjutan. Misalnya, melalui penerapan teknologi blockchain, penduduk desa dapat melacak aliran modal dan memastikan bahwa manfaat pariwisata didistribusikan secara adil dan transparan.

Potensi alternatif NFT (non-fungible tokens) dalam perjalanan
NFT adalah satu-satunya aset digital diverifikasi oleh blockchain. Dalam perjalanan, NFT dapat digunakan untuk berbagai tujuan kreatif dan menyenangkan.
Salah satu penerapan NFT dalam perjalanan adalah pembuatan tiket digital. Tiket acara, konser, atau tiket masuk ke tempat wisata dapat dijual sebagai NFT, sehingga memastikan keasliannya dan mengurangi risiko pemalsuan. Setiap tiket NFT memiliki identitas unik yang tidak dapat diduplikasi, sehingga memberikan tingkat keamanan tambahan bagi penyelenggara acara dan pengunjung.
Destinasi perjalanan yang memungkinkan menawarkan pengalaman unik yang dijual sebagai NFT, seperti tur virtual eksklusif atau akses khusus untuk tiket acara tertentu. . Misalnya, museum dapat menjual tiket NFT untuk tur virtual koleksi mereka yang paling berharga, atau situs bersejarah dapat menawarkan pengalaman realitas virtual yang mendalam yang hanya dimiliki oleh beberapa pemilik. Hanya NFT tertentu yang dapat diakses.

Tantangan dan pertimbangan
Meskipun memiliki banyak manfaat, penerapan Web 3 dan mata uang kripto dalam perjalanan juga menghadapi sejumlah tantangan yang harus diatasi.

Fluktuasi nilai mata uang kripto: Salah satu tantangan terbesar adalah fluktuasinya yang liar. tentang nilai cryptocurrency. Nilai mata uang kripto dapat berubah dengan cepat, sehingga dapat menimbulkan risiko bagi penggunanya. Wisatawan dan penyedia layanan bisa menderita kerugian jika nilai mata uang kripto anjlok setelah transaksi. Oleh karena itu, harus ada strategi untuk mengelola risiko ini, seperti menggunakan stablecoin yang memiliki nilai lebih stabil.

Regulasi dan kebijakan: Regulasi yang berbeda-beda di setiap negara mengenai penggunaan mata uang kripto dan teknologi blockchain juga bisa menjadi kendala. Beberapa negara memiliki peraturan mata uang kripto yang ketat, sementara negara lainnya lebih terbuka. Hal ini menciptakan ketidakpastian dan tantangan bagi pelaku industri pariwisata yang ingin mengadopsi teknologi ini. Oleh karena itu, diperlukan kolaborasi antara pemerintah, pelaku industri, dan penyedia teknologi untuk menciptakan kerangka peraturan yang jelas dan mendukung inovasi.

Literasi Digital: Masih diperlukan edukasi dan literasi digital di kalangan pemangku kepentingan industri pariwisata dan wisatawan. Banyak orang yang masih belum memahami cara kerja teknologi cryptocurrency dan blockchain, sehingga dapat menjadi penghalang dalam adopsi teknologi ini. Program pendidikan dan pelatihan diperlukan untuk membantu masyarakat memahami dan memanfaatkan teknologi ini dengan baik.

Pengembangan Web 3 dan mata uang kripto menawarkan peluang besar bagi industri pariwisata Meningkatkan efisiensi, keselamatan, dan pengalaman perjalanan. Dengan mengadopsi teknologi ini, industri pariwisata dapat menciptakan ekosistem yang lebih terdesentralisasi, transparan, dan inklusif.
Cryptocurrency memfasilitasi transaksi internasional, mengurangi biaya, dan meningkatkan keamanan dan privasi. Penggunaan NFT juga membuka peluang baru untuk menghadirkan pengalaman unik dan aman. Namun untuk mewujudkan potensinya secara maksimal, diperlukan kerja sama antara pemerintah, pelaku industri, dan penyedia teknologi untuk mengatasi tantangan yang ada, seperti fluktuasi nilai mata uang kripto, berbagai regulasi, dan budaya digital. Dengan pendekatan yang tepat, Web 3 dan mata uang kripto dapat membawa perubahan positif yang signifikan pada industri perjalanan, menjadikannya lebih efisien, aman, dan inovatif bagi semua pemangku kepentingan.

Sunday, July 5, 2020

Bersilaturahmi dengan Komunitas Jamblang Gentong dan Pengurus Desa Wisata Karang Tengah

Beberapa waktu yang lalu (5 Juli 2020) saya bersama tim dolan Dimas Setyo Nugroho dan mahasiswi saya Florinnata Widjaja seperti biasa  hobby blusukan ke desa-desa mencari ide riset, atau insipirasi hal apapun yang dapat dilakukan untuk berbagi kebaikan. Kali ini Kami berkesempatan untuk bersilaturahmi, dan berbagi cerita dengan Komunitas Jamblang Gentong Pengelola Taman Dolanan dan Bapak Sugiyanto pengurus Desa Wisata Karang Tengah, Imogiri, Bantul, D.I.Yogyakarta. 

Kami berbincang-bincang dengan Mas Soni, tokoh komunitas Jamblang Gentong serta selaku pengurus Taman Dolanan. Komunitas Jamblang Gentong (Taman Doalanan) memiliki visi untuk menjadi tujuan wisata budaya berbasis pelestarian permainan tradisional. Dari hasil diskusi dan observasi kami, Taman Dolanan memang cukup menarik dan potensial menjadi destinasi wisata. Selain terletak ditengah pedesaan yang masih asri yang didukung dengan banyaknya tanaman Jamblang (duwet) sebagai icon. Taman Dolanan juga memiliki aset kebudayaan yang cukup lengkap. Pemuda yang tergabung dalam Komunitas Jamblang Gentong masih memiliki kesadaran akan pelestarian budaya, masing-masing memiliki keterampilan seni budaya lokal yang unik, termasuk pengetahuan yang cukup luas dalam hal permainan tradisional seperti dakon, enggrang, layangan, gobak sodor, dan lain sebagainya. Akan tetapi, untuk menjadi destinasi wisata yang baik harus didukung dengan kepedulian kita bersama untuk membantu dalam mengemas potensi tersebut menjadi sebuah daya tarik wisata yang unik, asli dan tentunya atraktif. 

Komunitas Jamblang Gentong
Foto-bareng Komunitas Jamblang Gentong

Taman Dolanan
Btw cuma main malah dapat maem gaes...

Komunitas Jamblang Gentong

Setelah selesai berbincang-bincang di Taman Dolanan, Kami melanjutkan perjalanan ke Desa Wisata Karang Tengah. Disini kami bertemu ketua pengelola yang super ramah, namanya Bapak Sugiyanto. Menurut cerita beliau Desa Wisata Karang Tengah sempat berada pada masa jayanya. Sekitar tahun 2009 lalu, banyak tourist dari Negara Jepang yang berlibur di Desa Wisata ini. Namun, kondisi saat ini disusul dengan kondisi Pandemi COVID 19, membuat kegiatan wisata disini menjadi  lesu (tetap semangat bapak). 
Desa Wisata Karang Tengah juga sangat potensial, desa wisata ini memiliki pemandangan alam yang sangat indah yaitu di bukit BNI (dinamakan BNI karena dulu ada sponsor), yang dikelilingi oleh perkebunan jambu mete. Karena hari sudah mulai gelap, kami membatalkan niat untuk sampai ke puncak bukit BNI. Cenderamata unik terbuat dari kepompong ulat sutra emas juga menjadi daya tarik tersendiri.

Foto Bersama Bapak Sugiyanto

Kerajinan Kempompong Ulat Sutra Emas
Kerajinan Kempompong Ulat Sutra Emas

Proses Pembangunan Taman Dolanan (Abaikan yang dimotor)

Produk Ecoprint

Thursday, July 18, 2019

Manfaat dan Bahaya Media Sosial bagi Destinasi Pariwisata

Seiring kemajuan zaman dan teknologi membuat manusia semakin terkoneksi dan semakin dekat. Begitu pula dalam hal kemajuan sosial media, atau anak muda sering menyebutnya sebagai SOSMED. Melalui sosial media yang sangat canggih seperti instagram, facebook, twiter dan lainnya yang ada saat ini, informasi bisa menyebar dengan sangat cepat, seingga berita apapun dapat muncul dan dalam sekejab dibaca melalui sosial media.

Pura Lempuyang, Sumber: Tribunnews
Jika dikaji secara objektif, tidak dapat dipungkiri bahwa dengan adanya sosial ada sisi untung dan ruginya. Sisi keuntungan dari segi bisnis adalah sosial media dapat digunakan sebagai media promosi dengan jangkauan tidak terbatas, juga sebagai alat komunikasi pemasaran yang efektif serta efisiens. Namun sisi negatifnya, sosial media juga dapat dipakai oleh oknum-oknum tidak bertanggung jawab untuk menyebar berita palsu (hoax), baik dengan disadari atau tidak sengaja.

Kesalahan yang disengaja seperti menyebar berita palsu sudah banyak dibahas orang lain. namun disini saya akan menjelaskan kesalahan pengguna media sosial yang tidak disengaja. Dalam pemasaran pariwisata kesalahan tidak sengaja adalah dengan memposting foto destinasi yang tidak sebenarnya di Media Sosial, atau memposting foto dengan tingkat editan yang terlalu dramatis, atau dengan berbagai trik lainya sehingga membuat orang sangat tertarik untuk berkunjung. Seperti yang terjadi akhir-akhir ini di Pura Lempuyang Bali yang beritanya saya kutip langsung dari media  kompas.com berikut:

Seorang wisatawan mancanegara (wisman) Polina Marinova kecewa ketika berburu foto ke Pura Lempuyang di Kabupaten Karangasem, Bali. Bayangannya akan foto-foto cantik pengguna Instagram di gerbang Pura Lempuyang, ternyata hanyalah ilusi. Ia berpikir bahwa di area pura terdapat kolam atau genangan air untuk memantulkan bayangan para pengunjung yang berfoto di gerbang.

"Itu sungguh kelihatan luar biasa, tetapi tentunya di Instagram tidak ada satu pun orang yang menuliskan bahwa itu nyata. Jadi saya berasumsi ada air di sana," 

Nyatanya ketika sampai ke Pura Lempuyang, Marinova justru melihat jasa potret ilusi dengan cara menaruh cermin di bawah kamera smartphone. Sehingga pantulan pengunjung yang berfoto di Pura Lempuyang terlihat jelas.


"Bukti bahwa influencer Instagram merusak semuanya. Harapan dan mimpiku rusak ketika menemukan 'air' di Gerbang Surga sebenarnya adalah lapisan cermin di bawah iPhone," tulis Marinova di Twitter

Pendapat saya, "Walupun sangat mempesona toh foto tersebut bukan foto sebenarnya, sehingga wajar jika wisatawan kecewa, ingat dalam hal pengelolaan daya tarik wisata alam ataupun budaya keaslian dan otentisitas daya tarik adalah hal yang utama. Terutama bagi wisatawan-wisatawan mancanegara yang sudah sangat teredukasi dengan baik" (baca buku tentang teori daya tarik wisata)"


Pura Lempuyang Bali
Komplain Pura Lempuyang Bali, Sumber: kompas.com


Disini saya tidak menyalahkan pihak manapun, karena memang ini kesalahan tersebut tidak disengaja, atau akibat kurangnya pengetahuan pelaku usaha. Akan tetapi, memang hal tersebut bisa berdampak negatif, karena hal tersebut dapat membuat seakan-akan wisatawan ditipu, padahal mereka sudah datang jauh-jauh dari negara asalnya, namun tidak memperoleh seperti apa yang mereka bayangkan. Editing mungkin memang menjadi penting untuk mempermanis iklan dalam segi pemasaran. Akan tetapi, editing yang dilakukan jangan sampai terlalu berbeda jauh dengan kondisi aslinya.

Efek negatif media sosial lainya yaitu penyebaran berita yang menjadi tidak terbendung, tentu hal ini akan membuat wisatawan berbondong-bondong menuju destinasi karena tertarik dengan keindahan foto di media sosial. Tentu hal ini juga bisa menguntungkan jika bisa dikelola dengan baik, akan tetapi bisa juga menjadi sangat merugikan karena wisatawan masal yang datang tidak terkontrol akan membuat destinasi yang dikunjung menjadi rusak.  Masih ingat tentang kasus kerusakan daya tarik bunga amarylis di Gunungkidul yang pernah saya tulis? Jika belum, Anda masih dapat membacanya disini. Kasus ini dapat terjadi akibat pengelola destinasi wisata masih belum siap, karena memang pada dasarnya manajemen belum ada, apalagi bicara tentang carring capacity. Padahal, berita tentang keindahan bunga amarylis khas Gunungkidul ini sudah santer menjadi perbincangan di media sosial untuk menjadi destinasi yang wajib dikunjungi pada saat itu.

Efek seperti diatas, dapat menjadi lebih berbahaya jika yang kita kelola adalah destinasi wisata alam, karena sekali alam atau lingkungan yang rusak maka tidak pernah dapat diperbaiki seperti semula. Selain kerusakan alam, pertimbangkan juga kerusakan nilai sosial budaya bagi masyarakat, karena ini juga berbahaya. Keruskan nilai moral dapat terjadi akibat masyarakat lokal terpengaruh (meniru) budaya yang datang dari luar (budaya wisatawan), yang sesungguhnya tidak sesuai (pantas) dengan nilai sosial-budaya masyarakat lokal. Jadi, mari kita bijak dalam mengelola pariwisata, pastikan semuanya dapat kita kontrol dan dimajamen dengan tepat. Terutama kontrol dalam hal mempromosikan destinasi kita, jangan terlalu bernafsu untuk dapat tenar sebelum semuanya siap ...
Salam pariwisata


Wednesday, July 17, 2019

Camping di Pantai Kesirat : Lokasi Ideal bagi Penikmat Senja



Camping atau kemah telah menjadi gaya hidup anak muda dalam beberapa tahun belakangan ini. Camping menjadi ajang mencari jati diri bagi sebagian anak muda. Saya katakan demikian karena saya sendiri telah membuktikannya, beberapa tahun terakhir hampir setiap bulan sekali saya pulang pergi Jogja-Bandung menggunakan kereta. Setiap akhir pekan saya selalu barengan dengan pemuda-pemudi yang membawa tas ransel besar-besar, setiap ditanya kana kemana? mereka berkata jika ingin mendaki gunung. Biasanya ketika ditanya mendaki kemana? Mereka kebanyakan mengatakan ke Semeru.

Pantai Kesirat Gunungkidul Yogyakarta
Camping di Pantai Kesirat, Sumber : Toyok Yok
Trend ini kemumngkinan juga dipicu oleh banyaknya foto sunset, sunrise, lautan awan dan pemandangan lainnya di media social, dengan latar belakang yang menandakan bahwa foto tersebut adalah keindahan alam yang didapat dengan mendaki gunung. Selain untuk mendapatkan foto, pengalaman hidup tinggal di alam (camping) juga menjadi motivasi tersendiri bagi anak muda yang sedang mencari jati diri ini, serta mensyukuri semua nikmat tuhan YME yang telah memberikan alam yang sungguh maha indah ini. Akan tetapi, mendaki gunung untuk camping bukanlah perkara yang mudah, terutama bagi pemula, karena dibutuhkan persiapan yang matang, baik mental, fisik, maupun peralatan yang memadahi. Oleh karena itu dalam artikel ini saya ingin merekomendasikan tempat camping yang sedikit berbeda, yaitu di pantai dimana tidak diperlukan banyak kegiatan mendaki, namun tetap dapat memperoleh keindahan alam yang mewah.

Pantai yang saya maksuk ini bernama Pantai Kesirat. Jangan membayangkan tentang hamparan pasir putih, gemericik ombak yang menyapu bibir pantai, atau hewan-hewan laut kecil yang berlarian diantara pasir serta renik sisa karang yang dihantam ombak. Karena, Pantai Kesirat tidak menawarkan pemandangan seperti itu. Pantai ini justru mempunyai pesona tersendiri lewat panorama senja yang luar biasa indah dengan pohon abadi sebagai ikon yang menegaskan bahwa di pantai ini tidak pernah kehabisan cerita tentang senja. Pantai Kesirat memiliki satu pohon oleh penduduk setempat dan para pengunjung disebut sebagai pohon abadi. Pohon tunggal yang tumbuh tepat di bibir tebing itu terlihat begitu mencolok dan mencuri perhatian. Saat musim penghujan, pohon akan dipenuhi dengan daun hijau yang rimbun. Namun saat musim kemarau tiba, satu persatu daun akan berguguran hingga menyisakan batang pohon dan ranting-ranting yang nyaris gundul. Kehadiran pohon tersebut menjadi begitu menarik dan semakin mempercantik pemandangan di Kesirat saat senja tiba. Wisatawan pun biasanya tak lupa untuk berpose di bawah pohon tersebut.

Pantai Kesirat Gunungkidul Yogyakarta
Suasana Malam Pantai Kesirat, Sumber : Toyok Yok
 Tentu saya sangat merekomendasikan pantai ini, tidak rugi bagi Anda untuk kemah disini sekedar menikmati senja, Pesona malam hari di pantai ini pun tidak kalah indahnya. Deburan ombak yang menghantam tebing karang menjadi lullaby yang akan menemani tidurmu. Anda pun bisa membuat api unggun dan mengadakan barbeque party. Lokasi pantai yang jauh dari areal perkampungan membuatmu bebas untuk bernyanyi sekencang-kencangnya hingga dini hari. Eits, tapi sesudah camping dan membuat api unggun pastikan sebelum meninggalkan tempat ini semua sampah Anda bersihkan ya! Bagi Anda yang sedikit bosan camping di gunung, camping  di pantai ini saya jamin Anda akan mendapatkan pengalaman yang sangat berbeda J.

Pantai Kesirat Gunungkidul Yogyakarta
Foto Suasan Malam, Sumber : Toyok Yok
Pantai Kesirat ini terletak di Dusun Wiloso, Desa Girikarto, Kecamata Panggang, Kabupaten Gunungkidul. Lokasinya tak jauh dari Pantai Gesing dan Pantai Wohkudu. Dari pusat Kota Yogyakarta Pantai Kesirat bisa ditempuh sekitar 2 jam perjalanan dengan rute Jogja – Imogiri – Panggang. Jika melalui rute Jalan Wonosari – Patuk, maka waktu yang Anda perlukan akan jauh lebih lama. Sepanjang jalan menuju akan ditemani bentang alam yang indah berupa bukit-bukit, lembah, serta hutan di kanan kirinya.

Lulusan Pariwisata KOK INGIN JADI PNS? simak dulu ulasanya disini.

Pastikan kendaraanmu dalam kondisi prima, sebab rute antara Selopamioro hingga Panggang berupa tanjakan terjal yang berkelok. Jika Anda sudah tiba di daerah Panggang, Anda bisa mencari petunjuk arah menuju Pantai Gesing, setelah itu Anda akan menemukan petunjuk arah menuju Pantai Kesirat. Andai Anda bingung, tanyakanlah rute kepada penduduk lokal yang akan membantumu dengan ramah. Pantai ini tersembunyi di balik bukit Karst dan semak belukar, anda bisa menuju kesana dengan sewa bus jogja jika bawa rombongan atau sewa mobil jogja lepas kunci jika dengan keluarga.

Pantai Kesirat Gunungkidul Yogyakarta
Foto Suasan Senja di Pantai Kesirat, Sumber : Toyok Yok

Sebagai tambahan informasi bahwa harga tiket di Pantai Kesirat dikenakan biaya, Rp. 3.000,- untuk motor dan Rp. 5.000,- untuk mobil, harga ini belum termasuk parker. Demikian informasi mengenai Pantai Kesirat. Sampai Jumpa di Jogja …

Foto Siang Hari, Sumber : https://traveloskyholiday.com

Wednesday, June 12, 2019

Konsep dan Definisi Wisata Bencana (Dark Tourism)

Seiring berjalanya waktu destinasi wisata semakin hari semakin kaya dengan berbagai macam atraksi serta model pengembangan pariwisatanya. Mulai dari wisata alam, budaya, wisata bauatan, minat khusus, wisata sejarah kekelaman masa lalu (dark tourism)  dan yang terakhir akan dibahas adalah  wisata bencana.

wisata bencana
Wisata Bencana Lava Tour, Sumber https://www.facebook.com/lavatourmerapijeep
Wisata bencana mulai berkembang di berbagai daerah rawan bencana, salah satunya di Kota Wisata, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Sebagian wilayah di Yogyakarta pada dasarnya merupakan kawasan rawan bencana. Badan Penganggulangan Bencana Daerah (BPBD) Yogyakarta menyebutkan bahwa gempa yang tercacat dalam literaturnya sebanyak 7 kali gempa tektonik, dari rentang tahun 1867, 1937, 1943, 1976, 1981, 2001 dan 2006. Gempa terbesar yakni tahun 1867, 1943 dan 2006.

Yogyakarta tidak hanya rawan gempa tektonik saja, disebutkan juga bahwa yogyakarta rawan bencana gunung meletus. Yogyakarta mempunyai  gunung aktif Merapi yang sudah 33 kali meletus dari 300 tahun yang lalu. Mengacu dari data kementerian Energi Sumber Daya Mineral Badan Geologi. Perlu diketahui bahwa Gunung Merapi yang berada di antara Yogyakarta dan Jawa Tengah adalah gunung api teraktif di pulau Jawa bahwa dunia. Bahkan letusan Gunung Merapi tahun 2010 merupakan letusan yang terbesar karena mampu memuntahkan material vulkanik hingga mencapai 140 juta meter kubik.

Wilayah- wilayah terdampak bencana di Yogyakarta ternyata tidak selamanya berputus asa menyerah pada bencana. Dibalik benccana yang pernah melada ternyata beberapa wilayah justru mampu bangkit dan berkembang pariwsiatanya.

wisata bencana
Wisata Bencana Lava Tour, Sumber https://www.facebook.com/lavatourmerapijeep
Fenomena pariwisata berbasis komunitas pasca bencana di Yogyakarta memang cukup unik. Sebagian wisata berbasis warga dibangun atas semangat untuk bangkit dari keterpurukan pasca bencana terjadi (letusan Merapi maupun gempa tektonik). Semisal Desa Nglanggeran, Gunung Kidul. Desa wisata ini dibangun pasca gempa tektonik Yogyakarta tahun 2006. Keunikan desa ini adalah geowisata Gunung Purba Nglanggeran, serta ditambah ekowisata berbasis minat khusus lainnya. Kemudian  Desa Wisata Dusun Ngelepen, Prambanan, Sleman yang sering juga disebut dengan Dusun Teletabies, dikarenakan rumah yang dibangun di dusun tersebut serupa dome seperti rumah Teletabies pada serial anak-anak Teletabies. Para wisatawan yang berkunjung di dusun tersebut dipersilahkan melihat bagaimana masyarakat dusun tersebut beraktifitas diantara rumah-rumahnya yang unik. Para wisatawan pun bisa menginap di rumah penginapan serupa dome tersebut, untuk menikmati bagaimana rasanya hidup dalam rumah “Teletabies”.

Dari sekian destinasi wisata berbasis komunitas dan kebencanaan di Yogyakarta, fenomena kepariwisataan komunitas berbasis kebencanaan yang menarik salah satunya adalah di kecamatan Cangkringan, Sleman,  Yogyakarta dengan daya tarik wisata lava tournya. Kecamatan Cangkringan berjarak hanya 7-10 Km dari puncak Gunung Merapi. Sebagian dari wilayah Cangkringan masuk dalam Kawasan rawan bencana III. Kawasan ini sudah sering kali terkena dampak letusan merapi sehingga menimbulkan bentang alam yang begitu unik dan dinamis dari waktu ke waktu. Sedangkan Lava Tour merupakan salah satu atraksi pariwisata yang ditawarkan oleh masyarakat di lereng Gunung Merapi.

Hadirnya fenomena Lava Tour adalah sebuah keunikan dalam model wisata. Lava Tour pada dasarnya adalah sebuah kemasan wisata yang merujuk pada bencana (tepatnya pasca bencana) sebagai komoditas pariwisata.

Suatu kontradiksi di kalangan ilmuan pariwisata bahwa adanya wisata bencana masih terdapat perbedaan pendapat, antara yang pro dan yang kontra. Beberapa pendapat yang kontra misalnya “Wisatawan pada dasarnya datang untuk mendapatkan hiburan, bukan ingin melakukan penelitian maupun observasi. Maka sesungguhnya konsep wisata bencana pada dasarnya adalah hal yang paradoks dan terkesan aneh dan negatif” (McKercher, 1993) dan (Sharpley, 2006). Beberapa juga menganggap bencana bukanlah sebuah tontonan, dan tidak selayaknya bersenang-senang diatas penderitaan orang lain. “Pada dasarnya tujuan wisata bencana adalah hanya tertarik pada kehancuran, bukan berniat untuk menolong” (Potts, 2006; Miller, 2008).

Kemudian pada sisi pro mengatakan bahwa “Wisata bencana pada dasarnya sebagai kendaraan memahami bagaimana dampak bencana nampak melalui tur wisata (Miller, 2008). Fenomena wisata yang menjadikan bencana sebagai “tontonan” memang sulit dihindarkan. Arus masyarakat untuk datang sendiri melihat peristiwa bencana dipengaruhi oleh media massa dalam hal ini jurnalis maupun pejabat pemerintah yang memperlihatkan “tur” mereka di wilayah bencana. Secara tidak langsung media massa dan pejabat pemeritah telah mempromosikan kawasan tersebut (Pezzulo, 2010).

Perdebatan tentang bencana bisa menjadi komoditas wisata atau tidak adalah mengacu pada definisi pariwisata sebagai “Kegiatan rekreasi diluar domisili untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain” (Damanik & Weber, 2006)Pada umumnya wisata adalah aktifitas seseorang atau kelompok yang keluar dari domisilinya untuk mengisi waktu luang (leisure) dengan hiburan. Pendekatan definisi-definisi yang sifatnya konvensional seperti diatas ini yang membuat fenomena bencana sebagai wisata menjadi perdebatan.

Dari berbagai kajian diketahui latar belakang munculnnya pariwisata adalah untuk mengembalikan kembali ke kondisi awal setelah dilanda bencana, Masyarakat lokal akhirnya harus bernegosiasi dengan bisnis wisata sebagai  solusi ekonomi mereka. Mau membuka diri dengan menjadikan bencana sebagai komoditas wisata demi mengembalikan kondisi ekonomi mereka. Hal inilah yang terjadi di Yogyakarta pasca erupsi Gunung Merapi, maupun di kota lain di dunia seperti di New Orleans pasca badai Catrina.
disaster tourism
Erupsi Gunung Berapi, Sumber fdestianz.blogspot.com
Lalu apa sebenarnya wisata bencana itu ? serta bagaimanakah pola pengembanganya?
Dalam riset, Zein Mufarrih Muktaf (2017) mengajukan konsep wisata bencana sebagai berikut :
Wisata bencana pada dasarnya adalah wisata edukasi yang membawa kehancuran, kematian dan kehidupan kembali sebagai  daya tarik wisata. Kesaksian korban, serta lokasi peristiwa menjadi hal yang ontentik untuk diperhatikan. Kaitan dampak emosional dari wisata bencana lebih terasa daripada mempelajari bencana di museum.

Wisata bencana menghadirkan trip atau tur sebagai bagian dari kemasan wisata. Wisatawan bisa melihat langsung bagaimana bencana terjadi. Hal ini seperti yang dilakukan dalam wisata bencana Lava Tour di lereng Gunung Merapi Yogakarta.
Bagaimana padanagan masyarakat tuan rumah terhadap pariwisata? pelajari disini

Peran komunikasi antara penggerak wisata dan wisatawan menjadi sangat penting, yakni bertugas menceritakan kronologi peristiwa kepada wisatawan, dan akan lebih baik jika yang menceritakan adalah korban langsung atau saksi mata langsung, karena lebih otentik dan meyakinkan. Keempat, wisata bencana lebih mengutamakan interaksi antara saksi dan wisatawan. Hal inilah yang membedakan dengan wisata di museum. Di wisata museum wisatawan harus lebih aktif, Jika mengunakan pemandu wisata, posisi pemandu wisata hanya sebatas penyampai informasi, bukan saksi mata, korban atau ahli. Hal inilah yang membuat wisata bencana lebih mempunyai dampak yang tinggi terhadap wisatawan.

Wisata bencana bisa menjadi bagian dari literasi bencana, dikarenakan saksi atau korban menjelaskan banyak hal tentang kebencanaan.

Ditulis berdasarkan intisari  hasil riset Zein Mufarrih Muktaf (2017)