Wednesday, December 2, 2020

Kemenparekraf Apresiasi 20 Perguruan Tinggi Pendamping Desa Wisata

KEMENTERIAN Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) memberi apresiasi khusus kepada 20 perguruan tinggi yang melatih dan mendampingi desa wisata sehingga tata kelolanya menjadi semakin baik dan profesional. Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kemenparekraf/Baparekraf, Wisnu Bawa Tarunajaya menjelaskan, kegiatan ini merupakan bentuk apresiasi kepada 105 perguruan tinggi yang telah melakukan penandatangan kerja sama (MoU) dalam rangka pengembangan desa wisata melalui pelatihan dan pendampingan SDM pada 27 Februari 2020.

"Mereka melakukan Training of Trainer (ToT) bagi para pengajar atau dosen yang mendampingi desa wisata dengan cakupan materi seperti sadar wisata, sapta pesona, protokol CHSE (Cleanliness, Health, Safety & Environment Sustainability), pelayanan prima (exploring, packaging, presentation) dan pengembangan potensi produk pariwisata," ujar Wisnu dalam acara Apresiasi Perguruan Tinggi Terbaik dalam Pendampingan Desa Wisata 2020 di Hotel Raffles, Jakarta, Rabu, 2 Desember 2020 malam. Ia menjelaskan, momentum saat ini dinilai tepat ketika pandemi seluruh insan pariwisata memiliki lebih banyak waktu untuk meningkatkan pengetahuan hingga menambah skill diri.

"Ini juga bagian dari penyiapan SDM di desa wisata untuk berkompetisi di ranah global,” imbuhnya. Selain itu, Wisnu juga menjelaskan, implementasi protokol kesehatan di desa wisata menjadi hal yang penting, untuk menumbuhkan kepercayaan diri wisatawan yang akan datang berlibur ke desa mereka. "Ini juga menjadi momentum untuk re-save atau redesain dan revitalisasi desa wisata, sekaligus untuk daya saing pariwisata. Latar belakangnya juga agar destinasi desa wisata ini lebih berkualitas, lebih kredibel, dan mampu berkolaborasi serta bersaing di level domestik dan internasional," paparnya.

Kemenparekraf Apresiasi 20 Perguruan Tinggi Pendamping Desa Wisata

Pada kesempatan itu Kemenparekraf memberi apresiasi kepada 20 perguruan tinggi yang melakukan pelatihan dan pendampingan. Tercatat pada peringkat satu ada Sekolah Tinggi Pariwisata Riau yang melakukan pelatihan dan pendampingan di Koto Masjid. 
Kemudian secara berurutan Akademi Pariwisata Mandala Bhakti di Desa Wisata Lembah Dongde-Desa Gentungan Karang Anyar, Jawa Tengah, Universitas Negeri Jakarta (UNJ) di Desa Cisaat, Subang, Jawa Barat Universitas Fajar Makassar di Desa Kabba, Sulawesi Selatan, Politeknik Internasional Bali di Desa Wisata Bongan, Tabanan. Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti di Desa Wisata Cikolelet Serang, Banten, Universitas Negeri Padang di Kampung Wisata Payo Solok, Politeknik Sahid di Kampung Keranggan Tangerang Selatan, STIMI Handayani Denpasar di Desa Wisata Baha Mengwi. Universitas Riau Cagar Budaya Koto Sentajo di Kuantan Singingi, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa di Desa Banyuresmi Pandeglang, Banten, Sekolah Tinggi Pariwisata Mataram Desa Wisata Sembalun NTB, Poltekpar Bali di Desa Cau Belayu Tabanan, Institut STIAMI di Kampung Lengkong, serta Universitas Dian Nuswantoro di Desa Walitelon Temanggung, Jawa Tengah. Kemudian Poltek Balikpapan di Desa Mentawir, Politeknik Negeri Sambas di Desa Wisata Temajuk, STIPAR Tamalatea Makassar di Desa Wisata Datara, Sekolah Tinggi Pariwisata AMPTA di Desa Wisata Garongan Sleman, D.I. Yogyakarta, yang terakhir Universitas Syah Kuala di Desa Nilam Ranto Sabon.





Monday, November 23, 2020

Memberi Pelatihan Sapta Pesona di Desa Wisata Garongan

Sapta Pesona  merupakan isu yang populer. Akan tetapi, isu tersebut masih terus menjadi  perhatian dalam setiap kegiatan Bimtek Desa Wisata. Mengingat fakta di lapangan melalui berbagai sumber media berita masih sering ditemui berita terkait adanya komplain wisatawan terhadap pelayanan wisata yang ada di suatu destinasi. Sebagai solusi pencegahan, pada tanggal pengelola Desa Wisata Garongan telah diberikan pelatihan Sapta Pesona dan Pelayanan Prima. Sebagai penanggungjawab program adalah saya sendiri Hary Hermawan, S.Par., M.M.

Sapta pesona adalah 7 (tujuh) unsur pesona yang harus diwujudkan bagi terciptanya lingkungan yang kondusif dan ideal bagi berkembangnya kegiatan kepariwisataan di suatu tempat yang mendorong tumbuhnya minat wisatawan untuk berkunjung. 

Hary Hermawan Pelayanan Prima
Dokumentasi Kegiatan Desa Wisata Garongan 2020

Ketujuh unsur sapta pesona yang dimaksud di atas adalah: aman; tertib; bersih; sejuk; indah; ramah tamah; dan kenangan.  Ketujuh unsur yang dapat diimplementasikan dalam pengelolaan Desa Wisata Garongan akan dijelaskan sebagai berikut: 

Aman atau Keamanan 
Aman, merupakan suatu kondisi atau keadaan yang memberikan suasana tenang dan rasa tenteram bagi wisatawan. Aman dapat berarti bebas dari rasa takut dan khawatir akan keselamatan jiwa, raga, dan harta miliknya (barang bawaan dan yang melekat pada tubuhnya). Aman juga berarti bebas dari ancaman, gangguan dan tindak kekerasan atau kejahatan (penodongan, perampokan, pemerasan, penipuan). Aman, di desa wisata garongan dapat diwujudkan dengan danya dukungan masyarakat yang positif terhadap kegiatan pariwisata dan turut merasa memiliki Desa Wisata Garongan.  Kedua, rasa aman juga telah diwujudkan dengan penyediaan tempat parkir yang luas, dan terjaga. Sehingga wisatawan tidak perlu merasa khawatir terhadap keamanan kendaraan saat berwisata. 

Tertib atau Ketertiban 
Merupakan suatu kondisi atau keadaan yang mencerminkan suasana tertib dan teratur serta disiplin dalam semua kehidupan masyarakat. Keadaan atau suasana tertib menghadapi wisatawan lebih ditujukan kepada : 
a. Wisatawan akan mendapatkan suasana pelaksanaan wisata dengan peraturan yang jelas dan konsisten. 
b. Tertib dari segi waktu dimana wisatawan akan menemukan segala sesuatu yang pasti waktunya sesuai dengan jadwal. Hal ini berarti kesesuaian jadwal pada paket dengan kegiatan wisata yang dijalani wisatawan. 
c. Tertib dari segi mutu pelayanan di mana wisatawan akan mendapatkan mutu pelayanan yang bermutu tinggi. Desa wisata garongan bersama tim trainer dari Sekolah Tinggi Pariwisata AMPTA telah bersama-sama menyusun SOP pelayanan. Khususnya terkait dengan protokol kesehatan Covid-19. 
Selanjutnya dalam proses pembuatan video, sehingga SOP yang divisualisasikan akan mudah dipahami calon wisatawan yang berkunjung di Desa Wisata Garongan, sehingga akan semakin tercipta ketertiban. 
d. Tertib dari segi informasi di mana wisatawan selalu dengan mudah mendapatkan informasi yang akurat dan dalam bahasa yang dapat dimengerti. Hal ini diwujudkan dengan disediakannya berbagai papan informasi wisata, dari jalan menuju lokasi, dan juga informasi-informasi wisata di Desa Wisata Garongan. 
e. Dalam kondisi pandemi Covid-19 tertib juga diwujudkan dengan pelaksanaan protokol kesehatan, sehingga wisatawan merasa aman dan tenteram berwisata di Desa Wisata Garongan

Bersih atau Kebersihan 
Merupakan suatu kondisi atau keadaan yang menampilkan sifat bersih dan sehat (hygienis). Keadaan bersih harus selalu tercermin pada lingkungan dan sarana pariwisata yang bersih dan rapi, penggunaan alat perlengkapan yang selalu terawat baik, bersih dan bebas dari bakteri atau hama penyakit, makanan dan minuman yang sehat, serta penampilan petugas pelayanan yang bersih baik fisik maupun pakaiannya. 

Bersih dari segi lingkungan dimana wisatawan akan menemukan lingkungan yang bersih dan bebas dari sampah dan limbah, pencemaran limbah, pencemaran maupun kotoran lainnya. Bersih dari segi bahan di mana wisatawan mendapatkan bahan yang bersih baik pada makanan, minuman, maupun bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyajian. 

Sejuk atau Kesejukan 
Merupakan suatu konsisi atau keadaan lingkungan yang memberikan suasana segar dan nyaman. Kondisi lingkunan seperti itu tercipta dengan upaya menciptakan suasana penataan lingkungan, pertamanan, penghijauan pada jalur wisata. Memperindah wajah kota dengan pembangunan tamantaman di tempat-tempat terbuka, penghijauan sepanjang jalan, lingkungan dan perkantoran, dan pusat perbelanjaan serta lingkungan pemukiman penduduk dan daya tarik wisata. Dalam ruangan kesejukan dapat diciptakan melalui penataan dan penyediaan pot-pot tanaman bahkan kalau mungkin membuat taman. 

Indah atau Keindahan 
Merupakan suatu kondisi atau keadaan yang mencerminkan penataan yang teratur, tertib dan serasi, sehingga memancarkan keindahan. Indah, dilihat dari sudut penggunaan tata warna yang serasi, selaras dengan lingkungan sekitarnya, baik interior maupun eksterior serta menunjukkan sifat dan ciri penampilan nasional. Keindahan terutama dituntut dari penampilan semua unsur yang berhubungan langsung dengan pariwisata, seperti penampilan wajah kota, halaman depan hotel dan bangunan bersejarah, jalur-jalur wisata, lingkungan daya tarik wisata serta produk pariwisata lainnya. Indah dari segi alam di mana wisatawan akan mendapatkan lingkungan yang indah dikarenakan pemeliharaan dan pelestarian yang teratur dan terus-menerus.  Keindahan di Desa Wisata Garongan juga terwujud dengan fasilitas wisata yang mayoritas berbentuk Joglo. Joglo merupakan bentuk bangunan khas Yogyakarta yang memiliki nilai keindahan, seni dan filosofi. 

Ramah tamah atau Keramah-tamahan 
Ramah Tamah Adalah sifat dan perilaku masyarakat yang akrab dalam pergaulan, hormat dan sopan dalam berkomunikasi, suka senyum, suka menyapa, suka memberikan pelayanan, dan ringan kaki untuk membantu tanpa pamrih, baik yang diberikan oleh petugas atau aparat unsur pemerintah maupun usaha pariwisata yang secara langsung melayaninya. Hal ini sudah terlihat dilimiki oleh semua pengelola Desa Wisata Garongan 

Kenangan 
Kenangan berupaya diwujudkan dengan cara : 
a) Kenangan dari segi akomodasi yang nyaman, di mana wisatawan selama menginap akan mendapatkan kenyamanan baik dari segi lingkungan, pelayanan kamar, pelayanan makanan dan minuman maupun pelayananpelayanan lainnya. 
b) Kenangan dari segi atraksi budaya yang mempesona di mana wisatawan akan mendapatkan suatu kenangan akan budaya yang mempesona, baik dari segi variasi, mutu dan kontinuitas maupun waktu yang tepat. 
c) Kenangan dari segi makanan khas daerah yang lezat di mana wisatawan akan mendapatkan sesuatu kenangan dari makanan khas daerah yang lezat rasanya, hygienis, bervariasi, dan menarik dalam penyajiannya. Desa wisata garongan sudah memiliki makanan dan minuman khas yaitu Jamega (Jahe Merah Garongan), dan berbagai olahan salak. Untuk pengabdaian yang akan datang, tim dari Sekolah Tinggi Pariwisata AMPTA akan mengadakan pelatihan olahan bakso salak.
d) Kenangan dari segi cenderamata yang mungil, bermutu, menawan, dan harga yang wajar. 
Desa Wisata Garongan telah memiliki survenir khas berupa gantingan kunci yang berasal bengkel kerajinan warga lokal

Artikel menarik lainnya Survei di Desa Wisata Garongan

Survei di Desa Wisata Garongan

Program pendampingan desa wisata merupakan inisiasi Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bersama Kementrian Desa PDTT yang bekerjasama dengan Perguruan Tinggi. Pada kesempatan ini, saya 
mendapatkan pengalaman berharga menjadi koordintor tim trainer desa wisata dari Sekolah Tinggi Pariwisata AMPTA Yogyakarta dalam kegiatan Pendampingan Desa Wisata Garongan.

Survei di Desa Wisata Garongan
Lingkungan Desa Wisata Garongan yang Masih Asri
 
Foto-foto berikut diambil saat Saya bersama tim trainer melakukan survei lapangan bersama tim trainner sebagai bentuk persiapan dalam menyusun program-program pelatihan dan pendampingan. Kegiatan survei ini dilakukan agar trainer memiliki data-data yang akurat dan up to date berupa realitas dan fakta lapangan untuk dapat digunakan dalam meyusun program-program pelatihan yang tepat sasaran. Yaitu program yang mampu menjadi solusi atas berbagai permasalahan yang ada di lapangan. 

Ruang lingkup survei adalah kawasan alam di sekitar desa wisata garongan, kondisi sekretariat, dan pengelolaan homestay yang dimiliki warga dan hal-hal lain yang berkaitan dengan tata kelola desa Wisata Garongan. Selain observasi metode lain yang digunakan dalam mencari data adalah wawancara kepada warga masyarakat, pengelola, dan pelaku usaha lokal. 

Berikut foto-foto hasil kegiatan survei lapangan

Survei di Desa Wisata Garongan
Foto Bersama Pengelola
Survei di Desa Wisata Garongan
Wawancara Dengan Pengelola yang Super Ramah
Makanan Khas Desa Wisata Garongan
Desa Garongan Memiliki Potensi Perikanan yang Melimpah
Makanan Khas Desa Wisata Garongan
Ini Paling Mengasikan, Kami Boleh Icip-icip

Sunday, November 22, 2020

Bimtek Pendampingan Desa Wisata Bersama STP AMPTA Yogyakarta dan Kemenparekraf

Kegiatan Bimtek Pendampingan Desa Wisata Regional 1B (Jawa) telah sukses dilaksanakan oleh Sekolah Tinggi Pariwisata AMPTA Yogyakarta (STP AMPTA)difasilitasi Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf)/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Adapun peserta Bimtek merupakan pelaku wisata di Desa Wisata Garongan yang merupakan mitra program pendampingan.

Bimtek pendampingan desa wisata tersebut dilaksanakan pada tanggal 30 September 2020 di The Rich Hotel Yogyakarta. Acara ini dimulai sejak pukul 08.00 sampai dengan 17.00 WIB. Pemateri utama pada acara tersebut adalah tim trainer dari Sekolah Tinggi Pariwisata AMPTA Yogyakarta. Adapun yang hadir sebagai pemateri utama dalam bimtek tersebut adalah Bapak Hary Hermawan, S.Par., M.M selaku ketua tim tainer pendampingan Desa Wisata Garongan; Bapak Hermawan Prasetyanto, S.Sos., M.M selaku anggota; Ibu Iputu Hardani Hesti Duari, S.ST., M.Mselaku anggota; dan Ibu Angela Ariani, S.H., M.Mselaku anggota. Adapun moderator acara adalah Bapak Arif Dwi Saputra, S.S., M.M yang merupakan Ketua Program Studi Pariwisata Sekolah Tinggi Pariwisata AMPTA Yogyakarta.

Bimtek Pendampingan Desa Wisata Bersama STP AMPTA Yogyakarta dan Kemenparekraf
Pemateri dan Peserta Berfoto Bareng, 30 September 2020

Secara formal kegiatan Bimtek Pendampingan Desa Wisata ini merupakan kegiatan awal dari keseluruhan rangkaian program kerjasama pendampingan desa wisata oleh Sekolah Tinggi Pariwisata AMPTA dan Kemenparekraf. Dalam kesempatan ini disampaikan uraian teknis terkait program pendampingan. 

Selain itu, dikenalkan juga materi-materi pariwisata yang sedang menjadi fokus isu Kemenparekraf pada saat ini, khususnya terkait adanya pandemi Covid-19. Adapun materi-materi yang dimaksud meliputi: Penerapan Cleanliness, Health, Safety and Enviromental Suistainability (CHSE); Penerapan Sapta Pesona; Pelayanan Prima; dan Pengembangan Produk Wisata: Exploring, Packaging, Presentation (EPP).

Cleanliness, Health, Safety and Enviromental Suistainability (CHSE)merupakan hal yang saat ini mendesak untuk segera diterapkan di desa wisata guna menyambut peluang parwisisata di saat Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) dahulu populer dengan istilah new normal. Hal ini penting untuk dilakukan mengingat pada saat ini preferensi wisatawan cukup berbeda dalam mencari tempat wisata. Saat pandemi ini wsiatawan cenderung mencari lokasi wisata yang dianggap aman dan bebas dari Covid-19, tentunya dibuktikan dari adanya penerapat protokol kesehatan CHSE di tempat wisata, tidak terkecuali di desa wisata. Hal ini berbading terbalik dengan pengelola desa wisata, yang mayoritas merupakan masyarakat yang awam dengan dunia kesehatan.

Oleh karena itu, sebagai langkah awal perlu diberikan pemahaman terkait dengan penerapan protokol kesehatan, yang saat ini telah dirumuskan pemerintah melalui pedoman CHSE. Dalam kesempatan tersebut, Bapak Hermawan Prasetyanto, S.Sos., M.M menjadi pemateri CHSE sekaligus sebagai pembuka sesi presentasi.

Pendampingan Desa Wisata
Hary Hermawan
Hary Hermawan Bersama Tim Penamping Desa Wisata

Selanjutnya, Sapta Pesona dan Pelayanan Prima merupakan isu yang populer. Akan tetapi, kedua isu diatas masih terus menjadi isu yang menjadi perhatian dalam setiap kegiatan Bimtek Desa Wisata. Mengingat fakta di lapangan melalui berbagai sumber media berita masih sering ditemui berita terkait adanya komplain wisatawan terhadap pelayanan wisata yang ada di suatu destinasi. Sebagai solusi, peserta Bimtek diberikan materi terkait Sapta Pesona dan Pelayanan Prima yang di sajikan oleh Bapak Hary Hermawan, S.Par., M.M sebagai presenter kedua. 

Pada sesi penutup, peserta Bimtek diberikan materi Pengembangan Produk Wisata: Exploring, Packaging, Presentation (EPP) oleh kedua narasumber yaitu Ibu Iputu Hardani Hesti Duari, S.ST., M.Mdan Ibu Angela Ariani, S.H., M.M. pada sesi ini diberikan sekilas tentang tata cara penyusunan paket wisata, namun pada sesi ini narasumber dan peserta lebih fokus untuk diskusi menggali berbagai problematika pengelolaan pariwisata di Desa Wisata Garongan, khususnya terkait produk wisata dan paket wisata. 

Keseluruhan materi pada bimtek tersebut telah dikembangkan menjadi berbagai program pelatihan (workshop) yang lebih detail dan rinci serta menyesuaikan kebutuhan nyata di Desa Wisata Garongan. Selain program pelatihan, dari hasil bimtek ini tim trainer/pendamping juga menjadi fasilitator dalam mewujudkan berbagai program desa wisata. 

hary hermawan

hary hermawan
Penulis Bersama Tim Mahasiswa



Berwisata di Desa Wisata Garongan, Turi, Sleman, Yogyakarta

Desa Wisata Garongan merupakan sebuah desa yang terletak di lereng gunung Merapi yang berjarak 14,3 Km dari puncak Merapi. Desa Wisata Garongan berada di Padukuhan Kembang dan Padukuhan Pojok, Desa Wonokerto Kecamatan Turi Sleman Yogyakarta. Sekretariat Desa Wisata Garongan berada di Pedukuhan Pojok. Desa Wisata Garongan berjarak ± 20 Km ke arah utara dari Ibukota Daerah Istimewa Yogyakarta atau sekitar ± 15 Km ke arah utara dari Ibukota Kabupaten Sleman.

Sebagai tambahan informasi, bahwa Desa Wonokerto secara lengkap terdiri dari 13 Pedukuhan, yaitu : Pedukuhan Pojok,Pedukuhan Kembang, Pedukuhan Tunggularum, Pedukuhan Gondoarum,Pedukuhan Sempu, Pedukuhan Manggungsari, Pedukuhan Imorejo,Pedukuhan Jambusari, Pedukuhan Banjarsari, Pedukuhan Dukuhsari, Pedukuhan Bejiji, Pedukuhan Dadapan dan Pedukuhan Samorejo.

Desa Wisata Garongan
Kunjungan dari Kemenparekraf, 2020

Menurut cerita dari berbagai sumber desaini mendapat julukan “Garongan” karena memiliki sejarah tersendiri. Dahulu kala, desa ini merupakan tempat singgah para “garong” (pencuri, penyamun, dan sebagainya) yang berasal dari pantai utara. Sebelumnya, mereka tidak bisa datang serta tinggal di sini karena di antara Gunung Merapi dan Gunung Merbabu jalurnya tidak bisa ditempuh dengan jalan kaki maupun berkuda. Kondisi jalan pada waktu itu sangat sulit untuk dilalui. Setelah beberapa waktu kemudian, terjadi erupsi yang sangat besar sehingga lereng-lereng diantara Gunung Merapi dan Gunung Merbabu itu runtuh. Setelah itu, beberapa puluh tahun kemudian akses untuk jalan sudah bisa dilalui. Para Garong akhirnya bisa datang dan berhenti di daerah ini karena jika mereka ke arah utara maka tanahnya terlalu tandus dan belum bisa ditanami. Selain itu, apabila mereka ke arah selatan di sana sudah terdapat kepemerintahan kerajaan yang sudah berkuasa sehingga mereka tidak berani untuk singgah.

Lokasi ini sangat strategis bagi para garong untuk berhenti atau singgah. Setelah mereka singgah, mereka melanjutkan aktifitas mereka sebagai garong yaitu mencuri dan sebagainya (Wawancara dengan Naryo, Pengelola Desa Wisata, 12 Oktober 2020).

Desa Wisata Garongan memiliki daya tarik wisata Jakagarong. Jaka Garong bukan merupakan nama orang, akan tetapi kepanjangan Jelajah Alam Kampung Garongan. Dinamai sedemikian rupa dikarenakan melihat nilai ketidakpantasan. Dewi merupakan nama yang indah, dan apabila ditambahkan kata garong menjadikannya tidak pantas. Oleh karena itu di Desa Wisata Garongan dinamai Jakagarong.

Desa Wisata ini memiliki banyak sumber air yang melimpah. Selain itu, pemandangan utuh Gunung Merapi juga dapat disaksikan. Suasana alam yang segar, terdapat kolam ikan dengan gazebo-gazebo yang mengelilinginya (Wawancara dengan Naryo, Pengelola Desa Wisata, 12 Oktober 2020).

Awal mula menjadi desa wisata dipelopori adanya program agropolitan yang dicanangkan pemerintah pada tahun 2004. Agropolitan ini membuka akses wisata potensi-potensi yang mempunyai potensi wisata di sabuk merapi di lereng merapi sebelah barat,selatan, dan timur dihubungnkan dalam satu jalur.

Pada jalur tersebutterdapat titik-titik yang bisa dikembangkan antara lain pasar tradisional, pasar buah, rest area dan lain-lain. Setelah di analisa, Garongan mendapat bagian menjadi rest area dan saat itu dibangun jalan. Kemudian setelah dibuka akses jalan disini banyak dikunjungi masyarakat, banyak dikunjungi oleh orang kemudian warga sekitar juga sering datang kesni.

Pemandangan gunung merapi juga menjadi daya tarik orang berdatangan. Pak Tikno pada waku itu(sekarang ini menjadi pembina) mengusulkan bagaimana kalau desa ini dijadikan desa wisata. Usulan –usulan lainnya banyak muncul dari masyarakat, akan tetapi Pak Tikno bersama masyarakat memprakasai berdirinya desa wisataini” (Wawancara dengan Naryo, Pengelola Desa Wisata, 10 Oktober 2020).

Setelah itu, Bapak Supratikno bersama masyarakat memberikan usulan tentang pembentukan desa wisata. Pak Tikno bersama dengan warga Padukuhan Kembang akhirnya memprakasai berdirinya desa wisata.

Potensi wisata yang dimiliki di Desa Wisata Garongansecara lengkap dijabarkan sebagai berikut: 

1) Alam Sungai Sempor 
Sungai Sempormerupakan sungai yang alirannya melewati Padukuhan Kembang. Sungai Sempor ini yang berhulu dari lereng merapi, memberikan pemandangan yang segar disekitar seperti pepohonan yang rindang, areal persawahan serta pemukiman warga. Sungai sempor cukup aman jika terjadi lahar dingin dari lereng merapi, sebab sungai sempor berhulu dari kali krasak sehingga apabila terjadi banjir lahar dingin tidak berdampak langsung. Salah satu kegiatannya yaitu susur sungai yang disediakan pengelola dan dipandu oleh pemandu khusus susur sungai yang sudah memahami medannya (Wawancara dengan Naryo, Pengelola Desa Wisata 12 Oktober 2020) 

wisata susur sungai
Aktifitas Sungai, sumber https://desawisatagarongan.com

2) View Gunung Merapi 
Gunung Merapimerupakan gunung api aktif yang terletak diantara 2 Provinsi yaitu Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan 4 Kabupaten yaitu Kabupaten Sleman dan Jateng, Kabupaten Magelang, Kabupaten Magelang, dan Kabupaten Klaten. Gunung Merapi sendiri memiliki ketinggian 2.917 MDPL dengan diameter kawag 500 meter dan kedalaman 100 meter (Sumber Panduan Museum GunungApi Merapi Sleman). 

3) Bumi Perkemahan (Camping Ground) 
Bumi Perkemahan Desa Wisata Garongan berada di Padukuhan Kembang, merupakan suatu aset yang dimanfaatkan oleh desa. Awalnya lokasi ini merupakan tanah tandus yang tidak dapat ditanami, namun inisiatif warga untuk mengolah tanah tersebut meembuahkan hasil yang saat ini dinamai oleh warga menjadi lahan perkemahan. Tanah yang saat ini menjadi lokasi camping merupakan tanah kas desa yang dikembangkan oleh masyarakat. Camping ground yang dimanfaatkan oleh Desa Wisata Garongan ini terbagi menjadi dua wilayah yang di beri nama Jakagarong 1 dan Jakagarong 2. Luas camping ground 3 Hektar yang terbagi menjadi dua blok yaitu Jakagarong Satu dan Jakagarong Dua. Jakagarong 1 terletak di sisi selatan dengan luas 2 hektar yang dapat di gunakan untuk kegiatan sekitar 350 peserta dengan kapasitas 50 tenda pramuka. Sedangkan Jakagarong 2 berada di sisi utara yang dapat di gunakan untuk kegiatan sekitar 200 (Wawancara dengan Naryo, Pengelola Desa Wisata, 10 Oktober 2020). 

4) Akomodasi 
Sebagai daerah tujuan rekreasi dan bumi perkemahan, tentu saja Desa Wisata Garongan memiliki peluang untuk mengembangkan unit bisnis akomodasi yaitu homestay.Homestayberasal dari rumah-rumah rakyat yang telah ditingkatkan fasilitas dan sarananya, sehingga memenuhi syarat-syarat sebagai usaha homestay. Homestay merupakan bentuk usaha yang mendapatkan keuntungan dari penyediaan berbagai keperluan penginapan selama seseorang melakukan perjalanan jauh dari tempat tinggalnya, di Indonesia banyak berada di desa-desa wisata sebagai sarana wisata tambahan 

5) Potensi Hortikultura (Budidaya Tanaman Kebun) 
Hortikultura yang dimiliki merupakan budidaya kebun salak. Kebun salak Jakagarong memiliki beberapa jenis yakni ada Salak Pondoh, Salak Gula Semut, dan Salak Gading. Perkebunan salak sendiri masing-masing lahannya adalah miliki desa yang disewakan oleh para petani salak dengan luas masing-masing kurang lebih hampir 2 Hektar. Kebun salak ini juga sudah memiliki penghargaan dan mempunyai lisensi ekspor diantara perkebunan salak lainnya di Turi, bahkan menjadi kategori kebun salak yang memenuhi standar asia juga. Salak yang paling umum dan sering di eksport adalah salak pondoh yang paling mudah dipanen , Salak gula semut memiliki identik rasa yang lebih manis, dan salak gading memiliki bentuk fisik yang berbeda yakni warna kulitnya kuning kehijauan dan sulit ditanam karena rentan terhadap berbagai penyakit tanaman dan kalopun berhasil ditanam salak gading cocok untuk pengobatan herbal. Salak Pondoh di Jakagarong sendiri sering di eksport ke negara Kamboja (Wawancara dengan Yato, Bag. Perkebunan Salak Desa Wisata Garongan, 12 Oktober 2020)dan (Wawancara dengan Naryo ,Pengelola Desa Wisata Garongan 12 Oktober 2020) 

6) Potensi Akuakultur (Budidaya Ikan Air Tawar) 
Akuakultur yang dibudidayakan oleh penduduk sekitar adalah budidaya bibit nila yang memiliki kolam tambak dan pasarnya yang menjadi 1 lokasi yaitu Budidaya dan Pasar Ikan Mina Taruna. Disini juga dijadikan tempat kegiatan bagi para pengunjung dari campground, disini peserta belajar dan melihat secara langsung proses budidaya bibit ikan air tawar sampai dengan ke tahapan penjualannya. 

7) Potensi Kuliner & Minuman 
Desa wisata garongan mengolah produk-produk yang berasal dari sumber daya Hortikultura (Perkebunan) produk-produk tersebut berupa Wajik Salak, Minuman Jamega (Jahe Merah Garongan) , Kipo Garongan, dan Sagon. 

8) Potensi Budaya 
Meskipun Desa Wisata Garongan mengandalkan daya tarik wisata alam, namun sebenarnya masih memiliki beberapa tradisi budaya yang dapat dikembangkan seperti gejlok lesung, upacara daur hidup, story telling Desa Garongan dan lain sebagainya.


Contributor
Hary Hermawan & Florinata Wijaya

Friday, September 11, 2020

Webinar Rebranding Pariwisata di Era New Normal

Pandemi covid-19 menimbulkan berbagai dampak di segala lini kehidupan, tidak terkecuali sektor pariwisata yg semakin lesu. Oleh karena itu, dibutuhkan strategi terbaik agar sektor ini dapat kembali survive. Kami, mengajak pemerhati pariwisata untuk berdiskusi, sumbang saran dalam webinar bertema Rebranding Pariwisata di Era New Normal. 16 September 2020


.

Wednesday, September 9, 2020

Event dan Seminar Pariwisata