Wednesday, August 28, 2019

Penggunaan Metode Penelitian Kuantitatif dalam Penelitian Pariwisata

Pariwisata merupakan ilmu terapan, sehingga pada praktiknya ilmu merupakan kombinasi dari ilmu sosial budaya, ilmu alam, atapun ilmu-ilmu teknik, sehingga kasus-kasus dalam pengelolaan pariwisata seringkali tidak bisa diselesaikan hanya dengan satu disiplin ilmu saja, melainkan butuh kombinasi berbagai disiplin ilmu (multidisiplin) untuk menyelesaikanya. Begitu juga pendekatan penelitian yang digunakan untuk memecahkan masalah-masalah tersebut. 

Pada kasus tertentu dalam bidang pariwisata perlu dikaji dengan pendekatan ilmu alam dan ilmu teknik. Misalnya dalam menguji kelayakan lahan untuk bangunan atau wahana pariwisata, maka dalam kasus ini, teknik sipil akan sangat perlu digunakan. Kasus berbeda saat akan merumuskan daya tarik wisata budaya, seringkali kita harus mengetahui terlebih dahulu nilai-nilai sosial budaya lokal yang ada agar diperoleh rumusan daya tarik wisata budaya yang layak dan pro (sesuai) terhadap nilai-nilai lokal yang ada. Pada kasus kedua, pendekatan ilmu sosial-budaya dengan metode penelitian kualitatif akan lebih berguna. Tetapi dalam pemecahan kegiatan pariwisata lainya, seringkali lebih diperlukan pendekatan secara manajerial, keputusan-keputusan berdasarkan data yang akurat dan terukur, sehingga perlu sekali penelitian-penelitian yang dilakukan dengan pendekatan atau metode penelitian kuantitatif. 

Penggunaan Metode Penelitian Kuantitatif dalam Penelitian Pariwisata
Ilustrasi, sumber: translatejurnal.com

Kaitanya dengan riset pariwisata, pemilihan metode kualitatif dan kuantitatif tidak perlu dipertentangkan. Akan tetapi, ilmu pariwisata sebagai multidisiplin ilmu disertai berbagai macam kasusnya yang cukup kompleks tetap saja memunculkan sebuah pertanyaan, “Kapan dan dalam kondisi bagaimana penelitian kuantitatif dapat dipilih dan digunakan?” 

Untuk mengenal Riset Kuantitatif lebih dalam disini.

Sugiyono (2009) memberikan saran yang cukup lengkap dalam memilih metodologi kuantitatif untuk penelitian, diantaranya : 
  1. Metode penelitian kuantitatif dapat dipilih jika masalah yang menjadi titik tolak riset sudah cukup jelas. Masalah adalah suatu gap, gap adalah penyimpangan yang terjadi dash sein dan dash sollen. Bentuk-bentuk penyimpangan antara dapat berupa : kesejangan atau penyimpangan antara teori dan kenyataan (praktik) yang terjadi di lapangan, kesenjangan antara aturan yang seharusnya dengan pelaksanaan, adanya penyimpangan antara rencana dengan pelaksanaan.
  2. Penelitian kuantitatif dapat digunakan untuk mendapatkan informasi yang luas (tetapi bisa jadi tidak membutuhkan kedalaman). Namun jika populasi terlalu luas dapat menggunakan metode sampling, yaitu mengambil sebagian dari populasi sebagai sampel penelitian.
  3. Penelitian kuantitatif dapat dipilih jika peneliti akan mengadakan suatu perlakuan (treatment). Biasanya dilakukan pada bentuk penelitian eksperimen, Sebagai contoh, peneliti ingin membandingkan kinerja dua kelompok guide di Candi Prambanan. Satu kelompok diberikan pelatihan tertentu (kelompok treatment atau kelompok eksperimen) dan kelompok lain tidak diberikan pelatihan sebelumnya (kelompok kontrol). Kemudian kedua kelompok sama-sama diuji untuk memandu tamu yang sama, kemudian data yang telah diperoleh dibandingkan, apakah ada perbedaan yang signifikan antara kelompok yang telah dilatih dan belum dilatih.
  4. Metode penelitian kuantitatif dapat digunakan jika peneliti memiliki sebuah hipotesis, baik hipotesis deskriptif, komparatif, maupun asosiatif yang akan diujikan melalui sebuah penelitian.
  5. Metode penelitian kuantitatif dapat digunakan bila peneliti ingin memperoleh data yang akurat berdasarkan fenomena empiris yang dapat dihitung dan diukur.
  6. Metode penelitian kuantitatif dapat digunakan jika menemui keragu-raguan terhedap kebenaran suatu teori, pengetahuan, atau produk tertentu. Misalnya dalam sebuah teori kepariwisata disebutkan bahwa variabel daya tarik wisata merupakan faktor yang menentukan kepuasan wisatawan di suatu destinasi. Maka penelitian dengan menguji pengaruh daya tarik wisata terhadap kepuasan dapat dilakukan dengan metode penelitian kuantitatif.
Metode Penelitian Kuantitatif dalam Penelitian Pariwisata
Ilustrasi, sumber: referensimakalah.com
Artikel lengkap dapat di download di https://doi.org/10.31227/osf.io/fcnzh 

Perbedaan Metode Penelitian Pariwisata Kuantitatif dan Kualitatif

Secara garis besar penelitian terbagi menjadi dua jenis metode, yaitu kualitatif dan kuantitatif. Penelitian kualitatif, merupakan sebuah penelitian yang memiliki dasar deskriptif untuk mengungkapkan atau memahami fenomena-fenomena dengan lebih mendalam. Penelitian kualitatif menggunakan landasan teori sebagai panduan dalam memfokuskan penelitian, serta menonjolkan proses dan makna-makna yang terdapat dalam fenomena tersebut. Sebagai contoh sebuah penelitian dilakukan untuk mengetahui makna-makna dibalik motivasi masyarakat adat tertentu., masyarakat yang masih melestarikan tradisi tinggal di pedalaman hutan dan menolak modereniasi, maka untuk menjawab kedua fenomena ini lebih tepat jika peneliti menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, karena akan diperoleh data-data yang lebih mendalam. Misalnya data tentang makna-makna ritual dan nilai-nilai hidup yang dianut, motivasi, atau kepercayaan tertentu dan lain sebagainya. Berbeda dengan penelitian kualitatif, penelitian kuantitatif justru lebih condong digunakan untuk pembuktian suatu fenomena (hipotesis). 

Perbedaan Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif
Ilustrasi, sumber: https://www.idpengertian.com
Analsis kuantitiatif menggunakan data berupa angka-angka hasil perhitungan dan pengukuran, yang diolah dan dianalisis dengan kriteria-kriteria statistik tertentu. Sebagai contoh, dalam mengetahui pengaruh daya tarik wisata terhadap loyalitas wisatawan, peneliti mau tidak mau harus membuat instrumen untuk perhitungan dan pengukuran, kemudian mencari seberapa besar pengaruhnya(terukur) dengan analisis regresi, sehingga dihasilkan sebuah gambaran fenomena yang konkrit yang mampu diinterprestasikan, apakah menerima atau menolak hipotesis yang sebelumnya diajukan. 

Berhubungan dengan perbedaan bentuk penelitian kuantitatif dan kualitatif,   Sugiyono (2011) menjelaskan perbedaan penelitian kualitatif dan kuantitatif secara lebih rinci. Dijelaskan bahwa perbedaan metode kuantitatif dan kualitatif terdapat pada tiga hal, yaitu perbedaan dalam hal aksioma, proses, dan karakteristik penelitian itu sendiri. 

Pembahasan riset pariwisata selanjyutnya, disini

Artikel lengkap dapat di download di https://doi.org/10.31227/osf.io/fcnzh 

Aksioma yaitu pandangan dasar, dari sudut pandang ini metode penelitian mencakup aspek : realitas, hubungan peneliti dengan subjek yang diteliti, hubungan variabel, kemungkinan generalisasi dan peranan nilai. Proses yaitu alur penelitian dilakukan, dari sudut pandang ini dijelaskan mengenai alur teori dan data. Sedangkan sudut pandang karakteristik penelitian menjelaskan tentang kealamiahan, bentuk penelitian, fokus dan jenis pengujian fenomena. 

Perbedaan tersebut dapat disampaikan sebagai berikut :
Sudut Pandang
Aspek
Kuantitatif
Kualitatif
Aksioma
Realistis
Falsafah  positifisme,  yaitu  memandang  sesuatu secara  fisik  atau  yang nampak  berdasarkan pengamatan  panca  indera.

Contoh :
Peneliti  ingin mengetahui  ketersediaan faslitas  keamanan wisatawan  maka  peneliti perlu  mengidentifikasi berapa  jumlah  atau macam  fasilitas  yang ada.
Falsafah  post positifisme yaitu  memandang  sesuatu tidak  saja secara fisik atau yang  nampak  melainkan secara  utuh (holistik)  diblik hal -hal yang nampak.

Contoh :
Peneliti tidak saja mengidentifikasi berapa jumlah atau macam fasilitas yang ada tetapi juga perlu mengetahui kelayakan/kepatutan fasilitas tersebut sehingga benar-benar dapat menjamin keamanan wisatawan

Hubungan peneliti dengan subjek yang diteliti
Kedekatan  antara  peneliti dengan  yang  diteliti dibatasi oleh  jarak agar tingkat  ketergantungan (interdependensi)  dapat terjaga.  Instrumen yang digunakan  umumnya berbentuk  kuesioner  untuk  menjaga  jarak antara  peneliti  dengan yang  diteliti
Kedekatan  antara  peneliti dengan  yang  diteliti  tidak dibatasi  oleh   jarak sehingga  tingkat ketergantungan (interdependensi)  sangat tinggi.
Instrumen  yang  umumnya dipergunakan  adalah wawancara, observasi dengan  partisipasi  aktif dari  responden  atau  orang-orang  kunci (keyperson)
Hubungan variabel
Kusal atau sebab akibat
Holistik atau interaktif
Kemungkinan generalisasi
Sangat mungkin dilakukan generalisasi sesuai dengan kondisi data yang ditemukan
Sulit untuk melakukan generalisasi karena perbedaan pandangan, keyakinan pada diri responden
Peran nilai
Mengutamakan nilai nilai obyektif sesuai dengan hal ini disebabkan penelitian kuantitatif yang sedikit kontak dengan responden sehingga lebih mengutamakan interdependensi ketergantungan data yang ada.
Karena penelitian kualitatif lebih mengutamakan interaksi sedangkan dalam interaksi masing-masing memiliki pandagan, keyakinan dan nilai yang berbeda maka lebih mengutamakan nilai-nilai yang subyektif
Proses
Alur teori
Bermula dari sebuah teori kemudian diaplikasikan di lapangan
Bermula dari data yang ditemukan di lapangan didukung dengan teorikemudian dimunculkan sebuah teoribaru berdasarakan data empiris yang ditemukan tersebut
Data


Karakteristik Peneliti
Kealamiahan
Dapat dilaksanakan dengan setting alamiah seperti dalam penelitian survei, maupun dengan perlakuan (treatment) dalam penelitian eksperimen. Penelitian kuantatif berpegang pada falsafah positivisme.

Tidak adanya setting dan perlakuan (treatment) terhadapobjek dan subjek penelitian. Penelitian kualitatif berpegang pada falsafah naturalism fenomenalogis.

Bentuk penelitian
Dalam penelitian kuantitatif bisa terjadi penelitian diskriptif, korelatif, komparatif, maupun asosiatif.

Cenderung merupakan bentuk penelitian deskriptif. Deskriptif berarti hanya melukiskan dan menjelaskan sebuah fenomena yang ada. Data dalam penelitian kualitatif sering berbentuk gambar, simbol simbol, dan narasi (kata-kata), sehingga sering tidak membutuhkan perhitungan angka-angka untuk mengambil sebuah kesimpulan penelitian.

Fokus
Penelitian kuantitatif berorientasi pada hasil, “Untuk menjawab atau menolak hipotesis.”
Fokus penelitian kualitatif lebih berorientasi ke prosesnya, dari pada hasil.

Jenis pengujian
Penelitian kuantitatif digunakan untuk menguji kebenaran fenomena dengan mengukur atau menghitung variabel.Analisis dalam penelitian ini dilakukan secara deduktif.
.Analisis dalam penelitian kualitatif dilakukan secara induktif.
Menggali suatu fenomena secara lebih dalam hingga ke tingkat makna-makna.

Jenis-jenis Metode Penelitian yang Sering Digunakan dalam Bidang Ilmu Kepariwisataan

Telah disinggung pada pembahasan sebelumnya bahwa pariwisata sebagai bidang bisnis yang dioperasionalkan dengan ilmu terapan seringkali disertai berbagai masalah yang cukup kompleks. Oleh karena itu, pendekatan dalam riset kepariwisataan juga dapat beraneka ragam.
Secara umum, jenis-jenis penelitian dalam bidang kepariwisataan dapat diklasifikasikan menurut tujuan dan tingkat kealamiahanya atau sering disebut natural setting. Bedasarkan tujuanya, metode penelitian dapat diklasifikasikan menjadi metode penelitian dasar (basic research), metode penelitian terapan (applied research), dan penelitian pengembangan (research and development) (Sugiyono, 2011).

Jenis-jenis Metode Penelitian

Membedakan penelitian berdasarkan tujuanya, sangat sulit memisahkan mana penelitian dasar dan mana yang termasuk jenis penelitian terapan secara terpisah, karena keduanya terletak pada satu garis kontinum. Jika penelitian dasar berkaitan dengan penemuan dan pengembangan ilmu. Setelah ilmu tersebut digunakan untuk memecahkan masalah, maka penelitian tersebut akan menjadi penelitian terapan (Gay, 1977).
Berbeda dengan pendapat, Suriasuantri (1985) dalam bukunya yang berjudul Filsafat Ilmu memaknai penelitian dasar (murni) sebagai penelitian yang bertujuan untuk menemukan pengetahuan pengetahuan baru yang sebelumnya belum pernah diketahui, sedangkan penelitian terapan dimaknai sebagai penelitian yang ditujukan untuk memecahkan masalah-masalah kehidupan praktis.
Sedangkan penelitian pengembangan dapat dimaknai sebagai kegiatan penelitian yang digunakan untuk mengembangkan atau memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam pembelajaran. Penelitian dan pengembangan bisa dikatakan sebagai jembatan yang mempertemukan penelitian dasar dan penelitian terapan. Penelitian dasar untuk menemukan pengetahuan baru dan penelitian terapan sebagai media untuk menemukan pengetahuan yang secara praktik dapat diaplikasikan.
Membedakan metode penelitian menurut tingkat kealamiahan seringkali dibagi kedalam dua bentuk, yaitu penelitian natularlistik dan penelitian perlakuan (experiment). Metode penelitian naturalistik digunakan untuk meneliti pada latar alamiah, seringkali merupakan penelitian kualitatif, dalam penelitian naturalistik peneliti tidak membuat perlakuan pada objek atau subjek penelitian, peneliti dalam mengumpulkan data bersifat emic, yaitu berdasar pada pandangan data, bukan pandangan peneliti. Sedangkan penelitian perlakuan dapat dikatakan sebagai penelitian yang sangat tidak alamiah, biasa dilakukan pada penelitian eksperimen, penelitian eksperimen adalah penelitian yang bertujuan untuk mencari atau melihat efek atau pengaruh dari treatment atau perlakuan tertentu (Sugiyono, 2011).
Selengkapnya tentang jenis penelitian dilustrasikan dalam skema berikut :
Jenis-jenis Metode Penelitian
Klasifikasi penelitian berdasarkan tujuan, karakteristik masalah dan sifat data, sumber: Santoso & Hermawan (2019)
Pembahasan riset pariwisata selanjutnya, klik disini

Artikel lengkap dapat di download di https://doi.org/10.31227/osf.io/fcnzh 

Pengertian Metode Penelitian serta Perannya dalam Riset Pariwisata

Riset atau penelitian merupakan suatu kegiatan yang ditujukan untuk menyelidiki sebuah keadaan dari, sebuah alasan dari, beserta konsekuensi-konsekuensi terhadap suatu set keadaan khusus, bisa sebuah feomena atau variabel (Nazir, 2003). Oleh karena itu, metode penelitian dapat dimaknai secara sederhana sebagai sebuah cara untuk melakukan riset atau penelitian. 

Lebih lanjut, Sugiyono (2011) menjelaskan metode penelitian sebagai sebuah cara ilmiah dalam mendapatkan data untuk tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan definisi tersebut, dapat dirumuskan empat kata kunci yaitu : cara ilmiah, data, tujuan, dan kegunaan. 

Data yang diperoleh dalam penelitian ilmiah merupakan data yang empiris, yaitu data yang dapat diamati, tentu wajib memiliki tingkat kevalidan yang tinggi. Valid secara sederhana dapat dimaknai sebagai derajad ketepatan, sehingga data yang dikumpulkan peneliti betul sesungguhnya terjadi di objek penelitian. “Misalkan dalam suatu hari terdapat 1000 kunjungan wisatawan asing dan 500 kunjungan wisatawan nusantara di Candi Borobudur, maka peneliti dalam laporanya juga melaporkan bahwa sejumlah 1000 kunjungan wisatwan asing dan 500 kunjungan wisatawan nusantara di Candi Borobudur. Sehingga data hasil penelitian tersebut dapat dikatakan valid.” 

Pengertian Metode Penelitian
Gunung Bromo, sumber: www.id.wikipedia.org
Contoh pada kasus yang berbeda, “Manajer pemasaran hotel ABC melakukan survei kepuasan pelanggan untuk kepentingan rapat koordinasi pemasaran, hasil menujukan bahwa 60 persen tamu hotel tidak puas terhadap pelayanan, akan tetapi dalam rapat kerja manajer tersebut melaporkan bahwa mayoritas tamu merasa puas terhadap pelayanan hotel ABC. ”Hasil yang dilaporkan manajer pemasaran hotel ABC dalam rapat kerja tersebut tentu bukanlah data yang valid.Untuk mendapatkan data yang valid, dibutuhkan instrumen yang baik, instrumen yang baik adalah intrumen yang telah teruji kevalidan dan realibilitasnya. 

Suatu riset dilakukan tentu memiliki tujuan dan kegunaan tertentu, secara umum tujuan penelitian terdiri dari tiga macam tujuan yang meliputi : 
  1. Tujuan eksploratif atau penemuan, yaitu riset yang bertujuan untuk menemukan sesuatu yang baru dalam bidang tertentu. Dalam bidang pariwisata, penelitian eksploratif ini dapat digunakan untuk mengetahui potensi daya tarik wisata yang ada dalam sebuah kawasan cagar alam tertentu, kawasan yang belum pernah dilakukan pendataan atau dieksplorasi oleh peneliti sebelumnya. Riset eksploratif juga dapat digunakan untuk mengupas fenomena tertentu, untuk menggali pola hubungan suatu fenomena, hingga akhirnya menemukan suatu teori baru.
  2. Tujuan verifikatif atau pembuktian, yaitu sebuah riset yang diadakan untuk menguji kebenaran konsep atau teori yang telah ada dalam suatu bidang atau ilmu terntentu. Data yang diperoleh bisa juga digunakan untuk membuktikan adanya keragu-raguan terhadap informasi, atau pengetahuan tertentu. Sebagai contoh, dalam teori kepariwisataan disebutkan bahwa sarana prasarana wisata merupakan unsur penunjang kepuasan wisatawan. Oleh karena itu, seorang peneliti berniat untuk menguji kebenaran dari teori tersebut.
  3. Tujuan developmental atau pengembangan, yaitu riset yang bertujuan untuk mengembangkan sesuatu dalam bidang yang telah ada. Riset jenis ini dapat juga digunakan untuk memperdalam atau memperluas pengetahuan yang telah ada. Misalnya pengembangan atau rekayasa jalur untuk penunjang aksebilitas di suatu destinasi wisata.

Penelitian memiliki peran penting dalam mendukung segala bentuk kegiatan manusia, diantara peranan penelitian sebagai berikut : 
  1. Penelitian sebagai pemecah masalah, meningkatkan kemampuan manusia dalam menginterprestasikan fenomena-fenomena dari suatu masalah yang kompleks dan saling terkait. Contohnya adalah rantai suport dalam industri pariwisata.
  2. Memberikan jawaban atas pertanyaan dalam bidang yang diajukan, serta meningkatkan kemampuan untuk menjelaskan atau menggambarkan fenomena-fenomena dari masalah tersebut.
  3. Memberikan pengetahuan atau ilmu baru, meskipun hasil penelitian terkadang tidak dapat langsung digunakan.
Uraian di atas secara tidak langsung seperti apa yang telah dibicrakaan pada pembicaraan yang sebelumnya yaitu menjawab mengapa riset diperlukan.

Pembahasan riset pariwisata selanjutnya, klik disini

Artikel lengkap dapat di download di https://doi.org/10.31227/osf.io/fcnzh 

Riset Dalam Bidang Kepariwisataan


Pertumbuhan ekonomi, kemajuan teknologi dan kemudahan akses informasi menjadi faktor pemicu trend pertumbuhan permintaan pariwisata global. Pertumbuhan permintaan pariwisata seharusnya merupakan peluang yang sangat potensial bagi pengembangan pariwisata negara kita. Masalahnya, pada sisi yang lain pariwisata justru seringkali salah kelola. 

Sangat banyak pengembangan daya tarik wisata di berbagai daerah yang hanya sekedar mengikuti trend foto selfi, sehingga banyak sekali dibuat beraneka macam wahana foto di destinasi yang hanya dibuat secara “asal laku” mengukuti trend upload foto di media sosial, tanpa mempedulikan aspek budaya, alam, dan nilai-nilai lokal. Contoh, pembuatan miniatur ikon negara lain pada salah satu destinasi di Yogyakarta. Dampaknya, destinasi tersebut laku keras “booming” dalam beberapa waktu, kemudian surut secara cepat lalu ditinggalkan. Spot foto yang sudah tidak laku menjadi sebuah polusi lansekap pemandangan karena tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya lokal. Ada lagi kasus pembangunan icon negara asing yang digadang-gadang laku keras, namun nyatanya justru mengundang banyak protes keras dari berbagai aktifis lingkungan. 

Penulis sangat setuju bahwa destinasi wisata yang dikelola masyarakat lokal sangat bermanfaat bagi perkembangan sosio-ekonomi masyarakat. Akan tetapi, pengelolaan pariwisata berbasis masyarakat terkadang tidak lepas dari berbagai masalah. Masyarakat lokal yang masih minim pengetahuan tentang pengelolaan destinasi, terkadang salah kaprah dalam membangun sarana prasarana wisata yang sebenarnya tidak dibutuhkan wisatawan. Parahnya, konsep pembangunan yang asal-asalan tersebut seringkali didukung kucuran dana yang melimpah dari pemodal. Destinasi wisata alam yang seharusnya menonjolkan sisi-sisi eksotisme, keunikan, kealamiahnya, serta medan perjalananya yang menantang, justru seringkali hilang karena pembangunan sarana wisata yang berlebihan. 

Pembangunan tersebut dilakukan dengan berbagai alasan yang ditujukan untuk menambah kemudahan, kenyamanan, dan kepuasan wisatawan. Padahal kenyataan yang terjadi justru sebaliknya, seringkali wisatawan berkualitas justru tidak berminat dengan destinasi wisata alam yang telah kehilangan sisi-sisi kealamiahannya. 

Pariwisata sebagai bidang bisnis yang dioperasionalkan dengan ilmu terapan seringkali disertai berbagai masalah yang cukup kompleks. Mengatasi kompleksitas masalah dalam pembanguanan pariwisata dibutuhkan pendekatan dari berbagai disiplin ilmu untuk mengatasinya, baik itu ilmu alam maupun ilmu sosial. Sedangkan manajemen pariwisata yang baik adalah manajemen berbasis riset. 

Riset Dalam Bidang Kepariwisataan
Aset pariwisata budaya, sumber: pxhere.com
Manajemen berbasis riset berarti segala kebijakan manajerial yang diambil bukan hasil dari praduga, felling, atau manajemen kira-kira saja (trial and error). Melainkan harus berdasar pada hasil riset, dengan pendekatan yang ilmiah, bersandar pada nilai-nilai rasional, empiris, dan juga sistematis, seperti telah diuraikan sebelumnya. 

Bisnis pariwisata sebagai bisnis berskala global juga membawa berbagai tantangan sosial-budaya yang harus segara dijawab oleh peneliti, praktisi, ataupun para mahasiswa pariwisata melalui riset-risetnya yang mutakhir, agar segera dapat diimplementasikan secara manajerial, baik dalam tata kelola skala makro maupun mikro. 

Implementasi manajerial di lapangan, pengelolaan pariwisata seringkali membutuhkan pendekatan riset kuantitatif untuk mengupas berbagai permasalahan manajerial. Oleh karena itu, pembahasan dalam buku ini difokuskan untuk mengenalkan metode kuantitatif untuk riset kepariwisataan kepada para peneliti pemula maupun mahasiswa guna menambah perbendaharaan metode serta teknik-teknik risetnya agar diperoleh hasil penelitian baru yang lebih mutakhir, tepat guna, serta mampu memenuhi tuntutan industri pariwisata yang semakin beragam dan kompleks permasalahanya. Perlu ditekankan bahwa tidak ada suatu negara yang maju tanpa melibatkan banyak daya serta dukungan dana untuk kegiatan penelitian. Mau atau tidak mau, riset harus menjadi ujung tombak suatu Negara guna menjawab tantangan zaman.

Pembahasan riset pariwisata selanjutnya, klik disini

Artikel lengkap dapat di download di https://doi.org/10.31227/osf.io/fcnzh 

Mengapa Riset Pariwisata Perlu Dilakukan?

Hakekat kehidupan manusia untuk memenuhi kebutuhan untuk mewujudkan kepuasan baik lahiriah maupun batiniah. Rasa ingin tahu, ingin mengembangkan sebuah fenomena/teori, ingin menemukan sesuatu dan sebagainya adalah kebutuhan manusia yang bisa dipenuhi melalui kegiatan penelitian (riset).

Riset berawal dari keinginan seseorang atau sekelompok orang untuk memperoleh sebuah kebenaran. Kebenaran yang dimaksud yaitu suatu ilmu pengetahuan yang benar yang dapat memenuhi/ memuaskan manusia atau dapat menjawab ke-ingin-tau-an manusia. Kebenaran juga merupakan persesuaian antara pengetahuan dengan objeknya.
Riset Pariwisata
Ilustrasi, sumber: picnio.com

Sebuah riset membutuhkan metode ilmiah, artinya ada pedoman-pedoman yang harus dipenuhi sebagai standar sebuah penelitian. Metode ilmiah dalam sebuah riset terkandung maksud :
  1. Metode ilmiah bersifat kritis dan analitis, karakteristik ini mendorong suatu kepastian dan proses penyelidikan untuk mengidentifikasi masalah dan metode untuk mendapatkan solusinya.
  2. Metode ilmiah adalah logis, artinya merujuk pada metode dari argumentasi ilmiah, kesimpulan secara rasional diturunkan dari bukti-bukti yang ada
  3. Metode ilmiah adalah objektif, mengandung makna bahwa hasil yang diperoleh sama dengan penelitian lain pada kondisi yang sama. Dengan kata lain hasil penelitian dikatakan ilmiah apabila dapat dibuktikan kebenarannya.
  4. Metode ilmiah bersifat konseptual dan teoritis, artinya ilmu pengetahuan mengandung arti pengembangan struktur konsep dan teoritis untuk menuntun dan mengarahkan upaya penelitian.
  5. Metode ilmiah adalah empiris, artinya berstandar pada realitas
  6. Metode ilmiah adalah sistematis, artinya mengandung arti suatu prosedur yang cermat dan mengikuti aturan tertentu yang baku.
Metode ilmiah dengan pemikiran kritis sudah lama dilakukan kebanyakan orang melalui pemikiran silogisma yaitu membuat kesimpulan berdasarkan premis (kejadian empiris) yang ada. Dari pemikiran tersebut munculah pola berfikir deduktif (penarikan kesimpulan untuk hal spesifik dari sebuah gejala umum), dan pola berpikir induktif (penarikan kesimpulan dari sesuatu yang khusus ke hal yang sifatnya umum). Kedua pola berpikir ini digunakan secara bersama-sama sebagai pendekatan penelitian untuk dapat menghasilkan sesuatu yang maksimal, namun pada kenyataannya sulit dilakukan. Bentuk penelitian kuantitatif lebih menngandalkan pola berfikir deduktif sedangkan bentuk penelitian kualitatif lebih berorientasi pada pedekatan induktif

Contoh pola berfikir deduktif
  1. Semua mahasiswa  dinyatakan aktif jika melakukan pengisian Kartu Rencana Studi (KRS)
  2. Andi dinyatakan mahasiswa aktif 
  3. Oleh karena itu, Andi melakukan pengisian KRS
Contoh pola berpikir induktif
  1. Mahasiswa Diploma III Pariwisata mengenakan pakaian hitam putih saat kuliah
  2. Mahasiswa Diploma IV Pariwisata mengenakan pakaian hitam putih saat kuliah
  3. Kesimpulan semua mahasiswa D III dan D IV mengenakan pakaian hitam putih saat kuliah
Pembahasan riset pariwisata selanjutnya, klik disini

Artikel lengkap dapat di download di https://doi.org/10.31227/osf.io/fcnzh