Thursday, July 18, 2024

Perkembangan Web 3, Mata Uang Kripto dan Hubungannya dengan Pariwisata

Dalam beberapa tahun terakhir, teknologi blockchain dan mata uang kripto telah menarik perhatian luas di berbagai sektor industri yang berbeda. Perubahan tersebut tidak hanya terjadi di sektor keuangan dan teknologi informasi namun juga mulai memberikan dampak signifikan terhadap industri pariwisata. Dengan kemajuan Web 3, konsep internet berbasis blockchain yang terdesentralisasi, industri perjalanan saat ini berada di ambang transformasi besar. Artikel ini akan mengeksplorasi bagaimana kebangkitan Web 3 dan mata uang kripto memengaruhi dan berpotensi merevolusi industri perjalanan, serta tantangan untuk mewujudkan potensi penuhnya.

Gambar dibuat menggunakan AI di https://www.artguru.ai/id/

Web 3 Era Baru Internet Terdesentralisasi
Web 3 adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan perkembangan terkini Internet, yang menawarkan struktur terdesentralisasi dibandingkan dengan Web 2.0 yang lebih terpusat. Web 3 memanfaatkan teknologi blockchain untuk memberi pengguna kontrol lebih besar atas data mereka. Dalam konteks ini, blockchain bertindak sebagai buku besar digital yang mencatat semua transaksi secara transparan dan tidak dapat diubah, sehingga memastikan keamanan dan keaslian data.
Dalam industri pariwisata, Web 3 berpotensi merevolusi cara operasional tradisional. Misalnya, sistem pemesanan dan pembayaran bisa menjadi lebih transparan dan efisien dengan menggunakan kontrak pintar yang secara otomatis mengeksekusi transaksi ketika kondisi tertentu terpenuhi. Hal ini tidak hanya membantu mengurangi biaya operasional tetapi juga meningkatkan kepercayaan antara wisatawan dan penyedia layanan.

Cryptocurrency dalam pariwisata
Cryptocurrency adalah mata uang digital yang menggunakan teknologi Blockchain untuk menjamin keamanan dan transparansi transaksi. Beberapa contoh cryptocurrency yang terkenal antara lain Bitcoin, Ethereum, dan lainnya. Mata uang kripto menawarkan banyak manfaat di bidang pariwisata, yang dapat menyelesaikan beberapa masalah utama yang dihadapi wisatawan dan penyedia layanan.

Transaksi internasional yang mudah
Salah satu manfaatnya Keuntungan terbesar mata uang kripto adalah kemudahan transaksi internasional. Wisatawan sering kali harus menukarkan uang mereka dengan mata uang lokal saat bepergian, yang bisa jadi mahal dan memakan waktu. Dengan menggunakan mata uang kripto, wisatawan dapat menghindari masalah ini karena mata uang kripto dapat digunakan secara umum tanpa konversi. Hal ini tidak hanya menghemat waktu tetapi juga mengurangi biaya transaksi yang sering dibebankan oleh bank atau layanan penukaran mata uang.

Mengurangi biaya transaksi
Bank tradisional dan layanan pembayaran sering kali membebankan biaya tinggi untuk transaksi internasional. Cryptocurrency memungkinkan transfer uang dengan biaya yang jauh lebih rendah, yang merupakan keuntungan besar bagi industri perjalanan yang sering menangani pembayaran lintas batas. Penggunaan mata uang kripto dapat mengurangi biaya bagi wisatawan dan penyedia layanan, sehingga menjadikan layanan perjalanan lebih terjangkau dan menarik.
Keamanan dan privasi Transaksi yang menggunakan mata uang kripto dilindungi oleh teknologi blockchain, memberikan tingkat keamanan dan privasi yang lebih tinggi dibandingkan tradisional cara Pembayaran. Setiap transaksi dicatat dan diverifikasi dalam jaringan terdesentralisasi, meminimalkan risiko penipuan dan pencurian identitas. Hal ini memberikan rasa aman kepada wisatawan saat bertransaksi, terutama di negara-negara dengan tingkat kejahatan dunia maya yang tinggi.

Akomodasi dan layanan
Beberapa hotel, maskapai penerbangan, dan layanan perjalanan lainnya telah mulai menerima pembayaran mata uang kripto. Langkah ini memberikan opsi pembayaran baru bagi wisatawan yang paham teknologi yang mencari kenyamanan lebih dalam bertransaksi. Selain itu, menerima pembayaran mata uang kripto juga dapat menarik segmen pasar baru, lebih muda, dan lebih paham teknologi.

Perekonomian lokal dan desa wisata
Pekerjaan Menggunakan mata uang kripto dalam ekosistem desa wisata dapat lebih efektif mendukung transaksi ekonomi lokal. Wisatawan dapat membayar akomodasi, makanan, dan layanan lainnya secara langsung dengan mata uang kripto, yang kemudian dapat didistribusikan dengan cepat dan transparan kepada penduduk desa. Hal ini dapat membantu meningkatkan perekonomian lokal dan mendorong keberlanjutan. Misalnya, melalui penerapan teknologi blockchain, penduduk desa dapat melacak aliran modal dan memastikan bahwa manfaat pariwisata didistribusikan secara adil dan transparan.

Potensi alternatif NFT (non-fungible tokens) dalam perjalanan
NFT adalah satu-satunya aset digital diverifikasi oleh blockchain. Dalam perjalanan, NFT dapat digunakan untuk berbagai tujuan kreatif dan menyenangkan.
Salah satu penerapan NFT dalam perjalanan adalah pembuatan tiket digital. Tiket acara, konser, atau tiket masuk ke tempat wisata dapat dijual sebagai NFT, sehingga memastikan keasliannya dan mengurangi risiko pemalsuan. Setiap tiket NFT memiliki identitas unik yang tidak dapat diduplikasi, sehingga memberikan tingkat keamanan tambahan bagi penyelenggara acara dan pengunjung.
Destinasi perjalanan yang memungkinkan menawarkan pengalaman unik yang dijual sebagai NFT, seperti tur virtual eksklusif atau akses khusus untuk tiket acara tertentu. . Misalnya, museum dapat menjual tiket NFT untuk tur virtual koleksi mereka yang paling berharga, atau situs bersejarah dapat menawarkan pengalaman realitas virtual yang mendalam yang hanya dimiliki oleh beberapa pemilik. Hanya NFT tertentu yang dapat diakses.

Tantangan dan pertimbangan
Meskipun memiliki banyak manfaat, penerapan Web 3 dan mata uang kripto dalam perjalanan juga menghadapi sejumlah tantangan yang harus diatasi.

Fluktuasi nilai mata uang kripto: Salah satu tantangan terbesar adalah fluktuasinya yang liar. tentang nilai cryptocurrency. Nilai mata uang kripto dapat berubah dengan cepat, sehingga dapat menimbulkan risiko bagi penggunanya. Wisatawan dan penyedia layanan bisa menderita kerugian jika nilai mata uang kripto anjlok setelah transaksi. Oleh karena itu, harus ada strategi untuk mengelola risiko ini, seperti menggunakan stablecoin yang memiliki nilai lebih stabil.

Regulasi dan kebijakan: Regulasi yang berbeda-beda di setiap negara mengenai penggunaan mata uang kripto dan teknologi blockchain juga bisa menjadi kendala. Beberapa negara memiliki peraturan mata uang kripto yang ketat, sementara negara lainnya lebih terbuka. Hal ini menciptakan ketidakpastian dan tantangan bagi pelaku industri pariwisata yang ingin mengadopsi teknologi ini. Oleh karena itu, diperlukan kolaborasi antara pemerintah, pelaku industri, dan penyedia teknologi untuk menciptakan kerangka peraturan yang jelas dan mendukung inovasi.

Literasi Digital: Masih diperlukan edukasi dan literasi digital di kalangan pemangku kepentingan industri pariwisata dan wisatawan. Banyak orang yang masih belum memahami cara kerja teknologi cryptocurrency dan blockchain, sehingga dapat menjadi penghalang dalam adopsi teknologi ini. Program pendidikan dan pelatihan diperlukan untuk membantu masyarakat memahami dan memanfaatkan teknologi ini dengan baik.

Pengembangan Web 3 dan mata uang kripto menawarkan peluang besar bagi industri pariwisata Meningkatkan efisiensi, keselamatan, dan pengalaman perjalanan. Dengan mengadopsi teknologi ini, industri pariwisata dapat menciptakan ekosistem yang lebih terdesentralisasi, transparan, dan inklusif.
Cryptocurrency memfasilitasi transaksi internasional, mengurangi biaya, dan meningkatkan keamanan dan privasi. Penggunaan NFT juga membuka peluang baru untuk menghadirkan pengalaman unik dan aman. Namun untuk mewujudkan potensinya secara maksimal, diperlukan kerja sama antara pemerintah, pelaku industri, dan penyedia teknologi untuk mengatasi tantangan yang ada, seperti fluktuasi nilai mata uang kripto, berbagai regulasi, dan budaya digital. Dengan pendekatan yang tepat, Web 3 dan mata uang kripto dapat membawa perubahan positif yang signifikan pada industri perjalanan, menjadikannya lebih efisien, aman, dan inovatif bagi semua pemangku kepentingan.

Friday, September 27, 2019

Loyality on ecotourism analysed through an approach using the factors of tourist attraction, safety, and amenities, with satisfaction as an intervening variable

Alhamdulillah...


My papers have been published "Loyalty on ecotourism Analysed through an approach using the factors of tourist attraction, safety, and amenities, with satisfaction as an intervening variable" in the African Journal of Hospitality, Tourism and Leisure, Volume 8, Number 5, 2019.

This paper tells the importance of tourist loyalty as an important factor that must be considered by the tourist destination manager to deal with destination management problems. The analytical method used is path analysis with Partial Least Square (PLS).

Loyality on ecotourism Analysed through an approach using the factors of tourist attraction, safety, and amenities, with satisfaction as an intervening variable
Gunung Api Purba Nglanggeran ecotourism
Source: https://www.alvarotrans.com
Our work is very useful for the community because it will help you solve problems on tourist loyalty, especially on ecotourism (Gunung Api Purba Nglanggeran).

This study proved that satisfaction is a significant variable which intervenes factors influencing tourist’s loyalty in Gunung Api Purba Nglanggeran ecotourism. Thus, the key is to develop the tourist’s loyalty by improving its independent variables or particular factors.
The most proven dominant influential factor toward satisfaction and loyalty in this study is a tourist attraction, presenting a positive correlation. This positive correlation implies that improving tourist attraction will raise tourist’s satisfaction up as well, which in turn will forge tourist’s loyalty. There are other determinant factors under examination as well, i.e. safety and amenities. However, those other determinant factors only have an impact on satisfaction and are not significantly proven to be able to foster tourist’s loyalty, either directly or through the medium of satisfaction. This phenomenon exists because supposedly the segment of tourists visiting Gunung Api Purba is people having adventurer characteristics and their number is high. Adventurer tourists are tourists who seek satisfaction from challenging experiences and tend to take the risk. The lack of impact of amenities toward loyalty is made possible because the tourists visiting Gunung Api Purba Nglanggeran see amenities as only supporting facilities for common tourism. Thus those tourists do not consider amenities as a factor to be loyal to a destination.

Managerial implications that can be derived from this research are described in the following:

Gunung Api Purba Nglanggeran development should focus on the development of ecotourism attraction of Gunung Api Purba Nglanggeran. Ecotourism management based on local resources and values have been proven to be effective in increasing the number of tourists. However, it should be noted that Gunung Api Purba Nglanggeran complex is an exclusive ecotourism attraction due to its location in a conservation zone. Ecotourism attraction is characterized by fragility, irreplaceability, and unrenewability. Accordingly, it is important for management to conserve nature. Managements also need to apply strict rules as a preventive measure against pillaging or vandalism by ill-mannered tourists.

From the marketing aspect, this research illustrates the importance of properly managing tourist’s satisfaction and loyalty via good ecotourism management.

Good ecotourism management can be developed through these steps: 
  1. Introducing ecotourism via its uniqueness as a selling point, which in marketing is known as product diversification
  2. Refining beauties by conserving and rearranging the complex as a point of interest, exposing the exotic nature of Nglanggeran
  3. Conserving the nature’s originality and natural characters by not making changes which exude a stark contrast with the surrounding environments, thus avoiding visual pollution or natural ecosystem damage
  4. Maintaining management which accommodates local cultures or locality and reflects them comprehensively in each of the introduction of the tourist attraction, increasing the value of selling of the destination.
Although there is no correlation between safety and tourist’s loyalty, safety assurance is an obligation that has to be put into realization by tourist destination managements, as issued by Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan (Indonesian Law no. 10 the year 2009 on Tourism) and Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (Indonesian Law no. 8 the year 1999 on Consumer Protections).

Amenities are proven to be not quite significant in affecting tourist’s satisfaction. They even have no correlation at all with tourist’s loyalty in Gunung Api Purba Nglanggeran. Thus, limiting the buildings of amenities is a prudent act to support natural conservation of Nglanggeran which harbours protected ecosystems and biodiversities. It is important to evaluate zones, determining in which zones amenities are allowed to build and which zones belong to the conservation core areas. Tourists should be notified of the divisions of zones and understand them.

Finally
Thank you to all parties for your full support to the research us.
Happy reading. Please enter.

Hary Hermawan at all.

Sunday, July 14, 2019

Mengenal Negara Thailand

Negara Thailand
Foto by : https://pixabay.com/en/chiang-mai-thailand-temple-religion-1670926/

Sejarah di Thailand berawal dari ribuan tahun, sejarah modern di Thailand dimulai dengan berdirinya Kerajaan Sukhothai. Berasal dari peradaban Neolitikum terletak di Situs modern UNESCO World Heritage di Ban Chiang, sejarah Thailand sangat panjang. Selama berabad-abad awal Masehi, suku Mon, Khmer, dan masyarakat Thai menetapkan alam sebagai perbatasan Thailand modern, Mon berbicara peradaban Buddha Dvaravati di abad pertama memberikan jalan kepada kerajaan Khmer Angkor dengan pergantian abad kedua.

Negeri seluas 510.000 kilometer ini kira-kira seukuran dengan Perancis. Di sebelah barat dan utara, Thailand berbatasan dengan Myanmar, di timur laut dengan Laos, di timur dengan Kamboja, sedangkan di selatan dengan Malaysia.

Secara geografis, Thailand terbagi enam: perbukitan di utara di mana gajah-gajah bekerja di hutan dan udara musim dinginnya cukup baik untuk tanaman seperti strawberry dan peach; plateau luas di timur laut berbatasan dengan Sungai Mekong; dataran tengah yang sangat subur; daerah pantai di timur dengan resort-resort musim panas di atas hamparan pasir putih; pegunungan dan lembah di barat; serta daerah selatan yang sangat cantik. Zona waktu 
di Thailand sama persis dengan Indonesia (GMT +7).

Thailand memiliki iklim tropis yang ramah, dengan musim semi dari Maret sampai Mei, musim hujan – namun tetap banyak matahari – di Juni sampai September, dan musim dingin dari Oktober sampai Februari. Rata-rata suhu tahunan adalah 28 derajat C.

Kebudayaan Masa Perunggu diduga dimulai sejak 5600 tahun yang lalu di Thailand (Siam). Kemudian, datang berbagai imigran antara lain suku bangsa Mon, Khmer dan Thai. Salah satu kerajaan besar yang berpusat di Palembang, Sriwijaya, pernah berkuasa sampai ke negeri ini, dan banyak peninggalannya yang masih ada di Thailand. Bahkan, seni kerajinan di Palembang dengan Thailand banyak yang mirip.  Awal tahun 1200, bangsa Thai mendirikan kerajaan kecil di Lanna, Phayao dan Sukhotai. Pada 1238, berdirilah kerajaan Thai yang merdeka penuh di Sukhothai (‘Fajar Kebahagiaan’). Di tahun 1300, Sukhothai dikuasai oleh kerajaan Ayutthaya, sampai akhirnya direbut oleh Burma di tahun 1767. Jatuhnya Ayutthaya merupakan pukulan besar bagi bangsa Thai, namun tak lama kemudian Raja Taksin berhasil mengusir Burma dan mendirikan ibukotanya di Thon Buri. Di tahun 1782 Raja pertama dari Dinasti Chakri yang berkuasa sampai hari ini mendirikan ibukota baru di Bangkok. Raja Mongkut (Rama IV) dan putranya, Raja Chulalongkorn (Rama V), sangat dihormati karena berhasil menyelamatkan Thailand dari penjajahan barat. Saat ini, Thailand merupakan negara monarki konstitusional, dan kini dipimpin oleh YM Raja Bhumibol Adulyadej.
Buddha Theravada adalah agama yang dianut lebih dari 90% penduduk Thai yang religius. Thailand juga sangat mendukung kebebasan beragama, dan terdapat umat Muslim, Kristen, Hindu dan Sikh yang bebas menganut agamanya di Thailand.
Meskipun bahasa Thai hampir tak dapat dimengerti oleh wisatawan, namun bahasa Inggris dipahami luas di tempat-tempat utama seperti Bangkok, dan juga menjadi bahasa bisnis resmi di sana. Nama-nama jalan menggunakan bahasa Inggris di bawah bahasa Thai.
Satu keunikan yang ditemukan adalah adanya kemiripan dengan bahasa Indonesia yang berasal dari Sansekerta, seperti ‘putra’, ‘putri’, ‘suami’, ‘istri’, ‘singa’, ‘anggur’, dan sebagainya. Selain itu, biro penerjemahan juga banyak tersedia, baik untuk bahasa Thai, Inggris, dan Indonesia.
Mata uang Thailand adalah Baht, yang pada saat ini setara dengan +/- Rp 400. Bank-bank dan tempat penukaran mata uang banyak tersedia di Thailand. Hotel, toko dan restoran utama menerima kartu kredit internasional seperti Visa, Master Card, American Express dan Diners.
Bandara internasional Bangkok adalah Don Mueang, yang terhubung dengan berbagai penerbangan dari seluruh penjuru dunia. Anda juga bisa melanjutkan perjalanan ke seluruh dunia melalui Don Mueang. Saat ini Thailand mempunyai satu bandar udara international yang baru dan lebih bagus dari Don Mueang yaitu Shuvarnabhumi. Selain itu, juga terdapat bandara internasional di Phuket, Hat Yai, dan Chiang Mai di utara Thailand. Kereta api tersedia dari Singapura dan Kuala Lumpur. Di laut, banyak kapal berlayar menuju Thailand, misalnya cruise ship Star Virgo yang singgah di Phuket.
Transportasi di Bangkok Transportasi umum di Bangkok antara lain BTS Skytrain, kereta bawah tanah, bis, taksi dan tuk-tuk. Harus menawar dahulu harganya sebelum naik Tuk-tuk (Diambil dari berbagai sumber dan info dari guide).
Demikian sekilas mengenal Negeri Gajah putih, tak kenal maka tak sayang itulah ungkapan populer yang biasa kita dengar dan nampaknya memang berlaku bagi kita semua.

Kembali Lagi ke Destinasi Loka