Friday, January 3, 2020

Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Pariwisata Jabal Kelor di Bantul

Partisipasi masyarakat merupakan hal yang sangat penting dalam pengembangan pariwisata. Master Pland atau perencanaan pariwisata sebagus apapun, tidak akan pernah tercapai tanpa adanya dukungan dan partisipasi masyarakat. Andai saja sebuah proyek tetap dapat selesai dieksekusi, namun tanpa ada partisipasi masyrakat maka  pariwisata tersebut tetap diragukan keberlangsungannya.

Sebaliknya, meskipun sebuah destinasi dibangun dengan modal sedikit, namun dukungan serta partisipasi masyarakat sangat baik, proyek tersebut akan dapat jalan dan tetap survive, bahkan bisa berkembang menjadi destinasi wisata unggulan. Salah satu destinasi yang cukup berkembang adalah Wisata Puncak Sosok di Dusun Dadap Kulon, Desa Bawuran, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. 


Destinasi Puncak Sosok Jabal Kelor
Daya Tarik Jabal Kelor di Malam Hari, Sumber Tedi Kusyairi

Jabal Kelor merupakan destinasi wisata yang memiliki berbagai macam daya tarik, misalnya: Puncak Gebang, Puncak Sosok, dan sebuah jalur trek sepeda gunung di area perbukitan dengan kondisi jalan yang sempit dan terjal. Aktifitas yang ditawarkan di kedua puncak ini adalah melihat panorama alam dan menonton acara besar bersama. Selain itu, bagi para pecinta wisata olah raga dapat melakukan latihan balap sepeda gunung di Gebang Bike Park. 

Saya, mencoba untuk mempelajari terkait berbagai bentuk pertisipasi wisata yang terjadi di Jabal Kelor.  Bersama tim kecil yang terdiri dari rekan sejawat, Kami mencoba membuat identifikasi partisipasi masyarakat dalam upaya pengembangan destinasi wisata di Jabal Kelor.

Wawancara telah kami lakukan untuk mengetahui dan menganalisis keadaan pariwisata yang ada, mencari gambaran partisipasi masyarakat, bentuk-bentuk partisipasi masyarakat, serta capaian hasil dari partisipasi masyarakat. Informan kunci kami adalah ketua dan beberapa anggota Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS), kepala desa Bawuran, dan beberapa perwakilan masyarakat lokal.

Berikut hasil analisis partisipasi masyarakat dalam pengembangan dusun Dadap Kulon menjadi daya tarik wisata berbasis masyarakat saat ini dikenal dengan Jabal Kelor.

Masyarakat dalam Bentuk Buah Pikir (ide-ide)
Anggota masyarakat sering diajak pengelola berdiskusi mengenai pengembangan Jabal Kelor dari sudut pandang mereka, sehingga muncul berbagai ide kreatif dan secara tidak langsung, hal tersebut menambah rasa percaya diri para anggota. Sejak awal, warga mengikuti perubahan dusun Dadap kulon hingga menjadi sebuah destinasi wisata. Perkembangan Jabal Kelor telah memicu warga untuk membentuk organisasi sederhana dan sistem kepengurusan. Beberapa pemuda mengajak tetua desa untuk bermusyawarah membahas pengembangan Jabal Kelor dan menghasilkan organisasi yang disebutmasyarakat yang sadar wisata (POKDARWIS). Masyarakat juga bermusyawarah dan menyepakati pembangunan jalur trek sepeda gunung yang dibangun dari puncak Sosok sampai puncak Gebang. Menyepakati pembangunan jalur trek sepeda tersebut bukanlah hal yang mudah, karena harus menyatukan persepsi setiap warga yang lahan kebunnya dilewati sebagai jalur trek sepeda gunung. Selain hal tersebut, warga juga bermusyawarah untuk mengelola acara balap sepeda Kapolda Cup Bike Fest 2017 yang telah dilaksanakan pada 23 dan 24 Desember 2017.

Masyarakat dalam Bentuk Tenaga Fisik
Masyarakat paham betul bahwa jika tidak ada jalan yang layak, wisatawan tidak mau berkunjung ke sana dan masyarakat tidak dapat mengembangkan puncak Sosok. oleh karena itu, pengelola tidak mengalami kesulitan dalam mengerahkan warga untuk membuat fasilitas wisata seperti: meja dan kursi, lampu-lampu hias, membangun mushola, aula dan toilet.

Suatu kasus yang pernah terjadi di Jabal Kelor justru menjadi pelajaran bagi warga tentang kewajiban menciptakan suasana aman dan nyaman di sebuah daya Tarik wisata. Jabal Kelorpernah membuka jam kunjungan wisatawan selama 24 jam. Pada suatu malam, ada wisatawan yang meminum minuman alcohol, membuat kerusuhan di puncak Sosok hingga berseteru dengan para pengelola yang bertugas sebagai penjaga, sehingga wisatawan tersebut pun di usir dari Puncak Sosok. Setelah kejadian tersebut, para pengurus berdiskusi mengenai beberapa aturan seperti menetapkan jam kunjung wisatawan dan beberapa aturan yang tidak boleh dilanggar oleh wisatawan. Mengelola sebuah daya tarik wisata memang bukanlah hal mudah, terutama bagi warga dusun Dadap Kulon yang tidak tahu sama sekali tentang kepariwisataan. Kasus tersebut,telah memberikan pengalaman bagi warga, supaya mengelola Jabal Kelor lebih baik lagi dengan membuat beberapa aturan dalam pengelolaan dan bagi wisatawan. Partisipasi dalam edukasi terlihat dari upaya menciptakan keamanan, ketertiban, kebersihan, dan kenyamanan lingkungan Jabal Kelor yang dilakukan masyarakat sendiri berdasarkan pada pengalaman.


Partisipasi Masyarakat dalam Bentuk Harta Benda
Meski warga tergolong dalam ekonomi lemah, partisipasi harta benda yang dilakukan oleh warga ternyata tidak hanya sebatas sumbangan dalam bentuk uang sukarela. Pengelola dan warga bersama-sama menyepakatimenggunakan seluruh bantuan dana dari desa dan bantuan dana dari lembaga lainnya untuk membangun daya tarik wisata Jabal Kelor. Pengelola dan warga juga sepakat menggunakan seluruh pemasukan dari Jabal Kelor untuk membangun fasilitas dan atraksi tambahan. Masyarakat berharap bahwa dengan menggunakan seluruh dana yang ada, bisa membangun fasilitas yang lebih baik lagi, sehingga semakin banyak wisawatan maka akan semakin banyak pendapatan. Saat ini, hal tersebut merupakan usaha terbaik yang bisa dilakukan oleh warga.

Itulah berbagai bentuk partisipasi masyarakat yang terjadi di destinasi Jabal Kelor, untuk lebih jelas dapat membaca artikel lengkapnya disini

1 comment:
Write komentar
  1. halo pak izin bertanya bagaimana peran partisipatif masyarakat dalam pengimplementasian festival berbasis masyarakat di suatu daerah desa wisata pak?
    terimakasih

    ReplyDelete