Tuesday, March 15, 2022

FGD Desa Wisata Terintegrasi

FGD Desa Wisata Terintegrasi telah dilaksanakan pada tanggal 12 Februari 2022 yang dihadiri sebanyak 15 peserta dari berbagai elemen masyarakat atau komunitas dan Pengelola Desa Wisata. Kegiatan FGD Desa Wisata Terintegrasi ditujukan untuk memberikan wawasan kepada masyarakat terkait desa wisata terintegrasi, yang diharapkan mampu memfasilitasi berbagai kepentingan masyarakat yang ada di Desa Wisata Garongan serta sebagai wahana pemerataan manfaat ekonomi.

Desa Wisata Terintegrasi
Peserta FGD Desa Wisata Terintegrasi

Desa wisata terintegrasi merupakan konsep yang diharapkan mampu menambah nilai keunggulan bersaing bagi Desa Wisata Garongan, mengingat persaingan bisnis desa wisata di Yogyakarta sangat ketat.

Dalam Kegiatan FGD Desa Wisata Terintegrasi ini hadir beberapa narasumber sebagai pemantik. Narasumber pertama adalah Ibu Nyoman Rai Safitri selaku Kabid Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Usaha Jasa Pariwisata, Dinas Pariwisata Sleman.

Narasumber Ketiga adalah Bapak Prihatno selaku Ketua Sekolah Tinggi Pariwisata AMPTA Yogyakarta. Kemudian narasumber ketiga adalah Saudara Rudi Wijayanto selaku praktisi Biro Perjalanan Wisata (BPW) dari Maldewa Tourindo.

Selanjutnya, sesi diskusi dipimpin oleh kedua pendamping Desa Wisata Garongan yaitu Bapak Hary Hermawan dan Bapak Arif Dwi Saputra. Diskusi ini ditujukan untuk menggali lebih dalam mengenai berbagai pandangan tokoh-tokoh masyarakat terkait eksistensi Desa Wisata Garongan, termasuk menampung berbagai kepentingan komunitas masyarakat yang ada untuk selanjutnya akan diupayakan untuk diakomodir dalam program-program pendampingan.

Turut hadir dalam kegiatan ini Bapak Armun selaku Perwakilan dari Pemerintah Kalurahan Wonokerto.

Desa Wisata Terintegrasi
Sambutan Ibu Nyoman dari Dinas Periwisata Sleman

Desa Wisata Terintegrasi
Materi dari Bapak Rudi dari Maldewa Tourindo

Desa Wisata Terintegrasi
Sambutan Bapak Armun dari Pemerintah Wonokerto

Desa Wisata Terintegrasi
Sambutan Bapak Agus Perwakilan Pengelola Desa Wisata Garongan




Monday, March 14, 2022

Sejarah Desa Garongan

 Menurut cerita dari Bapak Agus 19 Februari (2022), desa ini mendapat julukan “Garongan” karena memiliki cerita tersendiri. Menurut informasi masyarakat terdahulu, desa ini disebut sebagai tempat singgah para Garong yang berarti pencuri atau perompak dalam Bahasa Jawa. Konon disebutkan bahwa para Garong ini berasal dari Pantai Utara.

Sebelumnya, para kelompok pencuri atau Garong tersebut tidak bisa datang dan tinggal di Desa Garongan karena lokasi Desa Garongan terletak di antara lereng Gunung Merapi dan Gunung Merbabu. Jalur menuju Desa Garongan tidak bisa ditempuh dengan jalan kaki maupun berkuda, serta kondisi jalan pada waktu itu yang sangat sulit untuk dilalui.


Sejarah Desa Garongan
Foto Kawasan Desa Garongan

Setelah beberapa waktu berlalu (tidak ada sumber informasi yang valid), terjadi erupsi besar sehingga lereng-lereng diantara Gunung Merapi dan Gunung Merbabu itu runtuh. Setelah itu, beberapa puluh tahun kemudian akses untuk jalan sudah dapat dilalui. Para Garong akhirnya bisa datang dan berhenti di daerah ini karena jika mereka ke arah Utara maka tanahnya terlalu tandus dan belum bisa ditanami. Selain itu, apabila mereka ke arah Selatan sudah terdapat kepemerintahan Kasultanan Yogyakarta yang sudah berkuasa. Sehingga mereka tidak berani untuk singgah ke Selatan.

Akhirnya, Kawasan Desa Garongan menjadi satu-satunya lokasi yang sangat strategis bagi para garong untuk singgah. Setelah mereka singgah, mereka melanjutkan aktifitas mereka sebagai garong yaitu mencuri dan sebagainya. Selanjutnya garong tersebut menetap dan tinggal di Desa Garongan dari generasi ke generasi berikutnya. Namun perlu diketahui bahwa saat ini dalam kehidupan masyarakat Desa Garongan sudah tidak ada lagi budaya garong atau mencuri.

Satu-satunya yang tersisa hanya nama kawasannya yaitu Desa Garongan, yang secara administratif saat ini dibagi menjadi (dua) nama dusun, yaitu Dusun Kembang dan Dusun Pojok, yang termasuk dalam wilayah Kalurahan Wonokerto, Kapanewon Turi, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Secara Geografis Desa Wisata Garongan terletak di lereng Gunung Merapi. Berjarak 14,3 Kilometer dari puncak Gunung Merapi. Akses menuju Desa Wisata Garongan berjarak 21 Kilometer ke arah Utara dari Ibukota Daerah Istimewa Yogyakarta, atau sekitar 15 Kilometer ke arah Utara dari Ibukota Kabupaten Sleman.

Sejarah Desa Garongan
Penulis


Thursday, December 3, 2020

Mewujudkan Pelayanan Prima di Destinasi Wisata

Loyalitas merupakan aspek penting yang harus terus diperhatikan pengelola desa wisata. Loyalitas yang dimaksud dalam kasus pengelolaan desa wisata adalah adanya kunjungan yang terus berulang.  selain terlihat dari pembelian ulang, loyalitas juga dapat dilihat dari adanya rekomendasi positif atau Word of Mouth atau lebih sering disebut sebagai WOM. 

Kunjungan ulang wisatawan serta rekomendasi positif merupakan dua aspek penting yang harus terus diwujudkan oleh pengelola desa wisata untuk mewujudkan pengelolaan desa wisata yang sukses. Kunjungan ulang wisatawan menjadi penting, karena akan memudahkan pengelola dalam pemasaran desa wisata. Dengan adanya kunjungan ulang, walaupun sedikit namun kontinyu, membuat pengelola tidak perlu mengeluarkan biaya promosi yang besar untuk mencari kunjungan wisatawan baru. Dalam kondisi pandemi COVID 19 ini, wisata terbatas dalam skala kecil lebih diutamakan, dengan begitu maka alam tetap terjaga, wisatawan selamat, dan pengelola dan masyarakat tetap mendapatkan dampak ekonomi yang posistif dari adanya kegiatan desa wisata. 

Ilustrasi, sumber https://www.freepik.com

Selain kunjungan ulang, rekomendasi positif dari wisatawan juga merupakan faktor kedua yang penting untuk diupayakan atau dikelola dengan serius. Karena rekomendasi positif mampu memperngaruhi pengambilan keputusan bagi calon wisatawan lain yang akan berkunjung ke desa wisata. Rekomendasi positif sangat efektif dalam pemasaran hingga saat ini. Adannya kecanggihan teknologi informasi (internet) membuat perubahan pola pemilihan destinasi wisata yang baru. Saat ini, calon wisatawan cenderung melihat ulasan orang lain di berbagai media di internet sebelum mereka memutuskan destinasi mana yang akan dikunjungi. oleh karena itu, ulasan positif tentang destinasi dari orang-orang yang telah berkunjung sebelumnya tentu akan sangat memperngaruhi persepsi calon wisatawan dalam memilih destinasi. Dengan adanya internet, wujud dari rekomendasi saat ini tidak harus berupa kata-kata yang diucapkan, namun juga dapat berupa "status" media sosial seseorang, tulisan-tulisan review pada blog atau website populer, share foto, caption, tanda bintang dan sebagainya. 

Untuk mewujudkan loyalitas wisatawan di destinasi wisata, baik kunjungan ulang maupun rekomendasi positif diperlukan tata pengelolaan yang baik terhadap berbagai faktor, mengingat pariwisata merupakan produk yang heterogen. Dengan karakteristik tersebut membuat faktor penentu loyalitas wisatawan sangat susah diprediksi. Akan tetapi, loyalitas dapat dipuayakan melalui upaya menciptakan pengalaman wisatawan yang memuaskan. 

Kepuasan merupakan perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara persepsi atau kesannya terhadap kinerja suatu produk dan harapan-harapannya dengan pengalaman nyata yang diterima. Dalam konteks pariwisata, kepuasan wisatawan dapat disebabkan oleh kesesuaian harapan wisatawan sebelumnya terhadap berbagai atribut yang melekat pada produk destinasi wisata dengan kondisi nyata yang diperoleh wisatawan. 

Kepuasan wisatawan yang telah diperoleh selama menikmati destinasi merupakan kondisi yang sangat menentukan apakah wisatawan akan menjadi loyal terhadap destinasi atau tidak. Pelanggan yang merasa puas terhadap destinasi wisata umumnya akan menjadi pelanggan yang terus meners mengunjunginya. Sebaliknya wisatawan yang tidak puas akan berhenti membeli, atau mengunjungi destinasi. 

Kepuasan juga akan turut menentukan, apakah wisatawan akan merekomendasikan destinasi yang pernah dikunjunginya kepada orang lain atau tidak. Jika wisatawan puas ada kemungkinan untuk meberikan rekomendasi. Namun sebaliknya, jika wisatawan tidak puas cenderung akan memberikan rekomendasi yang negatif. Salah satu upaya menciptakan pengalaman wisata yang memuaskan dapat dilakukan dengan cara mewujudkan pelayanan prima. 

Daya tarik wisata merupakan faktor kunci yang paling menentukan minat wisatawan untuk mengunjungi destinasi, tidak terkecuali adalah desa wisata. Namun, tanpa adanya pelayanan yang memuaskan yang disertai dengan keramah-tamahan (hospitality) maka destinasi wisata dapat diibaratkan sebagai raga tanpa jiwa. 

Dalam bisnis pariwisata, pelayanan haruslah menjadi dasar dan motivasi utama dari usaha yang dijalankan. Semangat melayani dengan mengutamakan kebutuhan pelanggan harus dimiliki oleh seluruh jajaran staf tanpa terkecuali, baik itu top manajer maupun staf operasional, sesuai porsi dan uraian tugas masing-masing. 

Pelayanan adalah kegiatan yang dapat diidentifikasi, serta bersifat sebagai media penghubung antara satu pihak dengan pihak lain dengan maksud dan tujuan tertentu. Sedangkan pelayanan prima dapat dimaknai sebagai pelayanan yang terbaik atau pelayanan berkualitas. Pelayanan terbaik merupakan upaya optimal yang dapat diupayakan pengelola wisata untuk mewujudkan pengalaman berwisata yang memuaskan. 

Kualitas pelayanan merupakan ukuran seberapa bagus tingkatan layanan yang diberikan mampu sesuai dengan ekspektasi pelanggan artinya kualitas pelayanan artinya kebutuhan dan keinginan tamu atau pengunjung yang di tentukan perusahaan. 

Upaya mewujudkan pelayanan prima di destinasi wisata dapat dibangun dan diterapkan dengan menganut 5 dimensi pelayanan prima sebagai berikut : 

Realibilitas (realibility), adalah kemampuan untuk memberikan secara tepat dan benar jenis pelayanan sesuai yang telah dijanjikan kepada pelanggan. 

Dalam hal ini, ditekankan tentang perlunya memberikan dan menjaga mutu pelayanan di desa wisata. Reliabilitas juga terkadang dimaknai sebagai kecocokan, antara produk wisata atau pelayanan yang pernah ditawarkan di dalam iklan atau paket wisata dengan produk wisata aktual yang dinikmati wisatawan saat wisatawan berada di lokasi desa wisata. Sebagai contoh adalah fasilitas kamar homestay, jika di dalam iklan disebutkan ada air conditioner (AC), maka saat wisatawan sudah berkunjung harus dapat dipastikan kamar yang dipesan sesuai iklan yang dimaksud, AC tersedia, dan berfungsi dengan baik. 

Responsif (Responsiveness), yaitu kesadaran atau keinginan untuk bertindak cepat dalam membantu pelanggan dan memberikan pelayanan tepat waktu. 

Dalam pelayanan, responsif berarti wisatawan tidak perlu menunggu lama untuk memperoleh pelayanan. Sehingga pengelola wajib memiliki prosedur yang cepat dan tanggap dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan wisatawan. Tidak bertele-tele dan apalagi membuat wisatawan menunggu terlalu lama tanpa kepastian. 

sebagai contoh, desa wisata memiliki berbagai macam daya tarik dan aktifitas yang dapat dinikmati wisatawan. Mayoritas desa wisata mengandalkan alam terbuka sebagai daya tarik utama dan tempat aktifitas wisata. Saat wisatawan berwisata di desa wisata, seringkali terjadi berbagai risiko dan kejadian tidak terduga. Untuk mengantisipasi hal tersebut perlu adanya SOP pelayanan, khususnya terkait dengan manajemen risiko. 

Kepastian atau jaminan (Assurance), adalah pengetahuan dan kesopan santunan serta kepercayaan diri pegawai. Dimensi assurance memiliki ciri-ciri: kompetensi untuk memberikan pelayanan dan memiliki sifat respek kepada tamu. 

Dari definisi diatas, terlihat jelas bahwa dimensi assurance sangat erat kaitannya dengan kompetensi pemberi jasa. Pemberi jasa termasuk fasilitas yang ada untuk mendukung pelayanan harus terlihat meyakinkan, dan dibuktikan dengan kinerja. 

Contohnya, Pengelola wisata outbond harus kompeten, misalnya: harus mengetahui dengan detail wahana yang menjadi tanggung jawabnya; berapa kapasitasnya wahana; berapa kilogram maksimal kekuatan tali yang digunkan; bagaimana medan dalam kegiatan susur sungai; faktor cuaca dan iklim dan masing banyak hal yang harus dapat dikuasai. Kemauan untuk memperlajari setiap detail pada bidang dan tanggung jawab pekerjaannya menjadi modal utama dalam mewujudkan dimensi assurance dalam pelayanan wisata. 

Jaminan dalam kegiatan pariwisata juga bisa terlihat dari hal-hal kecil, misalnya jika terpaksa harus membuat wisatawan menunggu, maka sebaiknya diberitahukan estimasi waktunya, misalnya dengan kalimat berikut “Mohon maaf menu makanan A saat ini belum tersedia, jika berkenan mohon menunggu 15 menit akan segera kami buatkan” 

Pemahaman lain, assurance berarti merupakan hak dari setiap wisatawan dalam memperoleh jaminan pelayanan wisata yang aman dan bebas dari segala risiko atau bahaya. Misalnya risiko kecelakaan di wahana wisata, kasus kelalaian seringkali membawa petaka bagi wisatawan, dan akhirnya akan merusak citra tempat wisata itu sendiri. Oleh karena itu, untuk menciptakan jaminan keamanan maka diperlukan perawatan terhadap berbagai wahana wisata yang ada, perlatan safety untuk kegiatan berisiko tinggi, termasuk penyediaan produk makanan dan minuman yang aman dan sehat bagi wisatawan. Penting juga untuk menyertakan asuransi pada biaya tiket masuk atau paket wisata, guna meminimalisir hal-hal di luar dugaan. 

Empati (Empathy), memberikan perhatian individu kepada tamu secara khusus. Dimensi empati memiliki ciri-ciri : kemauan untuk melakukan pendekatan, memberikan perlindungan, usaha untuk mengerti keinginan, kebutuhan dan perasaan tamu. 

Empaty secara mudah juga dapat dimulai dari kemauan untuk mengenal wisatawan lebih dekat. Termasuk segala kebutuhan dan keinginannya saat berwisata. Karena manusia memiliki kemauan dan kondisi yang berbeda-beda yang penting untuk dipahami. Sebagai contoh, saat kita ingin melaksanakan kegiatan wisata, maka dipastikan dahulu kondisi setiap wisatawan, apakah memiliki alergi tertentu, penyakit tertentu, atau ketakutan tertentu dan informasi lain yang diperlukan. Sehingga nantinya kegiatan wisata dapat berjalan lancar. 

Empaty menuntut kepekaan seseorang, namun juga dapat dilatih dengan membiasakan diri. Karena empaty sangat erat kaitanya dengan respon pelayan dalam melayani. Jika seseorang memiliki empathy tinggi, tentu akan memiliki kepekaan dalam memahami kesulitan orang lain, sehingga dapat dengan sigap memberikan pertolongan dan bantuan. 

Nyata (Tangibles), pelayanan prima akan terwujud jika didukung oleh sarana prasarana yang berwujud nyata (tangible). Nyata (Tangibles) yaitu sesuatu yang nampak atau yang nyata yaitu. Sehingga konsekuensinya, segala fasilitas atau media yang digunnakan dalam memberikan pelayanan harus terlihat meyakinkan dan berfungsi dengan baik. 

Beberapa contoh yang harus diperhatikan: 

1) Hal paling sederhana dapat ditinjau dari penampilan staf, misalnya: staf harus berpakaian rapi, bersih, wangi dan meyakinkan. 

2) Kamar homestay bersih, sprei atau selimut yang digunakan berwarna putih bersih. Ruangan kamar wangi, suhu kamar pas, fentilasi udara dan pencahayaan tersedia dengan baik dan lain sebagainya. 

3) Pada restoran misalnya, peralatan makan yang digunakan bersih dan higienis, contoh: sendok tidak berkarat atau bernoda; gelas kaca bening, tidak ternoda dan tidak berbau. 

4) Wahana wisata terlihat terawat dan meyakinkan




Sumber Rujukan
Hermawan, Hary. dkk., (2018). Pengantar Manajemen Hospitality. Pekalongan: Penerbit NEM


Sunday, November 22, 2020

Berwisata di Desa Wisata Garongan, Turi, Sleman, Yogyakarta

Desa Wisata Garongan merupakan sebuah desa yang terletak di lereng gunung Merapi yang berjarak 14,3 Km dari puncak Merapi. Desa Wisata Garongan berada di Padukuhan Kembang dan Padukuhan Pojok, Desa Wonokerto Kecamatan Turi Sleman Yogyakarta. Sekretariat Desa Wisata Garongan berada di Pedukuhan Pojok. Desa Wisata Garongan berjarak ± 20 Km ke arah utara dari Ibukota Daerah Istimewa Yogyakarta atau sekitar ± 15 Km ke arah utara dari Ibukota Kabupaten Sleman.

Sebagai tambahan informasi, bahwa Desa Wonokerto secara lengkap terdiri dari 13 Pedukuhan, yaitu : Pedukuhan Pojok,Pedukuhan Kembang, Pedukuhan Tunggularum, Pedukuhan Gondoarum,Pedukuhan Sempu, Pedukuhan Manggungsari, Pedukuhan Imorejo,Pedukuhan Jambusari, Pedukuhan Banjarsari, Pedukuhan Dukuhsari, Pedukuhan Bejiji, Pedukuhan Dadapan dan Pedukuhan Samorejo.

Desa Wisata Garongan
Kunjungan dari Kemenparekraf, 2020

Menurut cerita dari berbagai sumber desaini mendapat julukan “Garongan” karena memiliki sejarah tersendiri. Dahulu kala, desa ini merupakan tempat singgah para “garong” (pencuri, penyamun, dan sebagainya) yang berasal dari pantai utara. Sebelumnya, mereka tidak bisa datang serta tinggal di sini karena di antara Gunung Merapi dan Gunung Merbabu jalurnya tidak bisa ditempuh dengan jalan kaki maupun berkuda. Kondisi jalan pada waktu itu sangat sulit untuk dilalui. Setelah beberapa waktu kemudian, terjadi erupsi yang sangat besar sehingga lereng-lereng diantara Gunung Merapi dan Gunung Merbabu itu runtuh. Setelah itu, beberapa puluh tahun kemudian akses untuk jalan sudah bisa dilalui. Para Garong akhirnya bisa datang dan berhenti di daerah ini karena jika mereka ke arah utara maka tanahnya terlalu tandus dan belum bisa ditanami. Selain itu, apabila mereka ke arah selatan di sana sudah terdapat kepemerintahan kerajaan yang sudah berkuasa sehingga mereka tidak berani untuk singgah.

Lokasi ini sangat strategis bagi para garong untuk berhenti atau singgah. Setelah mereka singgah, mereka melanjutkan aktifitas mereka sebagai garong yaitu mencuri dan sebagainya (Wawancara dengan Naryo, Pengelola Desa Wisata, 12 Oktober 2020).

Desa Wisata Garongan memiliki daya tarik wisata Jakagarong. Jaka Garong bukan merupakan nama orang, akan tetapi kepanjangan Jelajah Alam Kampung Garongan. Dinamai sedemikian rupa dikarenakan melihat nilai ketidakpantasan. Dewi merupakan nama yang indah, dan apabila ditambahkan kata garong menjadikannya tidak pantas. Oleh karena itu di Desa Wisata Garongan dinamai Jakagarong.

Desa Wisata ini memiliki banyak sumber air yang melimpah. Selain itu, pemandangan utuh Gunung Merapi juga dapat disaksikan. Suasana alam yang segar, terdapat kolam ikan dengan gazebo-gazebo yang mengelilinginya (Wawancara dengan Naryo, Pengelola Desa Wisata, 12 Oktober 2020).

Awal mula menjadi desa wisata dipelopori adanya program agropolitan yang dicanangkan pemerintah pada tahun 2004. Agropolitan ini membuka akses wisata potensi-potensi yang mempunyai potensi wisata di sabuk merapi di lereng merapi sebelah barat,selatan, dan timur dihubungnkan dalam satu jalur.

Pada jalur tersebutterdapat titik-titik yang bisa dikembangkan antara lain pasar tradisional, pasar buah, rest area dan lain-lain. Setelah di analisa, Garongan mendapat bagian menjadi rest area dan saat itu dibangun jalan. Kemudian setelah dibuka akses jalan disini banyak dikunjungi masyarakat, banyak dikunjungi oleh orang kemudian warga sekitar juga sering datang kesni.

Pemandangan gunung merapi juga menjadi daya tarik orang berdatangan. Pak Tikno pada waku itu(sekarang ini menjadi pembina) mengusulkan bagaimana kalau desa ini dijadikan desa wisata. Usulan –usulan lainnya banyak muncul dari masyarakat, akan tetapi Pak Tikno bersama masyarakat memprakasai berdirinya desa wisataini” (Wawancara dengan Naryo, Pengelola Desa Wisata, 10 Oktober 2020).

Setelah itu, Bapak Supratikno bersama masyarakat memberikan usulan tentang pembentukan desa wisata. Pak Tikno bersama dengan warga Padukuhan Kembang akhirnya memprakasai berdirinya desa wisata.

Potensi wisata yang dimiliki di Desa Wisata Garongansecara lengkap dijabarkan sebagai berikut: 

1) Alam Sungai Sempor 
Sungai Sempormerupakan sungai yang alirannya melewati Padukuhan Kembang. Sungai Sempor ini yang berhulu dari lereng merapi, memberikan pemandangan yang segar disekitar seperti pepohonan yang rindang, areal persawahan serta pemukiman warga. Sungai sempor cukup aman jika terjadi lahar dingin dari lereng merapi, sebab sungai sempor berhulu dari kali krasak sehingga apabila terjadi banjir lahar dingin tidak berdampak langsung. Salah satu kegiatannya yaitu susur sungai yang disediakan pengelola dan dipandu oleh pemandu khusus susur sungai yang sudah memahami medannya (Wawancara dengan Naryo, Pengelola Desa Wisata 12 Oktober 2020) 

wisata susur sungai
Aktifitas Sungai, sumber https://desawisatagarongan.com

2) View Gunung Merapi 
Gunung Merapimerupakan gunung api aktif yang terletak diantara 2 Provinsi yaitu Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan 4 Kabupaten yaitu Kabupaten Sleman dan Jateng, Kabupaten Magelang, Kabupaten Magelang, dan Kabupaten Klaten. Gunung Merapi sendiri memiliki ketinggian 2.917 MDPL dengan diameter kawag 500 meter dan kedalaman 100 meter (Sumber Panduan Museum GunungApi Merapi Sleman). 

3) Bumi Perkemahan (Camping Ground) 
Bumi Perkemahan Desa Wisata Garongan berada di Padukuhan Kembang, merupakan suatu aset yang dimanfaatkan oleh desa. Awalnya lokasi ini merupakan tanah tandus yang tidak dapat ditanami, namun inisiatif warga untuk mengolah tanah tersebut meembuahkan hasil yang saat ini dinamai oleh warga menjadi lahan perkemahan. Tanah yang saat ini menjadi lokasi camping merupakan tanah kas desa yang dikembangkan oleh masyarakat. Camping ground yang dimanfaatkan oleh Desa Wisata Garongan ini terbagi menjadi dua wilayah yang di beri nama Jakagarong 1 dan Jakagarong 2. Luas camping ground 3 Hektar yang terbagi menjadi dua blok yaitu Jakagarong Satu dan Jakagarong Dua. Jakagarong 1 terletak di sisi selatan dengan luas 2 hektar yang dapat di gunakan untuk kegiatan sekitar 350 peserta dengan kapasitas 50 tenda pramuka. Sedangkan Jakagarong 2 berada di sisi utara yang dapat di gunakan untuk kegiatan sekitar 200 (Wawancara dengan Naryo, Pengelola Desa Wisata, 10 Oktober 2020). 

4) Akomodasi 
Sebagai daerah tujuan rekreasi dan bumi perkemahan, tentu saja Desa Wisata Garongan memiliki peluang untuk mengembangkan unit bisnis akomodasi yaitu homestay.Homestayberasal dari rumah-rumah rakyat yang telah ditingkatkan fasilitas dan sarananya, sehingga memenuhi syarat-syarat sebagai usaha homestay. Homestay merupakan bentuk usaha yang mendapatkan keuntungan dari penyediaan berbagai keperluan penginapan selama seseorang melakukan perjalanan jauh dari tempat tinggalnya, di Indonesia banyak berada di desa-desa wisata sebagai sarana wisata tambahan 

5) Potensi Hortikultura (Budidaya Tanaman Kebun) 
Hortikultura yang dimiliki merupakan budidaya kebun salak. Kebun salak Jakagarong memiliki beberapa jenis yakni ada Salak Pondoh, Salak Gula Semut, dan Salak Gading. Perkebunan salak sendiri masing-masing lahannya adalah miliki desa yang disewakan oleh para petani salak dengan luas masing-masing kurang lebih hampir 2 Hektar. Kebun salak ini juga sudah memiliki penghargaan dan mempunyai lisensi ekspor diantara perkebunan salak lainnya di Turi, bahkan menjadi kategori kebun salak yang memenuhi standar asia juga. Salak yang paling umum dan sering di eksport adalah salak pondoh yang paling mudah dipanen , Salak gula semut memiliki identik rasa yang lebih manis, dan salak gading memiliki bentuk fisik yang berbeda yakni warna kulitnya kuning kehijauan dan sulit ditanam karena rentan terhadap berbagai penyakit tanaman dan kalopun berhasil ditanam salak gading cocok untuk pengobatan herbal. Salak Pondoh di Jakagarong sendiri sering di eksport ke negara Kamboja (Wawancara dengan Yato, Bag. Perkebunan Salak Desa Wisata Garongan, 12 Oktober 2020)dan (Wawancara dengan Naryo ,Pengelola Desa Wisata Garongan 12 Oktober 2020) 

6) Potensi Akuakultur (Budidaya Ikan Air Tawar) 
Akuakultur yang dibudidayakan oleh penduduk sekitar adalah budidaya bibit nila yang memiliki kolam tambak dan pasarnya yang menjadi 1 lokasi yaitu Budidaya dan Pasar Ikan Mina Taruna. Disini juga dijadikan tempat kegiatan bagi para pengunjung dari campground, disini peserta belajar dan melihat secara langsung proses budidaya bibit ikan air tawar sampai dengan ke tahapan penjualannya. 

7) Potensi Kuliner & Minuman 
Desa wisata garongan mengolah produk-produk yang berasal dari sumber daya Hortikultura (Perkebunan) produk-produk tersebut berupa Wajik Salak, Minuman Jamega (Jahe Merah Garongan) , Kipo Garongan, dan Sagon. 

8) Potensi Budaya 
Meskipun Desa Wisata Garongan mengandalkan daya tarik wisata alam, namun sebenarnya masih memiliki beberapa tradisi budaya yang dapat dikembangkan seperti gejlok lesung, upacara daur hidup, story telling Desa Garongan dan lain sebagainya.


Contributor
Hary Hermawan & Florinata Wijaya

Sunday, July 5, 2020

Bersilaturahmi dengan Komunitas Jamblang Gentong dan Pengurus Desa Wisata Karang Tengah

Beberapa waktu yang lalu (5 Juli 2020) saya bersama tim dolan Dimas Setyo Nugroho dan mahasiswi saya Florinnata Widjaja seperti biasa  hobby blusukan ke desa-desa mencari ide riset, atau insipirasi hal apapun yang dapat dilakukan untuk berbagi kebaikan. Kali ini Kami berkesempatan untuk bersilaturahmi, dan berbagi cerita dengan Komunitas Jamblang Gentong Pengelola Taman Dolanan dan Bapak Sugiyanto pengurus Desa Wisata Karang Tengah, Imogiri, Bantul, D.I.Yogyakarta. 

Kami berbincang-bincang dengan Mas Soni, tokoh komunitas Jamblang Gentong serta selaku pengurus Taman Dolanan. Komunitas Jamblang Gentong (Taman Doalanan) memiliki visi untuk menjadi tujuan wisata budaya berbasis pelestarian permainan tradisional. Dari hasil diskusi dan observasi kami, Taman Dolanan memang cukup menarik dan potensial menjadi destinasi wisata. Selain terletak ditengah pedesaan yang masih asri yang didukung dengan banyaknya tanaman Jamblang (duwet) sebagai icon. Taman Dolanan juga memiliki aset kebudayaan yang cukup lengkap. Pemuda yang tergabung dalam Komunitas Jamblang Gentong masih memiliki kesadaran akan pelestarian budaya, masing-masing memiliki keterampilan seni budaya lokal yang unik, termasuk pengetahuan yang cukup luas dalam hal permainan tradisional seperti dakon, enggrang, layangan, gobak sodor, dan lain sebagainya. Akan tetapi, untuk menjadi destinasi wisata yang baik harus didukung dengan kepedulian kita bersama untuk membantu dalam mengemas potensi tersebut menjadi sebuah daya tarik wisata yang unik, asli dan tentunya atraktif. 

Komunitas Jamblang Gentong
Foto-bareng Komunitas Jamblang Gentong

Taman Dolanan
Btw cuma main malah dapat maem gaes...

Komunitas Jamblang Gentong

Setelah selesai berbincang-bincang di Taman Dolanan, Kami melanjutkan perjalanan ke Desa Wisata Karang Tengah. Disini kami bertemu ketua pengelola yang super ramah, namanya Bapak Sugiyanto. Menurut cerita beliau Desa Wisata Karang Tengah sempat berada pada masa jayanya. Sekitar tahun 2009 lalu, banyak tourist dari Negara Jepang yang berlibur di Desa Wisata ini. Namun, kondisi saat ini disusul dengan kondisi Pandemi COVID 19, membuat kegiatan wisata disini menjadi  lesu (tetap semangat bapak). 
Desa Wisata Karang Tengah juga sangat potensial, desa wisata ini memiliki pemandangan alam yang sangat indah yaitu di bukit BNI (dinamakan BNI karena dulu ada sponsor), yang dikelilingi oleh perkebunan jambu mete. Karena hari sudah mulai gelap, kami membatalkan niat untuk sampai ke puncak bukit BNI. Cenderamata unik terbuat dari kepompong ulat sutra emas juga menjadi daya tarik tersendiri.

Foto Bersama Bapak Sugiyanto

Kerajinan Kempompong Ulat Sutra Emas
Kerajinan Kempompong Ulat Sutra Emas

Proses Pembangunan Taman Dolanan (Abaikan yang dimotor)

Produk Ecoprint

Tuesday, May 26, 2020

Webinar ADPI Kesiapan Operasional Pariwisata di Masa Pandemi Covid-19

Asosiasi Dosen Pariwisata Indonesia (ADPI) bersama "Himpunan Lembaga Pendidikan Tinggi Pariwisata (Hildiktipari) DPW V" menyelenggarakan webinar pariwisata bertema "Kesiapan Operasional Industri Pariwisata di Masa Pandemi Covid-19". 
Kami menghadirkan diskusikan menarik dengan narasumber berpengalaman dari unsur Pemerintah, Akademisi, dan Praktisi Pariwisata.

Pendaftaran: https://bit.ly/Webinar_ADPI

Narahubung webinar
Emita 087838687884
Hary Hermawan 08973810090

Tautan bergabung grup wa ADPI: https://chat.whatsapp.com/ElPzyAH812P4koSXhwonWT

Facebook : Asosiasi Dosen Pariwisata Indonesia