Wednesday, July 22, 2020

Pengantar Manajemen Hospitality

Pengantar Manajemen Hospitality
Buku Pengantar Manajemen Hospitality karya Hary Hermawan

Hospitality bukan hanya soal keramah-tamahan seperti dalam arti sempit bahasa (hospitable). Namun hospitality yang merupakan pengetahuan dan seni yang kompleks dalam bisnis jasa, yaitu jasa dengan pelayanan penuh rasa hormat dan penuh rasa kemanusiaan sesuai kebutuhan jiwa manusia yang ingin dihormati dan dihargai sebagai manusia seutuhnya yang memiliki akal dan budi. 
Bisnis hospitality bukan hanya tentang menjual kamar-kamar hotel kelas elit, ataupun menjual makanan-makanan enak untuk sekedar memenuhi kebutuhan perut. Akan tetapi bisnis hospitality adalah bisnis yang membutuhkan jiwa atau ruh dalam sendi-sendi operasionalnya. Hospitality adalah mengenai bagaimana menciptakan produk mati menjadi hidup, sehingga langsung dapat menyentuh perasaan pelanggan sebagai manusia yang juga memiliki jiwa (ruh). 
Dalam hospitality, melayani sepenuh hati merupakan kunci dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan, termasuk membantu aktualisasi diri mereka sebagai seorang manusia sejati. Pelayanan sepenuh hati tersebut harus mampu diaplikasikan pelaku usaha selaku penyedia jasa yang baik. Dengan kondisi demikian diharapkan pelanggan atau wisatawan akan merasa puas, semakin mencintai produk yang kita tawarkan, bahkan kalau bisa loyal, atau membuat rekomendasi produk kita kepada rekan-rekannya.

Pemesanan : 0853-2521-7257 (WhatsApp)
Sumber artikel: Penerbit NEM

Geowisata: Perencanaan Pariwisata Berbasis Konservasi



Geowisata: Perencanaan Pariwisata Berbasis Konservasi
Buku Geowisata karya Hary Hermawan
                       
Letak Negara Indonesia secara geografis sangat istimewa. Pertama, letak Indonesia berada di antara tiga lempeng benua besar, yaitu lempeng Pasifik, lempeng Eurasia, dan juga lempeng Australia. Kedua, Indonesia berada di dalam dua kawasan laut dangkal meliputi dangkalan Sahul dan dangkalan Sunda. Ketiga, wilayah Indonesia memiliki dua deretan pegunungan besar, yaitu pegunungan Mediterania dan Sirkum Pasifik. Karena letaknya sangat strategis, membuat Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam yang sangat besar, terutama kekayaan alam non hayatinya, berupa keanekaragaman fenomena geologi yang membentang dari Sabang sampai Merauke.
Tidak berlebihan jika Negara Indonesia disebut sebagai negara Megageodiversity, mengingat besarnya kekayaan geologi yang dimiliki. Akan tetapi, kekayaan geologi tersebut belum mampu tergarap secara optimal sampai saat ini, mayoritas masih dieksploitasi untuk kegiatan pertambangan dan pendukung industri manufaktur. Tidak sedikit dari kegiatan tersebut justru menimbulkan berbagai efek negatif berupa penurunan bahkan kerusakan fungsi ekologis.
Geowisata adalah sebuah solusi bagaimana memanfaatkan kekayaan geologi untuk kegiatan wisata. Buku ini menyajikan secara lengkap bagaimana mengelola potensi geologi menjadi daya tarik wisata alam yang ideal dan berkelanjutan, disertai model pengelolaan daya tarik wisata yang mampu bersinergi dengan prinsip-prinsip konservasi.
Paradigma baru yang hendak dibangun penulis adalah “Bagaimana mengoptimalkan potensi alam menjadi bernilai tambah bagi kesejahteraan masyarakat lokal, sekaligus mampu menekan seminimal mungkin, bahkan menghilangkan potensi kerusakan?” Buku ini sangat cocok digunakan oleh mahasiswa maupun pelaku pariwisata sebagai bahan diskusi dan referensi terkait pengelolaan daya tarik wisata alam.
Pemesanan : 0853-2521-7257 (WhatsApp)
Sumber Artikel: Penerbit NEM


Thursday, July 9, 2020

Sam Po Kong Temple: Traveling to Semarang, Central Java, Indonesia

Sam Po Kong temple was formerly called Gedung Batu. This building cannot be separated from the historical story of Admiral or General Zheng. Admiral Zheng himself is a Chinese with the original name Zheng He, or what is then often also referred to as Admiral Cheng Ho. This admiral is Muslim. This building is called Gedung Batu because the shape of the building is on the rock hill.

Actually, this place was not originally a temple in the real sense (place of worship). But only the designation by the community. This building is actually a site from Admiral Cheng Ho. But people often call it pagoda because the Chinese architectural style is very thick felt here. At the same time, Admiral Cheng Ho himself is Muslim. One proof is the existence of an article that has the meaning "Let's silence by listening to reading the Koran".

Admiral Cheng Ho himself was a man who was travelling to trade. He lived in the Ming Dynasty. Admiral Cheng Ho is also synonymous with one of the mosques in East Java which is now also frequently visited as a Tourist Attraction in Surabaya. Sam Po Kong temple in Semarang itself was once the location of worship of Admiral Cheng Ho and his men who had embraced Islam. However, at this time, this place has been converted into a place of warning and worship by Confucius. Apart from being a place of worship, Sam Po Kong Temple is now increasingly visited as a Tourist Place in Semarang. Even many tourists who visit there from foreign tourists. was formerly called Gedung Batu. This building cannot be separated from the historical story of Admiral or General Zheng. Admiral Zheng himself is a Chinese with the original name Zheng He, or what is then often also referred to as Admiral Cheng Ho. This admiral is Muslim. This building is called Gedung Batu because the shape of the building is on the rock hill.

Actually, this place was not originally a temple in the real sense (place of worship). But only the designation by the community. This building is actually a site from Admiral Cheng Ho. But people often call it pagoda because the Chinese architectural style is very thick felt here. At the same time, Admiral Cheng Ho himself is Muslim. One proof is the existence of an article that has the meaning "Let's silence by listening to reading the Koran".

Admiral Cheng Ho himself was a man who was travelling to trade. He lived in the Ming Dynasty. Admiral Cheng Ho is also synonymous with one of the mosques in East Java which is now also frequently visited as a Tourist Attraction in Surabaya. Sam Po Kong temple in Semarang itself was once the location of worship of Admiral Cheng Ho and his men who had embraced Islam. However, at this time, this place has been converted into a place of warning and worship by Confucius. Apart from being a place of worship, Sam Po Kong Temple is now increasingly visited as a Tourist Place in Semarang. Even many tourists who visit there from foreign tourists.

Sam Po Kong Temple

Sam Po Kong Temple

Sam Po Kong Temple

Sam Po Kong Temple

Wednesday, July 8, 2020

Seminar Online Pariwisata : Mensiasati Perubahan Pariwisata Masa Depan


Mari bergabung dan berbagi inspirasi dalam Seminar Online Pariwisata "Mensiasati Perubahan Pariwisata Masa Depan". Diselenggarakan atas kerjasama Sekolah Tinggi Pariwisata AMPTA Yogyakarta, ARS University, dan Himpunan Mahasiswa Pariwisata Indonesia (HMPI) DPW III.

Senin 13 Juli 2020 
Pukul 14.00 WIB - Selesai.

Pembicara :
1. Tazbir Abdullah, S.H., M.Hum.
2. Hardi Wahyono, M.M.
3. Yosef Abdul Ghani, S.E.,M.M.
4.     Florin Natawijaya Limantoro (Moderator)

*Fasilitas:
1. Ilmu 
2. Relasi
3. E-sertifikat


Cp.
1. Hary Hermawan (08973810090)
2. Bulqis Purnama Dewi (08975479991)

Sunday, July 5, 2020

Bersilaturahmi dengan Komunitas Jamblang Gentong dan Pengurus Desa Wisata Karang Tengah

Beberapa waktu yang lalu (5 Juli 2020) saya bersama tim dolan Dimas Setyo Nugroho dan mahasiswi saya Florinnata Widjaja seperti biasa  hobby blusukan ke desa-desa mencari ide riset, atau insipirasi hal apapun yang dapat dilakukan untuk berbagi kebaikan. Kali ini Kami berkesempatan untuk bersilaturahmi, dan berbagi cerita dengan Komunitas Jamblang Gentong Pengelola Taman Dolanan dan Bapak Sugiyanto pengurus Desa Wisata Karang Tengah, Imogiri, Bantul, D.I.Yogyakarta. 

Kami berbincang-bincang dengan Mas Soni, tokoh komunitas Jamblang Gentong serta selaku pengurus Taman Dolanan. Komunitas Jamblang Gentong (Taman Doalanan) memiliki visi untuk menjadi tujuan wisata budaya berbasis pelestarian permainan tradisional. Dari hasil diskusi dan observasi kami, Taman Dolanan memang cukup menarik dan potensial menjadi destinasi wisata. Selain terletak ditengah pedesaan yang masih asri yang didukung dengan banyaknya tanaman Jamblang (duwet) sebagai icon. Taman Dolanan juga memiliki aset kebudayaan yang cukup lengkap. Pemuda yang tergabung dalam Komunitas Jamblang Gentong masih memiliki kesadaran akan pelestarian budaya, masing-masing memiliki keterampilan seni budaya lokal yang unik, termasuk pengetahuan yang cukup luas dalam hal permainan tradisional seperti dakon, enggrang, layangan, gobak sodor, dan lain sebagainya. Akan tetapi, untuk menjadi destinasi wisata yang baik harus didukung dengan kepedulian kita bersama untuk membantu dalam mengemas potensi tersebut menjadi sebuah daya tarik wisata yang unik, asli dan tentunya atraktif. 

Komunitas Jamblang Gentong
Foto-bareng Komunitas Jamblang Gentong

Taman Dolanan
Btw cuma main malah dapat maem gaes...

Komunitas Jamblang Gentong

Setelah selesai berbincang-bincang di Taman Dolanan, Kami melanjutkan perjalanan ke Desa Wisata Karang Tengah. Disini kami bertemu ketua pengelola yang super ramah, namanya Bapak Sugiyanto. Menurut cerita beliau Desa Wisata Karang Tengah sempat berada pada masa jayanya. Sekitar tahun 2009 lalu, banyak tourist dari Negara Jepang yang berlibur di Desa Wisata ini. Namun, kondisi saat ini disusul dengan kondisi Pandemi COVID 19, membuat kegiatan wisata disini menjadi  lesu (tetap semangat bapak). 
Desa Wisata Karang Tengah juga sangat potensial, desa wisata ini memiliki pemandangan alam yang sangat indah yaitu di bukit BNI (dinamakan BNI karena dulu ada sponsor), yang dikelilingi oleh perkebunan jambu mete. Karena hari sudah mulai gelap, kami membatalkan niat untuk sampai ke puncak bukit BNI. Cenderamata unik terbuat dari kepompong ulat sutra emas juga menjadi daya tarik tersendiri.

Foto Bersama Bapak Sugiyanto

Kerajinan Kempompong Ulat Sutra Emas
Kerajinan Kempompong Ulat Sutra Emas

Proses Pembangunan Taman Dolanan (Abaikan yang dimotor)

Produk Ecoprint

Sunday, June 28, 2020

Hary Hermawan





HARY HERMAWAN

Kontak
Email : haryhermawan8@gmail.com
Web   : www.haryhermawan.com

Pekerjaan Saat Ini
1. Dosen
2. Penulis dan peneliti
3. Konsultan manajemen pariwisata
4. Praktisi event
5. Blogger

Organisasi
1. Pengurus Ikatan Dosen Republik Indonesia (IDRI) Wilayah DIY
2. Anggota Himpunan Editor Berkala Ilmiah Indonesia (HEBII)
3. Anggota Council of Asian Science Editors (CASE)
3. Pengurus Asosiasi Dosen Pariwisata Indonesia (ADPI)

Editor Jurnal
1. Media Wisata - Sekolah Tinggi Pariwisata AMPTA Yogyakarta
2. Jurnal Pariwisata - Universitas Bina Sarana Informatika
3. Jurnal Abdimas Pariwisata - Sekolah Tinggi Pariwisata AMPTA Yogyakarta
3. Jurnal Dinamisia - Universitas Lancang Kuning Lampung
4. Jurnal Seni Makalangan - Institute Seni Budaya Indonasia (ISBI) Bandung

Peer Reviewer
1. Jurnal Economia - Universitas Negeri Yogyakarta
2. Jurnal Society - Universitas Bangka Belitung
3. Jurnal Kajian Pariwisata - ARS University Bandung

Karya Penelitian
Karya judul penelitian ada pada list berikut

Pengabdian Masyarakat
1. Trainer Pendampingan SDM Desa Wisata oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di 
    Desa  Wisata Garongan tahun 2020
2. Tenaga Ahli Pelatihan Pemasaran Digital oleh Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten 
    Sleman, D.I. Yogyakarta tahun 2021
3. Trainer Pendampingan SDM Desa Wisata oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di 
    Desa Wisata Garongan tahun 2022
4. Trainer Pendampingan SDM Desa Wisata oleh Dinas Pariwisata DIY di Desa Wisata Tepus tahun 2022

 
Hobby
1. Film, manga, anime
2. Musik
3. Memelihara satwa dan tanaman




Wednesday, June 24, 2020

Indonesian Traditional Games in Phe Past

Indonesian people were born in the era of the 80s to 90s; they are undoubtedly familiar with traditional games such as hide and seek, gobak sodok, bamboo shots, cannons and so on. But at this time the game is almost never played again by children today because I almost never see the children in my area who play it. 
At this time, children in our environment are more familiar with many games on smartphones such as class and clan that are played on gadgets.
The traditional game with all the uniqueness, the advantages of traditional games compared to modern games in cyberspace is that traditional games must be played directly and certainly far more relaxed and fun because we play them with our friends. Together laugh happily play it. Even today, I personally still remember the good memories of childhood when playing freely with friends without any burden. Too bad if traditional games are now entirely extinct replaced by modern games like the smartphone on the smartphone that tends to be individualistic and lacking in teaching social values.

Traditional hunting, Resource: merdeka.com

Traditional games also teach us to have social and human values.  ​​That is very good, for example, teach us to cooperate; teach about how we get along with others, build relationships so that our relationships are not rigid; train the motor nerves so that we become active people.
To refresh our childhood memories, I want to introduce to those who have never known, here are some examples of traditional games that are very popular in this era. Among others are :

Hide and seek
This game begins with abundantly searching for who will lose the guard looking for the theme until everything is found before one of the opposing parties free him.

Indonesian Traditional Games in Phe Past
Ular naga and hide seek, resource: merdeka.com

Bamboo and cannon fire
This game relies on very high courage. Shooting is usually done in groups. The group that wins is the one who succeeds in shooting all the members of the opposing group while the cannon is played to compete against the sound of his voice.

Indonesian Traditional Games in Phe Past
Indonesian Traditional Games in Phe Past
Bambbo and Canoon fire, resource: merdeka.com

Of course, there are many more Janis other types of traditional games come from areas that I haven't mentioned, and in my opinion, traditional games are elements of local wisdom culture that should be preserved by being included in regional cultural events. Traditional games that are maintained can also be used as an attraction for cultural tourism in an area by selling it as a tour package.