Partisipasi masyarakat merupakan hal yang sangat penting dalam pengembangan pariwisata. Master Pland atau perencanaan pariwisata sebagus apapun, tidak akan pernah tercapai tanpa adanya dukungan dan partisipasi masyarakat. Andai saja sebuah proyek tetap dapat selesai dieksekusi, namun tanpa ada partisipasi masyrakat maka pariwisata tersebut tetap diragukan keberlangsungannya.
Sebaliknya, meskipun sebuah destinasi dibangun dengan modal sedikit, namun dukungan serta partisipasi masyarakat sangat baik, proyek tersebut akan dapat jalan dan tetap survive, bahkan bisa berkembang menjadi destinasi wisata unggulan. Salah satu destinasi yang cukup berkembang adalah Wisata Puncak Sosok di Dusun
Dadap Kulon, Desa Bawuran, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta,
Indonesia.
Daya Tarik Jabal Kelor di Malam Hari, Sumber Tedi Kusyairi |
Jabal
Kelor merupakan destinasi wisata yang memiliki berbagai macam daya tarik, misalnya: Puncak Gebang, Puncak Sosok, dan sebuah jalur trek sepeda gunung di area perbukitan dengan kondisi
jalan yang sempit dan terjal. Aktifitas yang
ditawarkan di kedua puncak ini adalah melihat panorama alam dan menonton acara
besar bersama. Selain itu, bagi para pecinta wisata olah raga dapat melakukan
latihan balap sepeda gunung di Gebang Bike Park.
Saya, mencoba untuk mempelajari terkait berbagai bentuk pertisipasi wisata yang terjadi di Jabal Kelor. Bersama tim kecil yang terdiri dari rekan sejawat, Kami mencoba membuat identifikasi partisipasi masyarakat dalam upaya
pengembangan destinasi wisata di Jabal Kelor.
Wawancara
telah kami lakukan untuk
mengetahui dan menganalisis keadaan pariwisata yang ada, mencari gambaran partisipasi masyarakat,
bentuk-bentuk partisipasi masyarakat, serta capaian hasil dari partisipasi masyarakat. Informan kunci kami adalah ketua dan beberapa anggota Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS),
kepala desa Bawuran, dan beberapa perwakilan masyarakat lokal.
Berikut hasil
analisis partisipasi masyarakat dalam pengembangan dusun Dadap Kulon menjadi
daya tarik wisata berbasis masyarakat saat ini dikenal dengan Jabal Kelor.
Masyarakat dalam Bentuk Buah Pikir (ide-ide)
Anggota
masyarakat sering diajak pengelola berdiskusi mengenai pengembangan
Jabal Kelor dari sudut pandang mereka, sehingga muncul berbagai ide kreatif dan
secara tidak langsung, hal tersebut menambah rasa percaya diri para anggota. Sejak awal, warga mengikuti perubahan dusun Dadap kulon hingga menjadi sebuah destinasi wisata. Perkembangan Jabal Kelor telah memicu warga untuk membentuk organisasi sederhana dan sistem kepengurusan. Beberapa pemuda mengajak tetua desa untuk bermusyawarah membahas pengembangan Jabal Kelor dan menghasilkan organisasi yang disebutmasyarakat yang sadar wisata (POKDARWIS). Masyarakat juga bermusyawarah dan menyepakati pembangunan jalur trek sepeda gunung yang dibangun dari puncak Sosok sampai puncak Gebang. Menyepakati pembangunan jalur trek sepeda tersebut bukanlah hal yang mudah, karena harus menyatukan persepsi setiap warga yang lahan kebunnya dilewati sebagai jalur trek sepeda gunung. Selain hal tersebut, warga juga bermusyawarah untuk mengelola acara balap sepeda Kapolda Cup Bike Fest 2017 yang telah dilaksanakan pada 23 dan 24 Desember 2017.
Masyarakat dalam Bentuk Tenaga Fisik
Masyarakat paham betul bahwa jika tidak ada jalan yang layak, wisatawan tidak mau
berkunjung ke sana dan masyarakat tidak
dapat mengembangkan puncak Sosok. oleh karena itu, pengelola tidak mengalami kesulitan dalam mengerahkan warga untuk membuat fasilitas wisata seperti: meja
dan kursi, lampu-lampu hias, membangun mushola, aula dan toilet.
Suatu kasus yang pernah terjadi di Jabal Kelor justru menjadi pelajaran bagi warga tentang kewajiban menciptakan suasana aman dan nyaman di
sebuah daya Tarik wisata. Jabal Kelorpernah membuka jam kunjungan wisatawan selama 24 jam. Pada suatu malam, ada wisatawan yang meminum minuman alcohol, membuat kerusuhan di puncak Sosok hingga
berseteru dengan para pengelola yang bertugas sebagai penjaga, sehingga
wisatawan tersebut pun di usir dari Puncak Sosok. Setelah kejadian tersebut,
para pengurus berdiskusi mengenai beberapa aturan seperti menetapkan jam
kunjung wisatawan dan beberapa aturan yang tidak boleh dilanggar oleh
wisatawan. Mengelola sebuah daya tarik wisata memang bukanlah hal mudah, terutama bagi
warga dusun Dadap Kulon yang
tidak tahu sama sekali tentang
kepariwisataan. Kasus tersebut,telah memberikan pengalaman bagi warga, supaya mengelola Jabal Kelor lebih baik lagi
dengan membuat beberapa aturan
dalam pengelolaan dan bagi wisatawan.
Partisipasi dalam edukasi terlihat dari upaya menciptakan keamanan, ketertiban, kebersihan, dan kenyamanan
lingkungan Jabal Kelor yang dilakukan masyarakat sendiri berdasarkan pada pengalaman.
Meski
warga tergolong dalam ekonomi lemah, partisipasi harta benda yang dilakukan oleh
warga ternyata tidak hanya sebatas sumbangan dalam
bentuk uang sukarela. Pengelola dan warga bersama-sama menyepakatimenggunakan seluruh bantuan dana
dari desa dan bantuan dana dari lembaga lainnya untuk membangun daya
tarik wisata Jabal Kelor. Pengelola dan warga juga sepakat
menggunakan seluruh pemasukan dari Jabal
Kelor untuk membangun fasilitas dan atraksi tambahan. Masyarakat berharap bahwa
dengan menggunakan seluruh dana yang ada, bisa membangun fasilitas yang lebih
baik lagi, sehingga semakin banyak wisawatan maka akan semakin banyak
pendapatan. Saat ini, hal tersebut merupakan usaha terbaik yang bisa dilakukan
oleh warga.
Itulah berbagai bentuk partisipasi masyarakat yang terjadi di destinasi Jabal Kelor, untuk lebih jelas dapat membaca artikel lengkapnya disini
halo pak izin bertanya bagaimana peran partisipatif masyarakat dalam pengimplementasian festival berbasis masyarakat di suatu daerah desa wisata pak?
ReplyDeleteterimakasih