Kamis, 03 Desember 2020

Mewujudkan Pelayanan Prima di Destinasi Wisata

Loyalitas merupakan aspek penting yang harus terus diperhatikan pengelola desa wisata. Loyalitas yang dimaksud dalam kasus pengelolaan desa wisata adalah adanya kunjungan yang terus berulang.  selain terlihat dari pembelian ulang, loyalitas juga dapat dilihat dari adanya rekomendasi positif atau Word of Mouth atau lebih sering disebut sebagai WOM. 

Kunjungan ulang wisatawan serta rekomendasi positif merupakan dua aspek penting yang harus terus diwujudkan oleh pengelola desa wisata untuk mewujudkan pengelolaan desa wisata yang sukses. Kunjungan ulang wisatawan menjadi penting, karena akan memudahkan pengelola dalam pemasaran desa wisata. Dengan adanya kunjungan ulang, walaupun sedikit namun kontinyu, membuat pengelola tidak perlu mengeluarkan biaya promosi yang besar untuk mencari kunjungan wisatawan baru. Dalam kondisi pandemi COVID 19 ini, wisata terbatas dalam skala kecil lebih diutamakan, dengan begitu maka alam tetap terjaga, wisatawan selamat, dan pengelola dan masyarakat tetap mendapatkan dampak ekonomi yang posistif dari adanya kegiatan desa wisata. 

Ilustrasi, sumber https://www.freepik.com

Selain kunjungan ulang, rekomendasi positif dari wisatawan juga merupakan faktor kedua yang penting untuk diupayakan atau dikelola dengan serius. Karena rekomendasi positif mampu memperngaruhi pengambilan keputusan bagi calon wisatawan lain yang akan berkunjung ke desa wisata. Rekomendasi positif sangat efektif dalam pemasaran hingga saat ini. Adannya kecanggihan teknologi informasi (internet) membuat perubahan pola pemilihan destinasi wisata yang baru. Saat ini, calon wisatawan cenderung melihat ulasan orang lain di berbagai media di internet sebelum mereka memutuskan destinasi mana yang akan dikunjungi. oleh karena itu, ulasan positif tentang destinasi dari orang-orang yang telah berkunjung sebelumnya tentu akan sangat memperngaruhi persepsi calon wisatawan dalam memilih destinasi. Dengan adanya internet, wujud dari rekomendasi saat ini tidak harus berupa kata-kata yang diucapkan, namun juga dapat berupa "status" media sosial seseorang, tulisan-tulisan review pada blog atau website populer, share foto, caption, tanda bintang dan sebagainya. 

Untuk mewujudkan loyalitas wisatawan di destinasi wisata, baik kunjungan ulang maupun rekomendasi positif diperlukan tata pengelolaan yang baik terhadap berbagai faktor, mengingat pariwisata merupakan produk yang heterogen. Dengan karakteristik tersebut membuat faktor penentu loyalitas wisatawan sangat susah diprediksi. Akan tetapi, loyalitas dapat dipuayakan melalui upaya menciptakan pengalaman wisatawan yang memuaskan. 

Kepuasan merupakan perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara persepsi atau kesannya terhadap kinerja suatu produk dan harapan-harapannya dengan pengalaman nyata yang diterima. Dalam konteks pariwisata, kepuasan wisatawan dapat disebabkan oleh kesesuaian harapan wisatawan sebelumnya terhadap berbagai atribut yang melekat pada produk destinasi wisata dengan kondisi nyata yang diperoleh wisatawan. 

Kepuasan wisatawan yang telah diperoleh selama menikmati destinasi merupakan kondisi yang sangat menentukan apakah wisatawan akan menjadi loyal terhadap destinasi atau tidak. Pelanggan yang merasa puas terhadap destinasi wisata umumnya akan menjadi pelanggan yang terus meners mengunjunginya. Sebaliknya wisatawan yang tidak puas akan berhenti membeli, atau mengunjungi destinasi. 

Kepuasan juga akan turut menentukan, apakah wisatawan akan merekomendasikan destinasi yang pernah dikunjunginya kepada orang lain atau tidak. Jika wisatawan puas ada kemungkinan untuk meberikan rekomendasi. Namun sebaliknya, jika wisatawan tidak puas cenderung akan memberikan rekomendasi yang negatif. Salah satu upaya menciptakan pengalaman wisata yang memuaskan dapat dilakukan dengan cara mewujudkan pelayanan prima. 

Daya tarik wisata merupakan faktor kunci yang paling menentukan minat wisatawan untuk mengunjungi destinasi, tidak terkecuali adalah desa wisata. Namun, tanpa adanya pelayanan yang memuaskan yang disertai dengan keramah-tamahan (hospitality) maka destinasi wisata dapat diibaratkan sebagai raga tanpa jiwa. 

Dalam bisnis pariwisata, pelayanan haruslah menjadi dasar dan motivasi utama dari usaha yang dijalankan. Semangat melayani dengan mengutamakan kebutuhan pelanggan harus dimiliki oleh seluruh jajaran staf tanpa terkecuali, baik itu top manajer maupun staf operasional, sesuai porsi dan uraian tugas masing-masing. 

Pelayanan adalah kegiatan yang dapat diidentifikasi, serta bersifat sebagai media penghubung antara satu pihak dengan pihak lain dengan maksud dan tujuan tertentu. Sedangkan pelayanan prima dapat dimaknai sebagai pelayanan yang terbaik atau pelayanan berkualitas. Pelayanan terbaik merupakan upaya optimal yang dapat diupayakan pengelola wisata untuk mewujudkan pengalaman berwisata yang memuaskan. 

Kualitas pelayanan merupakan ukuran seberapa bagus tingkatan layanan yang diberikan mampu sesuai dengan ekspektasi pelanggan artinya kualitas pelayanan artinya kebutuhan dan keinginan tamu atau pengunjung yang di tentukan perusahaan. 

Upaya mewujudkan pelayanan prima di destinasi wisata dapat dibangun dan diterapkan dengan menganut 5 dimensi pelayanan prima sebagai berikut : 

Realibilitas (realibility), adalah kemampuan untuk memberikan secara tepat dan benar jenis pelayanan sesuai yang telah dijanjikan kepada pelanggan. 

Dalam hal ini, ditekankan tentang perlunya memberikan dan menjaga mutu pelayanan di desa wisata. Reliabilitas juga terkadang dimaknai sebagai kecocokan, antara produk wisata atau pelayanan yang pernah ditawarkan di dalam iklan atau paket wisata dengan produk wisata aktual yang dinikmati wisatawan saat wisatawan berada di lokasi desa wisata. Sebagai contoh adalah fasilitas kamar homestay, jika di dalam iklan disebutkan ada air conditioner (AC), maka saat wisatawan sudah berkunjung harus dapat dipastikan kamar yang dipesan sesuai iklan yang dimaksud, AC tersedia, dan berfungsi dengan baik. 

Responsif (Responsiveness), yaitu kesadaran atau keinginan untuk bertindak cepat dalam membantu pelanggan dan memberikan pelayanan tepat waktu. 

Dalam pelayanan, responsif berarti wisatawan tidak perlu menunggu lama untuk memperoleh pelayanan. Sehingga pengelola wajib memiliki prosedur yang cepat dan tanggap dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan wisatawan. Tidak bertele-tele dan apalagi membuat wisatawan menunggu terlalu lama tanpa kepastian. 

sebagai contoh, desa wisata memiliki berbagai macam daya tarik dan aktifitas yang dapat dinikmati wisatawan. Mayoritas desa wisata mengandalkan alam terbuka sebagai daya tarik utama dan tempat aktifitas wisata. Saat wisatawan berwisata di desa wisata, seringkali terjadi berbagai risiko dan kejadian tidak terduga. Untuk mengantisipasi hal tersebut perlu adanya SOP pelayanan, khususnya terkait dengan manajemen risiko. 

Kepastian atau jaminan (Assurance), adalah pengetahuan dan kesopan santunan serta kepercayaan diri pegawai. Dimensi assurance memiliki ciri-ciri: kompetensi untuk memberikan pelayanan dan memiliki sifat respek kepada tamu. 

Dari definisi diatas, terlihat jelas bahwa dimensi assurance sangat erat kaitannya dengan kompetensi pemberi jasa. Pemberi jasa termasuk fasilitas yang ada untuk mendukung pelayanan harus terlihat meyakinkan, dan dibuktikan dengan kinerja. 

Contohnya, Pengelola wisata outbond harus kompeten, misalnya: harus mengetahui dengan detail wahana yang menjadi tanggung jawabnya; berapa kapasitasnya wahana; berapa kilogram maksimal kekuatan tali yang digunkan; bagaimana medan dalam kegiatan susur sungai; faktor cuaca dan iklim dan masing banyak hal yang harus dapat dikuasai. Kemauan untuk memperlajari setiap detail pada bidang dan tanggung jawab pekerjaannya menjadi modal utama dalam mewujudkan dimensi assurance dalam pelayanan wisata. 

Jaminan dalam kegiatan pariwisata juga bisa terlihat dari hal-hal kecil, misalnya jika terpaksa harus membuat wisatawan menunggu, maka sebaiknya diberitahukan estimasi waktunya, misalnya dengan kalimat berikut “Mohon maaf menu makanan A saat ini belum tersedia, jika berkenan mohon menunggu 15 menit akan segera kami buatkan” 

Pemahaman lain, assurance berarti merupakan hak dari setiap wisatawan dalam memperoleh jaminan pelayanan wisata yang aman dan bebas dari segala risiko atau bahaya. Misalnya risiko kecelakaan di wahana wisata, kasus kelalaian seringkali membawa petaka bagi wisatawan, dan akhirnya akan merusak citra tempat wisata itu sendiri. Oleh karena itu, untuk menciptakan jaminan keamanan maka diperlukan perawatan terhadap berbagai wahana wisata yang ada, perlatan safety untuk kegiatan berisiko tinggi, termasuk penyediaan produk makanan dan minuman yang aman dan sehat bagi wisatawan. Penting juga untuk menyertakan asuransi pada biaya tiket masuk atau paket wisata, guna meminimalisir hal-hal di luar dugaan. 

Empati (Empathy), memberikan perhatian individu kepada tamu secara khusus. Dimensi empati memiliki ciri-ciri : kemauan untuk melakukan pendekatan, memberikan perlindungan, usaha untuk mengerti keinginan, kebutuhan dan perasaan tamu. 

Empaty secara mudah juga dapat dimulai dari kemauan untuk mengenal wisatawan lebih dekat. Termasuk segala kebutuhan dan keinginannya saat berwisata. Karena manusia memiliki kemauan dan kondisi yang berbeda-beda yang penting untuk dipahami. Sebagai contoh, saat kita ingin melaksanakan kegiatan wisata, maka dipastikan dahulu kondisi setiap wisatawan, apakah memiliki alergi tertentu, penyakit tertentu, atau ketakutan tertentu dan informasi lain yang diperlukan. Sehingga nantinya kegiatan wisata dapat berjalan lancar. 

Empaty menuntut kepekaan seseorang, namun juga dapat dilatih dengan membiasakan diri. Karena empaty sangat erat kaitanya dengan respon pelayan dalam melayani. Jika seseorang memiliki empathy tinggi, tentu akan memiliki kepekaan dalam memahami kesulitan orang lain, sehingga dapat dengan sigap memberikan pertolongan dan bantuan. 

Nyata (Tangibles), pelayanan prima akan terwujud jika didukung oleh sarana prasarana yang berwujud nyata (tangible). Nyata (Tangibles) yaitu sesuatu yang nampak atau yang nyata yaitu. Sehingga konsekuensinya, segala fasilitas atau media yang digunnakan dalam memberikan pelayanan harus terlihat meyakinkan dan berfungsi dengan baik. 

Beberapa contoh yang harus diperhatikan: 

1) Hal paling sederhana dapat ditinjau dari penampilan staf, misalnya: staf harus berpakaian rapi, bersih, wangi dan meyakinkan. 

2) Kamar homestay bersih, sprei atau selimut yang digunakan berwarna putih bersih. Ruangan kamar wangi, suhu kamar pas, fentilasi udara dan pencahayaan tersedia dengan baik dan lain sebagainya. 

3) Pada restoran misalnya, peralatan makan yang digunakan bersih dan higienis, contoh: sendok tidak berkarat atau bernoda; gelas kaca bening, tidak ternoda dan tidak berbau. 

4) Wahana wisata terlihat terawat dan meyakinkan




Sumber Rujukan
Hermawan, Hary. dkk., (2018). Pengantar Manajemen Hospitality. Pekalongan: Penerbit NEM


Jumat, 13 Desember 2019

Memperoleh Sertifikasi Blogger Profesional Indonesia


Sertifikasi profesi secara umum merupakan suatu bentuk pengakuan yang diberikan oleh suatu lembaga kepada seseorang yang memiliki profesi tertentu. Memperoleh sertifikasi berarti orang yang menyandangnya telah terbukti memiliki standar kompetensi pada suatu bidang. Komponen kompetensi diri yang harus dibuktikan mencakup tiga hal. Komponen kompetensi pertama adalah tingkat pemahaman seseorang terkait suatu bidang (knowledge). Kedua, keterampilan seseorang pada suatu bidang dalam menyelesaikan pekerjaanya (skill). Aspek ketiga termasuk aspek-aspek etika profesi, integritas, dan sikap (attitude).

Ada banyak profesi yang membutuhkan lulus uji kompetensi (uji sertifikasi) sebagai bukti kompetensi sebelum seseorang tersebut memperoleh ijin bekerja atau menjalankan profesi, misalnya bidang medis termasuk perawat, dokter, bidan dan sebagainya. Tetapi ada juga sertifikasi yang dapat dilakukan dengan penilaian portofolio atau karya, misalnya sertifikasi bidang kepenulisan buku.

Lembaga sertifikasi resmi yang ada di Indonesia adalah Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) yang mengawasi konsistensi dan kredibiltas Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) yang memberikan sertifikat atas suatu profesi atau kompetensi tertentu. BNSP akan memberikan lisensi kepada LSP yang dianggap kredibel untuk memberikan sertifikasi. Akan tetapi, sampai saat ini ada bidang profesi khusus yang diujikan lembaga non BNSP, salah satunya lembaga IQF. Lembaga IQF merupkan sebuah organisasi internasional yang terlibat dalam pengembangan Six Sigma secara global. Six Sigma, salah satu metode yang berfokus pada pengendalian kualitas dengan mempelajari sistem produksi atau layanan perusahaan secara keseluruhan, tujuannya membantu profesional dan organisasi yang ingin memperbaiki proses kerja.

Seeiring dengan perkembangan zaman serta kemajuan teknologi, banyak profesi-profesi baru yang bermunculan, seperti satunya adalah profesi penulis blog (blogger). Akhir-akhir ini semakin banyak anak muda yang menggemari bidang ini, akan tetapi masih jarang yang menjalankanya dengan professional. Blogger professional dan populer tidak lahir dari hasil copy paste. Mereka hadir karena menyajikan sesuatu yang otentik, berharga dan beda dengan blogger lainnya, sehingga karya-karyanya selalu dinantikan penggemarnya, salah satu contoh seorang yang popular dari blogger di Indonesia adalah Raditya Dika.

Untuk menjamin kredibilitas dan profesionalitas blogger, ada salah satu lembaga yang sudah berusaha mewadahi sertifikasi profesi ini yaitu Adamseins MediaTM (Adamsains). Lembaga ini telah cukup kredibel dalam melakukan uji sertifikasi, mengingat unsur-unsur penilaian porto folio dilakukan secara transparan dan susah untuk diakali (baca: dicurangi). Kewajiban moral bagi saya untuk mengajak rekan-rekan satu profesi blogger untuk mengikuti sertifikasi blogger profesional. Oleh karena itu, artikel kali ini akan membahas lebih lanjut tentang tata cara dan penilaian serifikasi bloger profesional yang dilakukan oleh Adamseins MediaTM

Langkah-langkah persiapan sertifikasi blogger sebagai berikut:
  1. Pastikan usia blog Anda telah berumur lebih dari satu tahun, syarat ini merupakan syarat paling berat karena tidak dapat direkayasa.
  2. Mengirimkan formulir permohonan ke Adamseins MediaTM dengan menyertakan identitas : Nama penulis blog, tempat dan tanggal lahir, nama blog, topik atau tema blog, dan url blog seperti www.mediawisata.net .
  3. Menguji Google Page Rank, tata cara menguji google page rank disini
  4. Menguji Alexa Rank, tata cara menguji google page rank disini
  5. Menyampaikan 3 judul artikel yang pernah ditulis dan diterbitkan di dalam blog.
  6. Formulir dikirim melalui email ke dewapuitis@ymail.com
Berikut ulasan saya mengenai tata cara sertifikasi blogger professional, semuga artikel ini bermanfaat bagi Anda. Minimal dengan diperolehnya sertifikasi tersebut menjadi pemicu bagi Anda untuk lebih aktif berkarya dan menghadirkan konten-konten berkualitas.

Artikel terkait lain:
  1. Bikin Sertifikat Blogger Indonesia Yuk!
  2. Cara Sederhana Mendapatkan Sertifikat Blogger Indonesia (Gratis)
  3. Bahagianya Saya Mendapatkan Sertifikat Blogger Indonesia Resmi
  4. Akhirnya Bisa Dapat Sertifikat Blogger Indonesia
Berikut Sertifikat yang saya peroleh dari portofolio blog saya www.mediawisata.net, jika ada pertanyaan lebih lanjut dapat disampaikan di haryhermawan8@gmail.com 


Selasa, 16 Juli 2019

CPNS Pariwisata : Tips Memilih Formasi CPNS untuk Lulusan Sekolah Pariwisata

Artikel CPNS Pariwisata : Tips Memilih Formasi CPNS untuk lulusan Pariwisata berikut merupakan sumbangan pemikiran dari teman baik saya Ahmad Rosydi Syahid sesama blogger yang serunya juga sama-sama alumni dari Sekolah Tinggi Pariwisata AMPTA. Jika tertarik dengan tulisan beliau dapat mengunjungi www.studipariwisata.com. secara lengkap tulisan beliau saya posting ulang disini, seperti berikut : 

“Hari gini jadi PNS?”

Pertanyaan di atas mungkin sering kamu dengar kalau lagi ngobrol dengan teman-teman mengenai niat kamu yang ingin jadi PNS.

Baca Juga Artikel Mengenai Destinasi Pantai Kesirat yang menjadi Lokasi Ideal Bagi Penuikmat Senja di Yogyakarta

Lowongan CPNS Pariwisata
CPNS Pariwisata, Sumber: https://bangka.tribunnews.com


Banyak alasan kenapa orang sekeliling bilang gitu ke kamu.
Alasan pertama, PNS itu kesannya jadul. Zaman old. Ga kekinian banget.
Sebagai anak gahol, mestinya kamu jangan ngelamar jadi PNS. Mending ngelamar di perusahaan swasta, bila perlu yang berkelas internasional.

Benarkah anggapan di atas? Ternyata salah total. PNS sekarang sudah berubah. Sistem kerjanya udah menyaingi swasta, lho.  PNS udah ga bisa lagi macem-macem karena semua orang bisa mengawasi dan melaporkan kinerja PNS yang kurang ke berbagai media yang ada. Kalau mau baca lebih lanjut mengenai perubahan-perubahan dalam dunia PNS, silahkan baca artikel ini: PNS zaman now

Alasan yang kedua kenapa teman-teman kamu bilang kalau kamu ga cocok jadi PNS adalah karena kamu lulusan pariwisata.

“Mana ada sih lowongan PNS buat lulusan pariwisata?”

Itu kata orang yang ga tahu. Hehe.
Kementerian Lain juga Butuh Lulusan Pariwisata
Sebenarnya banyak sekali lowongan di dunia PNS untuk alumni perguruan tinggi pariwisata.
Tidak hanya di Kementerian atau Dinas Pariwisata, lowongan PNS untuk lulusan pariwisata juga ada di institusi lainnya.
Salah satu institusi yang juga membutuhkan lulusan pariwisata ialah Kementerian Ketenagakerjaan. (Institusi yang sekarang saya tempati)
Lulusan pariwisata pada kementerian ini akan diposisikan sebagai instruktur pariwisata yang nantinya melatih peserta pelatihan di Balai Latihan Kerja milik pemerintah.
Jadi, jangan cuma terpaku pada Kementerian dan Dinas Pariwisata saja, ya.
Bagaimana Bersaing dengan Lulusan Jurusan Lain?
Sebagai lulusan pariwisata, saya juga mengalami perasaan minder yang mungkin juga kamu rasakan saat memikirkan pesaing dari berbagai bidang ilmu.
Selama kuliah di bidang keilmuan pariwisata, mungkin jarang sekali kita dihadapkan pada soal hitung-hitungan yang sulit.
Kebanyakan kita diberi tugas untuk mengamati tempat wisata, menyusun perencanaan event, atau belajar menjalankan operasional hotel.
Walaupun ada hitung-hitungannya, tapi jika dibandingkan – misalnya – dengan lulusan teknik, tentu saja berbeda jauh tingkat kesulitannya
Nah, kalau sudah begini, bagaimana caranya kita bersaing dengan mereka.

Jawabannya, Jangan Bersaing.

Yap, kamu ga salah baca.
Cara paling ampuh supaya lolos tes CPNS adalah jangan bersaing dengan lulusan dari bidang keilmuan lainnya.
Bagaimana caranya?
Yaitu dengan memilih formasi CPNS yang khusus disediakan untuk lulusan pariwisata.


Memangnya ada?

Tentu saja ada. Saya sendiri merasakannya pada saat tes CPNS 2017 yang lalu.
Ketika itu, terdapat formasi Instruktur di Kementerian Ketenagakerjaan dengan pilihan penempatan di berbagai daerah.
Salah satu lokasi penempatan, yaitu Balai besar Pengembangan Latihan Kerja Medan, membutuhkan lulusan S1/DIV pariwisata 6 orang dan lulusan S1/DIV teknik sipil sebanyak 6 orang juga.
Kuota tersebut dikhususkan untuk masing-masing bidang keilmuan. 
Jadi, yang lulus CPNS nantinya dalam formasi di atas adalah 6 orang dari bidang keilmuan pariwisata dan 6 orang dari bidang keilmuan teknik sipil.
Tidak dicampur.
Yang artinya, saya tidak perlu bersaing dengan lulusan teknik sipil.
Memangnya ada formasi yang kuotanya dicampur?
Tentu saja ada. 
Di salah satu lokasi penempatan, terdapat pula formasi instruktur berjumlah 6 orang dengan kebutuhan lulusan pertanian dan pariwisata.
Formasi tersebut, tidak mengkhususkan bidang keilmuan pariwisata maupun bidang keilmuan pertanian.
Hasilnya, lulusan pariwisata yang memilih formasi di atas harus bersaing dengan lulusan pertanian untuk dapat lolos menjadi CPNS.

Kenapa Takut Bersaing?

Sudah saya ungkapkan di atas mengapa sebaiknya kamu tidak memilih formasi yang umum ataupun yang memiliki pesaing dari bidang keilmuan lain.
Bukan karena takut. 
Akan tetap cara ini dapat memperbesar peluang kamu lolos ke formasi yang diinginkan.
Karena kamu akan bersaing dengan mereka yang memiliki latar belakang keilmuan yang sama, yaitu pariwisata.
Sehingga ketika menghadapi Tes Kompetensi Dasar yang salah satu ujiannya mengenai hitung-menghitung, skor kamu tidak akan tertinggal dari peserta lainnya.
Bahkan kalau serius, kamu bisa menduduki peringkat pertama. (Seperti saya waktu itu, #sombong hehe)
Bayangkan, kalau ada pesaing kamu dari lulusan teknik, maka kamu harus belajar lebih keras untuk memahami rumus dan prinsip pengerjaan soal matematika, sementara pesaing mu yang “makanan” sehari-harinya adalah hitung-hitungan tidak perlu bersusah payah seperti kamu.

Enggak adil, kan?

Belum lagi, kamu harus mengerjakan soal-soal dengan cepat.
Lebih baik, bersaing secara “fair” dengan mereka yang bidang keilmuannya sama dengan kita, kan.
Kalau Tidak ada Formasi Khusus untuk Lulusan Pariwisata?
Nah, kalau yang ini beda lagi kasusnya.
Jika memang tidak ada formasi CPNS khusus untuk jurusan pariwisata, kamu jangan langsung down alias putus asa dulu.

Masih ada tips lanjutan pada artikel di blognya yang menarik, seperti berikut  >>> cara belajar soal CPNS untuk lulusan ilmu sosial, termasuk pariwisata.

Bagaimana, artikelnya cukup menarik kan?