Wednesday, June 12, 2019

Geowisata : Pemanfaatan Gejala Alam sebagai Daya Tarik Wisata


Gejala alam tidak biasa, terkadang mengganggu aktifitas manusia yang kadang disebut sebagai bencana. Akan tetapi dalam ilmu alam (geologi), fenomena alam bukan disebut sebagai bencana. Lebih ditegaskan bahwa, tidak ada suatu gejala alam apapun yang menimbulkan bencana. Justru manusialah yang kadang kurang mengenal alam yang mereka tingali. Timbulnya bencana umumnya disebebkan oleh rekayasa manusia yang tidak mengacu daya dukung lingkungan. Seperti banjir di pemukiman di bantaran sungai, sesungguhnya itu bukan bencana, melainkan memang itu  hak sungai untuk melewatinya, karena zona pasang surut yang sebetulnya merupakan bagian dari sungan telah berubah fungsi sebagai pemukiman penduduk.
Aliran sungai mengikis tebing sehingga menjadi longsor; air laut pasang menyebabkan abrasi dan lain sebagainya; permukaan dasar sungai menyebabkan aanya arus lebih deras; gunung meletus. Masih banyak lagi fenomena-fenomena alam lainya yang tidak dapat dijelaskan satu persatu dalam buku ini.
Aplikasi geologi untuk wisata, baca disini

Wisata Anak Gunung Krakatau
Wisata Anak Gunung Krakatau, 

Dalam kegiaan wisata alam, jalur wisata seringkali melintasi pada daerah yang memiliki bayangan gejala alam seperti diatas yang kadang menyebabkan wisatawan cemas. Tetapi hal ini dapat diredam jika wisatawan dipandu oleh pemandu wisata atau interpreter-interpreter wisata alam yang telah berpengalaman.
Dengan pemandu yang preofesional, justru gejala alam menantang yang hanya terjadi pada periode tertentu ini dapat dijadikan suatu atraksi tersendiri dalam peket wisata minat khusus. Contohnya adalah wisata ke anak gunung Krakatau, salah satu gunung api yang masih sangat aktif di Indonesia.

Wisata Anak Gunung Krakatau,
Wisata Anak Gunung Krakatau, 

Trip gunung Krakatau yang ditawarkan sangat cocok untuk wisatawan yang memiliki jiwa petualang tinggi dan menyukai kegiatan-kegiatan yang menantang. Selain dapat memenuhi rasa petualang, open trip Krakatau juga akan memberikan pengalaman baru bagi wiatawan yang belum pernah menginjakkan kaki di kepulauan Krakatau yang
merupakan gunung bersejarah karena pernah meletus hebat pada tahun 1883 dan menggemparkan seluruh bumi.
Gejala alam dapat dikembangkan menjadi daya tarik wisata asal diketahui dan dikendalikan karakteristik alamiahnya. Peningkatan daya dukung lingkungan juga dapat dilakukan dengan merekayasa sedikit tata alam menjadi lebih baik, disamping juga harus membina penduduk lokal sekitar untuk menciptakan ekologi binaan yang lebih baik. Ekologi binaan tidak mustahil lama kelamaan menjadi ekologi alamiah yang mantab dan cukup memadai untuk wisata ekologi (Ahman Sya, 2012).

Geowisata : Aplikasi Geologi untuk Kegiatan Wisata


Data geologi yang sebelumnya sudah direkam lengkap bersama keterangan-keterangan pendukungnya dapat digunakan sebagai bahan untuk merencanakan berbagai aktifitas wisata yang dapat dijadikan atraksi/ daya tarik.
Dalam peta geologi, termuat informasi mengenai topografi dan informasi tentang berbagai macam rekayasa budaya juga dapat dijadikan suatu interest tersendiri. Contohnya, wisatawan dapat mempelajari proses budaya dan teknologi pemanfaatan air bawah tanah pegunungan karst di Kabupaten Gunung Kidul D.I.Yogyakarta sebagai wawasan baru. Berbagai macam rekayasa budaya ini wajib diinformasikan secara detail oleh pemandu atau interpreter geowisata agar suatu fenomena menjadi narasi yang mudah dipahami.
Bergai bentang alam atau lansekap yang unik, juga dapat di jadikan point of interest, ketertarikan khusus bagi wisatawan. Contonya pemandangan alam berupa stalagnit gua yang indah. Atau dapat juga daya tarik berupa hubungan timbal balik dalam ekosistem, hubungan karakter alam dengan budaya manusia dan lain sebagainya.
Bagaimana mengelola geopark, baca artikelnya disini
Dalam kontek sosiologi, ritual inversi atau kecenderungan seseorang orang untuk mencari hal-hal yang berbeda dari lingkungan asalnya merupakan motivasi untuk berwisata . Keunikan di tempat lain, serta kelangkaan destinasi itulah yang  justru disenangi wisatawan. Oleh karena itu sangat penting untuk menonjolkan sisi-sisi eksotisme alam geologi kemudian mengemasnya menjadi daya tarik yang bernilai tinggi, yang sekaligus berfungsi sebagai pembeda dari destinasi wisata lain (diversifikasi), juga merupakan nilai keunggulan (value of selling).
 
Hary Hermawan Geowisata
Idol Rock Brimham, Nort Yokshire, Sumber : www.wikipedia.com

Salah satu bentuk point of interest adalah Idol Rock sebagai Daya Tarik Wisata di Brimham Moor, North Yorkshire, England. Idol rock memiliki keunikan yang sangat mencolok dibandingkan dengan batuan alam lain dilokasi. Keunikan tersebut terletak pada tingkat keseimbangan Idol Rock yang mampu berdiri secara natural dengan ditopang batu yang jauh lebih kecil secara natural. Tentu keunikan diatas mampu menjadi icon utama di kawasan geopark Brimham Moor.
Pengemasan-pengemasan fenomena geologi menjadi daya tarik seperti diatas dapat terjadi jika pengelola betul betul menginventarisir potensi geologinya. Menonjolkan sisi eksotismenya.Dengan terlebih dahulu membuat peta geologi yang mudah dipahami untuk digunakan dalam interprestasi lapangan yang akan membantu pemandu atau interpreter-intepreter dalam memberikan jasa pemanduan dan interprestasi.
Sebagai tembahan pengetahuan bahwa saat ini seluruh wisayah indonesia telah dipetakan secara geologi bersistem dengan skala 1:100.000 di Jawa dan skala 1:250.000 di luar Jawa. Tidak menutup kemungkinan pemanfaat GPS melalui smart phone sebagai alat bantu pengenalan kawasan.

Hary Hermawan Geowisata


Geowisata : Tata Kelola Geopark


Sebelumnya penulis menekankan bahwa wilayah yang menjadi daerah tujan geowisata tidak harus menjadi sebuah geopark. Cukuplah bahwa suatu wiyah memiliki keindahan, keaslian, keunikan berupa bentang alam geologi yang bernilai untuk dikunjungi sebagai daerah tujuan wisata. Akan tetapi lebih bagus pula jika suatu kawasan geowisata tersebut merupakan sebuah kawasan geopark. Karena, sebuah geopark yang resmi tentu sudah melewati tahap-tahap asesment, atau penilaian dengan standarisasi ketat dari berbagai organisasi yang berwenang.

Geowisata Hary Hermawan
Hangzhou Daming Geopark, Sumber : pixabay.com
Menurut konsep Eroupean Geopark Network(EGN), geopark didifinisikan sebagai kawasan dengan batas yang didefinisikan secara baik yang terdiri dari wilayah luas yang memungkinkan pembangunan lokal berkelanjutan, pada aspek ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan.
Sedangkan UNESCO (2006) medefinisikan geopark sebagai wilayah kawasan lindung berskala nasional yang mengandung sejumlah situs warisan geologi penting, yang memiliki daya tarik keindahan dan kelangkaan tertentu, yang dapat dikembangkan sebagai bagian dari konsep integrasi konservasi, pendidikan dan pengembangan ekonomi lokal.
Dari beberapa konsep diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa konsep geopark merupakan konsep penataan kawasan ruang lindung, serta sebuah merupakan kesempatan untuk mencapai pembangunan berkelanjutan.
Baca Juga artikel mengenai geowisata sebagai daya tarik wisata minat khusus
Kunci penting dalam pembagunangeoparka adalah pengembangan ekonomi lokal dan perlindungan lingkungan alam.
Geopark dalam kegiatan geowisata juga dapat dijadikan sebagai wahana dalam penyampaian pengetahuan geologi kepada masyarakat dan wisatawan. kunci penting dalam manajemen geopark adalah kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan yang menjadi warisan geologi, hingga tercapai geokonservasi berbasis pada kearifan lokal.
Oleh karena itu, selain upaya konservasi secara langsung. Pendidikan juga merupakan elemen penting yang harus terdapat dalam pengelolaan geopark. Tujuan geopark adalah  untuk mengeksplorasi, mengembangkan, dan merayakan hubungan antara warisan geologi, dan  semua aspek kawasan lindung, budaya, dan warisan tak berwujud.
Oleh karena itu, dalam geopark tidak hanya terdapat warisan geologi, melainkan juga warisan budaya arkeologi , dan biodiversiti (Setyadi, 2012).
Untuk dapat bergabung dalam wadah Global Geopark Nerwork (GGN), UNESCO menetapkan beberpa kriteria yang sebelumnya harus dipenuhi.
Namun jika geopark tidak memenuhi semua kriteria yang ditatapkan untuk menjadi GGN, akan direkomendasikan lagi oleh GGN, beberapa langkah perlu diklakukan untuk memastikan bahwa kriteria standar GGN tetap ditaati (UNESCO).
Kriteria Geopark yang ditetapkan GGN meliputi : (1) Luas kawasan cukup untuk menampung kegiatan geopark; (2) Pembentukan manajemen dan pelibatan masyarakat lokal dalam tata kelola; (3) Pengembangan ekonomi lokal; (4) Pendidikan untuk masyarakat umum, konservasi dan perlindungan (5) Geopark tersebut harus dalam jaringan global geopark atau jaringan regional. Guidelines and Criteria for National  Geoparks Seeking UNESCO’s Assistance to Join the Global Geopar-ks Network, menyebutkan beberapa kriteria geopark sebagai berikut :

1.      Ukuran dan Parameter  Daerah
Ukuran dan parameter  daerah  yang  akan  menja-di  kawasan  geopark  harus  memiliki  batas  yang jelas  dan  luas  permukaan yang cukup besar untuk dapat mencakup aktivitas pengembangan budaya dan  ekonomi lokal.
Selain itu juga harus terdapat sejumlah situs warisan geologi yang penting  dan Berskala internasional, yang langka dan memiliki nilai ilmiah, serta keindahan. 
Selain  bersifat  geoheritage,  unsur  non‐geologi  atau  warisan  lainnya  juga  terintegrasi   sebagai  bagian dari geoparkcontohnya kearifan tata budaya masyarakat lokal sekitar.
Contohnyakawasan wisata taman alam batuan tua Ciletuh di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat mendapatkan sertifikat sebagai Geopark Nasional dari Komite Nasional Indonesia untuk UNESCO dan Kementerian ESDM pada tahun 2015 lalu karena telah memenuhi sejumlah persyaratan untuk sebuah taman bumi atau geopark.
Kawasan seluas 120 ribu hektar ini memenuhi persyaratan sebagai geopark, karena memiliki keragaman fenomena geologi, memiliki keragaman biologi, dan memiliki keragaman budaya (www.voaindonesia.com).
Ciletuh memiliki potensi daya tarik wisata yang sangat sangat komplit. Wisatawan disuguhkan berbagai daya tarik seperti : hamparan pemandangan sangat menakjubkan, mulai dari air terjun (curug), batuan purba, sungai, sawah dan gugusan pegunungan dan luasnya lautan.
2.      Manajemen Pengelolaan 
Prasyarat untuk setiap usulan geopark adalah adanya pembentukan badan manajemen dan sebuah rencana pembangunan yang komprehensif.Pendekatan  manajemen  umumnya  dalam  bentukkomite  koordinasi  yang  bertindak  untuk  mempertemukan  para  pemangku  kepentingan  utama yang  bertanggung  jawab  untuk  pengembangan sektor masingmasing, bekerja sebagai sebuah tim dengan cara yang lebih terintegrasi.
Salah satu faktor kunci keberhasilan dalam inisiatifuntuk membuat geopark  adalah keterlibatan pemerintah lokal dan masyarakat dengan komitmen dukungan yang  kuat dari pemerintah pusat.

3.      Pengembangan Ekonomi
Salah satu tujuan strategis utama dari pembentukan geopark adalah untuk merangsang  kegiatan ekono-mi dan mempromosikan pembangunan berkelajuta
Seperti halnya tujuan pariwisata yang selalu digadang-gadang menjadi pilar pembangunan ekonomi nasional.Untuk alasan ini,  geopark  akan  menstimulasi,  antara  lain:  penciptaan  suatu  kegiatan  usaha  lokal yang inovatif, pusat bisnis skala kecil, industri rumahan dan kursus pelatihan yang berkualitas dan pembukaan lapangan pekerjaan baru untuk mendukung pembangunan sosial dan ekonomi  lokal, kususnya melalui pengelolaan geowisata.
Mencontoh pengelolaan Geopark Gunung Api Purba di GeowisataNganggeran, 100 persen pengelola adalah masyarakat lokal sendiri. Hal ini ditujukan untuk mengoptimalkan manfaat pengelolaan geopark untuk pengembangan ekonomi lokal. Terbukti pengelolaan Gunung Api Purba Nganggeran mampu memicu pertumbuhan ekonomi desa yang cukup signifikan (Hermawan, 2016).
4.      Aspek Pendidikan
Geowisata merupakan salah satu motif wisata berbasis edukasi seperti yang pernah diungkapkan Cohen (2008), bahwa pendidikan dan pariwisata merupakan dua hal yang berbeda, tetapi keduanya dapat saling bersinergi dan saling melengkapi. Proses pendidikan yang dilaksanakan dalam aktivitas wisata merupakan metode pembelajaran yang aktif dan kreatif, serta merupakan alternatif metode belajar yang efektif.
Pengelolaan geopark menjadi goewisata yang bernilai edukasi serta dapat menjadi sarana menumbuhkan rasa kebanggaan dan kecintaan terhadap kakayaan alam dan bangsa.
Dalam pengemasan wisata yang bermuatan edukasi,  memperoleh pendidikan dan pembelajaran merupakan hal utama yang harus ditawarkan pengelola kepada wisatawan sebagai nilai jual. 
Geopark harus menyediakan dan mendukung peralatan dan kegiatan untuk pengembangan  ilmu peng-etahuan, terutama pengetahuan geo-science dan ko-nsep perlindungan lingkungan kepada publik. Beberapa infrastruktur dasar, seperti  pusat informasi, museum sejarah dan  pengetahuan alam, dan pengembangan rute geotrack untuk kepentingan studi lapangan  sangat penting untuk mendukung pendidikan publik.
5.      Apek Konservasi dan Perlindungan
Selain sebagai kawasan lindung, geopark adalah sarana pembangunan sosio-ekonomi lokal.
Otoritas pengelola  kawasan geopark bertanggung jawab untuk memastikan bahwa perlindungan dari warisan  geologi dilaksanakan sesuai dengan nilai‐nilai tradisi lokal dan sesuai dengan ketentuan  peraturan yang berlaku.
Pencagaran fenomena geologi yang unik dan bernilai historis sangat diperlukan dalam pengelolaan geowisata atau geopark. Sebab bentuk alamiah seperti apapun sangat mudah rusak jika tidak dilakukan perawatan dan pencagaran dengan baik dan benar. Seperti disebutkan dalam kriteria daya tarik wisata alam pada bab sebelumnya bahwa daya tarik wisata alam memiliki karakteristik yang mudah rusak dan tidak tergantikan, maka pengelolaan untuk kegiatan pariwisata hendaknya dilakukan secara hati-hati.
Pola pengembangan pariwisata yang cocok untuk diterapkan adalah pola pengembangan yang berkelanjutan.Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan untuk memenuhi kebutuhan hidup saat ini tanpa merusak atau menurunkan kemampuan generasi mendatang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (World Commission on Environmenoutal and Development, 1987).
Piagam pariwisata berkelanjutan juga telah menekankan, bahwa pariwisata harus didasarkan pada kriteria yang berkelanjutan yang intinya adalah pembangunan harus didukung secara ekologis dalam jangka panjang dan sekaligus layak secara ekonomi, adil secara etika dan sosial terhadap masyarakat lokal (Arida, 2006).
Konsep pariwisata berkelanjutan yaitu :
a.       Kegiatan kepariwisataan tersebut dapat memberikan manfaat ekonomi terhadap masyarakat setempat
b.      Kegiatan kepariwisataan tersebut tidak merusak lingkungan
c.       Kegiatan kepariwisataan tersebut bertanggung-jawab secara sosial
d.      Kegiatan kepariwisataan tersebut tidak bertentangan dengan budaya setempat.
Dahuri dkk., (1996) menyebutkan bahwa secara ekologis terdapat tiga persyaratan yang dapat menjamin tercapainya pembangunan berkelanjutan, yaitu: (i) keharmonisan spasial; (ii) kapasitas asimilasi; dan (iii) pemanfaatan berkelanjutan
Keharmonisan spasial (spatial suitability) mensyaratkan, bahwa dalam suatu wilayah pembangunan memiliki tiga zona, yaitu zona preservasi, konservasi dan pemanfaatan (utlilization), wilayah pembangunan hendaknya tidak seluruhnya diperuntukkan bagi zona pemanfaatan, tetapi juga dialokasikan untuk zona preservasi dan konservasi. Pembangunan fasilitas pendukung pariwisata sebaiknya dilakukan di luar zona inti pencagaran, dan dilakukan secara minimal agar tidak memngganggu keserasianya dengan lingkungan, mencegah kerusakan alam, polusi lingkungan dan pemandangan hingga hal-hal yang berpotensi mengganggu lainya (Hary Hermawan, 2017).
Kapasitas asimilasi, adalah tinjauan mengenai sejauh mana alam mampu menerima aktifitas pembangunan tanpa menimbulkan dampak kerusakan, atau tercemar.
Sedangkan pemanfaat berkelanjutan adalah, pemanfaat dengan model kelola yang bijaksana. Yaitu dikelola secara optimal, bukan maksimal. Optimal berarti mengambil dan memakai sumber daya alam secara hati-hati, bijak, dan proporsional. Beragamnya kondisi geologi Indonesia menyebabkan banyak ditemukannya potensi kandungan mineral-mineral berharga yang dapat memancing oknum tidak bertanggung jawab untuk mengambil dan merusak lingkungan disekitarnya dengan melakukan penambangan liar.
6.      Kerjasama Jaringan Global 
Sebagai anggota GGN, geopark memiliki keuntungan untuk menjadi bagian dari jaringan global yang menyediakan platform cooperation dan mekanisme tukar-menukar ahli dan praktisi bidang geologi. Di bawah payung UNESCO, situs geologi lokal dan nasional dapat memperoleh pengakuan di  seluruh dunia dan mendapatkan keuntungan melalui aktivitas pertukaran pengetahuan  dan keahlian antara anggota Global Geoparks Network (GGN) (UNESCO, 2006). 

Geowisata sebagai Daya Tarik Wisata Minat Khusus


Destinasi wisata alam umumnya tidak pernah berdiri sendiri mengadalkan alam semata. Daya tarik wisata alam tidak sekedar menjual lansekap pemandangan dan wisatawan diharapkan cukup puas dengan mengamatinya.  Akan tetapi daya tarik wisata mengadalkan alam sering dipadukan dengan daya tarik wisata lain berupa daya tarik wisata minat khusus untuk menambah nilai jual dari aktifitas wisata.
Pada prinsipnya, pariwisata minat khusus mempunyai kaitan dengan petualangan (adventure) dan pengkayaan wisatawan berupa pengetahuan dan pengalaman baru.
Aktifitas petualangan dalam daya tarik minat khusus dapat menguras tenagakarena terdapat unsur tantangan yang harus dilakukan, penyebab lainya karena bentuk kegiatan wisata ini banyak dilakukan di daerah terpencil, seperti kegiatan : tracking, hiking, pendakian gunung, rafting di sungai,  dan lainnya.

Daya Tarik Geowisata
Daya Tarik Geowisata
Selain itu wisata minat khusus, juga dikaitkan dengan upaya pengayaan pengalaman atau enrichingbagi wisatawan yang melaksanakan perjalanan ke daerah-daerah yang masih belum terjamah atau ke daerah yang masih alami.

Daya Tarik Geowisata
Bentang Alam sebagai Daya Tarik Geowisata
Ada beberapa kriteria menurut Fandeli dalam Sudana (2013), yang dapat dipergunakan sebagai pedoman dalam menetapkan suatu bentuk wisata minat khusus yakni :
a.       Learning, pariwisata yang mendasar pada unsur belajar. Dalam kasus geowisata, yang dipelajari dapat berupa bentang alam geologi : baik struktur geologinya, stratifigrafi, topografinya, jenis batuanya, kandunngan mineralnya dan lain sebagainya. Wisatawan juga dapat diajak untuk mempelajari porses-proses terbentuknya fenomena geologi diatas, serta mempelajari keterkaitanya dengan pola kehidupan masyarakat dan sebagainya.
b.      Enriching, pariwisata yang memasukkan peluang terjadinya pengkayaan pengetahuan antara wisatawan dengan masyarakat.
c.       Rewarding, pariwisata yang memasukkan unsur pemberian penghargaan. Idealnya dalam kegiatan geowisata, aktifitas tour yang ditawarkan adalah paket wisata yang mampu menumbuhkan kesadaran (awareness) bagi wisatawan serta tuan rumah wsiata untuk lebih mencintai alam, menjaga kelestarianya, serta kepedulian untuk mendukung  konservasi sumber daya alam langka dalam kasus fenomena geologi tertentu.
d.      Adventuring, pariwisata yang dirancang  dan dikemas sehingga terbentuk wisata petualangan. Kekeliruan yang umum dalam perencanaan destinasi secara konvensional adalah menambah berbagai kemudahan dengan membangun fasilitas disana-sini, pada saat destinasi wisata mulai laku. Hal ini belum tentu benar, karena fakta menujukan bahwa, wisatawan cenderung tidak terlalu peduli terhadap sarana wisata saat berkunjung ke destinasi wisata alam. Justru pengalaman dari sajian daya tarik yang cukup menantang menjadi alasan utama mereka untuk berwisata. Dalam hal ini, pembagunan sarana memang penting, akan tetapi disesuaikan dengan kebutuhan pokok wisatawan. Apakah diperlukan? atau dengan berbagai kemudahan (sarana wisata) justru menghilangkan aspek petualangan yang dicari wisatawan.

Geowisata : Mengenal Jenis-jenis Mineral


Mineral dibentuk oleh alam, umumnya berbentuk padat dan anorganik (bukan dari makhluk hidup) dengan intan sebagai pengecualian. Intan merupakan mineral karbon/ zat arang (C), kalau dibakar intan menjadi habis menjadi CO2 (karbon dioksida).
Batu Amethis (Kecubung)
Batu Amethis (Kecubung)
Dalam ilmu mineralogi (cabang ilmu geologi yang fokus mengkaji mineral), sepuluh jenis mineral dapat yang dijadikan tolak ukur kekerasan dalam skala mohs, dijelaskan secara urut sebagai berikut :

Tabel mineral

Mineral
Rumus Kimia
Kekerasan
Keterangan
Talk
Mg3Si4O10(OH2)
1
Dapat ditekan jari
Gipsum
CaSO42H2O
2
Dapat digores kuku
Kalsit
CaCO3
3
Menggores kuku
Flourit
CaF2
4
Sekeras perunggu
apatlt
Ca5(F, CI)(PO4)3
5
Sekeras pisau baja
Felpar
KAISiO5
6
Sekeras baja tarik
Kuarsa
SiO2
7
Sekeras baja rel kereta
Topas
(Al, F)S1O4
8
Semua baja dapat digores
Korondum
AlO3
9
Menggores kecuali intan
Intan
C
10
Paling keras
Sumber : (Ahman Sya, 2012)


Pemanfaatan mineral dalam industri dan kehidupan sehari-hari dapat berbagai macam. Pada umumnya mineral yang memiliki kekerasan diatas 4 sampai 10 skala mohs dapat digunakan sebagai perhiasan, misalnya untuk membuat batu cincin (batu akik). Khusus yang kekerasanya diatas 6 sampai 10 skala mohs sering disebut sebagai batu permata.

 Batu Saphire
Aneka Warna Batu Saphire
Selain tingkat kekerasan, keindahan mieral sebagai permata ditentukan oleh sifat kilap dan warnanya (flouresenya). Flouresen merupakan sifat mineral yang mampu menghasilkan kilap dan warna-warni ketika mendapat cahaya, baik merah, biru, hijau maupun warna lainya.
Salah satu contohnya adalah batu topaz yang memiliki kekerasan 8 skala mohs, yang memiliki keindahan tersendiri yaitu warnanya yang biru mengkilap ( sifat flouresen).
Bagaimana proses bumi tercipta, baca sejarah bumi disini

Geowisata : Sejarah Terbentuknya Bumi


Mempelajari geowisata serasa akan kurang jika kita kurang memahami mengenai proses dan sejarah terbentuknya bumi yang kita tempati oleh karena itu pada artikel kali ini penulis ingin menyajikan mengenai sejarah terbentuknya bumi. 

geowisata hary hermawan
Geowisata
Bumi yang saat ini kita diami telah terbentuk sejak beberpa milyar tahun yang lalu, memperlajari sejarah pembentukan bumi dijelaskan menjadi beberapa periode masa sebagai berikut :
1.      Masa Arkeozoikum (4,5 – 2,5 milyar tahun lalu)
Arkeozpoikum artinya Masa Kehidupan Purba, Masa Arkeozoikum (Arkean) merupakan masa awal pembentukan batuan kerak bumi yang kemudian berkembang menjadi protokontinen. Batuan masa ini   ditemukan di beberapa bagian dunia yang lazim disebut kraton/perisai benua. Kerak bumi terbentuk setelah pendinginan bagian tepi dari “balon bumi” (bakal calon bumi). Plate tectonic / Lempeng tektonik yang terbentuk pada masa ini. Lingkungan hidup mas itu tentunya mirip dengan lingkungan disekitar mata-air panas.
Batuan tertua tercatat berumur kira-kira 3.800.000.000 tahun. Masa ini juga merupakan awal terbentuknya Indrosfer dan Atmosfer serta awal muncul kehidupan primitif di dalam samudera berupa mikro-organisma (bakteri dan ganggang). Fosil tertua yang telah ditemukan adalah fosil Stromatolit dan Cyanobacteria dengan umur kira-kira 3.500.000.000 tahun.


Ilustrasi ZamanArkeozoikum, www.google.co.id, diakses 18 November 2017

2.      Masa Proterozoikum (2,5 milyar – 290 juta tahun lalu)
Proterozoikum artinya masa kehidupan awal. Masa Proterozoikum merupakan awal terbentuknya hidrosfer dan atmosfer.

Ilustrasi ZamanProterozoikum,www.google.co.id, diakses 18 November 2017

Pada masa ini kehidupan mulai berkembang dari organisme bersel tunggal menjadi bersel banyak (enkaryotes dan prokaryotes).
Enkaryotes ini akan menjadi tumbuhan dan prokaryotes nantinya akan menjadi binatang.
Menjelang akhir masa ini organisme lebih kompleks, jenis invertebrata bertubuh lunak seperti ubur-ubur, cacing dan koral mulai muncul di laut-laut dangkal, yang bukti-buktinya dijumpai sebagai fosil sejati pertama.
Masa Arkeozoikum dan Proterozoikum bersama-sama dikenal sebagai masa Pra-Kambrium.
3.      Zaman Kambrium (590-500 juta tahun lalu)
Kambrium berasal dari kata “Cambria” nama latin untuk daerah Wales di Inggris sana, dimana batuan berumur kambrium pertama kali dipelajari.

Ilustrasi ZamanKambrium, sumber: www.google.co.id, diakses 18 November 2017

Pada masa Kambrium ini, banyak hewan invertebrata mulai muncul pada zaman Kambrium. Hampir seluruh kehidupan berada di lautan. Hewan zaman ini mempunyai kerangka luar dan cangkang sebagai pelindung. Fosil yang umum dijumpai dan penyebarannya luas adalah, Alga, Cacing, Sepon, Koral, Moluska, Ekinodermata, Brakiopoda dan Artropoda (Trilobit).
Sebuah daratan yang disebut Gondwana (sebelumnya pannotia) merupakan cikal bakal Antartika, Afrika, India, Australia, sebagian Asia dan Amerika Selatan. Sedangkan Eropa, Amerika Utara, dan Tanah Hijau masih berupa benua-benua kecil yang terpisah.
4.      Zaman Ordovisium (500 – 440 juta tahun lalu)
Zaman Ordovisium dicirikan oleh munculnya ikan tanpa rahang (hewan bertulang belakang paling tua) dan beberapa hewan bertulang belakang yang muncul pertama kali seperti Tetrakoral, Graptolit, Ekinoid (Landak Laut), Asteroid (Bintang Laut), Krinoid (Lili Laut) dan Bryozona.

Ilustrasi ZamanOrdovisum, sumber: www.google.co.id, diakses 18 November 2017

Koral dan Alga berkembang membentuk karang, dimana trilobit dan Brakiopoda mencari mangsa. Graptolit dan Trilobit melimpah, sedangkan Ekinodermata dan Brakiopoda mulai menyebar. Meluapnya Samudra dari Zaman Es merupakan bagian peristiwa dari zaman ini. Gondwana dan benua-benua lainnya mulai menutup celah samudera yang berada di antaranya.

5.      Zaman Silur (440 – 410 juta tahun lalu)
Zaman silur merupakan waktu peralihan kehidupan dari air ke darat.

Ilustrasi ZamanSilur, sumber: www.google.co.id, diakses 18 November 2017

Tumbuhan darat mulai muncul pertama kalinya termasuk Pteridofita (tumbuhan paku). Sedangkan Kalajengking raksasa (Eurypterid) hidup berburu di dalam laut. Ikan berahang mulai muncul pada zaman ini dan banyak ikan mempunyai perisai tulang sebagai pelindung.
Selama zaman Silur, deretan pegunungan mulai terbentuk melintasi Skandinavia, Skotlandia dan Pantai Amerika Utara
6.      Zaman Devon (410-360 juta tahun lalu)
Zaman Devon merupakan zaman perkembangan besar-besaran jenis ikan dan tumbuhan darat. Ikan berahang dan ikan hiu semakin aktif sebagai pemangsa di dalam lautan. Serbuan ke daratan masih terus berlanjut selama zaman ini. Hewan Amfibi berkembang dan beranjak menuju daratan. Tumbuhan darat semakin umum dan muncul serangga untuk pertama kalinya. Samudera menyempit sementara, benua Gondwana menutupi Eropa, Amerika Utara dan Tanah Hijau (Green Land).
7.      Zaman Karbon (360 – 290 juta tahun lalu)
Reptilia muncul pertama kalinya dan dapat meletakkan telurnya di luar air.

Ilustrasi ZamanKarbon, sumber: www.google.co.id, diakses 18 November 2017

Serangga raksasa muncul dan ampibi meningkat dalam jumlahnya. Pohon pertama muncul, jamur Klab, tumbuhan ferm dan paku ekor kuda tumbuh di rawa-rawa pembentuk batubara. Pada zaman ini benua-benua di muka bumi menyatu membentuk satu masa daratan yang disebut Pangea, mengalami perubahan lingkungan untuk berbagai bentuk kehidupan. Di belahan bumi utara, iklim tropis
menghasilkan secara besar-besaran, rawa-rawa yang berisi dan sekarang tersimpan sebagai batubara.
8.      Zaman Perm (290 -250 juta tahun lalu)
“Perm” adalah nama sebuah propinsi tua di dekat pegunungan Ural, Rusia.Reptilia meningkat dan serangga modern muncul, begitu juga tumbuhan konifer dan Grikgo primitif. Hewan Ampibi menjadi kurang begitu berperan. Zaman perm diakhiri dengan kepunahan micsa dalam skala besar, Tribolit, banyak koral dan ikan menjadi punah.
Benua Pangea bergabung bersama dan bergerak sebagai satu massa daratan, Lapisan es menutup Amerika Selatan, Antartika, Australia dan Afrika, membendung air dan menurunkan muka air laut. Iklim yang kering dengan kondisi gurun pasir mulai terbentuk di bagian utara bumi.
9.      Zaman Trias (250-210 juta tahun lalu)
Gastropoda dan Bivalvia meningkat jumlahnya, sementara amonit menjadi umum. Dinosaurus dan reptilia laut berukuran besar mulai muncul pertama kalinya selama zaman ini. Reptilia menyerupai mamalia pemakan daging yang disebut Cynodont mulai berkembang. Mamalia pertamapun mulai muncul saat ini. Dan ada banyak jenis reptilia yang hidup di air, termasuk penyu dan kura-kura. Tumbuhan sikada mirip palem berkembang dan Konifer menyebar. Benua Pangea bergerak ke utara dan gurun terbentuk. Lembaran es di bagian selatan mencair dan celah-celah mulai terbentuk di Pangea.
10.  Zaman Jura (210-140 juta tahun lalu)
Pada zaman ini, Amonit dan Belemnit sangat umum. Reptilia meningkat jumlahnya. Dinosaurus menguasai daratan, Ichtiyosaurus berburu di dalam lautan dan Pterosaurus merajai angkasa. Banyak dinosaurus tumbuh dalam ukuran yang luar biasa.

Ilustrasi ZamanJura, sumber: www.google.co.id, diakses 18 November 2017

Pada zaman Jura juga ditandai dengan munculnya burung sejati pertama (Archeopterya) berevolusi dan banyak jenis buaya berkembang. Tumbuhan Konifer menjadi umum, sementara Bennefit dan Sequola melimpah pada waktu ini.
Pangea terpecah dimana Amerika Utara memisahkan diri dari Afrika sedangkan Amerika Selatan melepaskan diri dari Antartika dan Australia. Zaman ini merupakan zaman yang paling menarik anak-anak setelah difilmkannya Jurrasic Park.
11.  Zaman Kapur (140-65 juta tahun lalu)
Banyak dinosaurus raksasa dan reptilia terbang hidup pada zaman ini. Mamalia berari-ari muncul pertama kalinya. Pada akhir zaman ini Dinosaurus, Ichtiyosaurus, Pterosaurus, Plesiosaurus, Amonit dan Belemnit punah. Mamalia dan tumbuhan berbunga mulai berkembang menjadi banyak bentuk yang berlainan. Iklim sedang mulai muncul. India terlepas jauh dari Afrika menuju Asia. Zaman Kapur merupakan zaman akhir dari kehidupan biantang-binatang raksasa.
12.  Zaman Tersier (65 – 1,7 juta tahun lalu)
Pada zaman tersier terjadi perkembangan jenis kehidupan seperti munculnya primata dan burung tak bergigi berukuran besar yang menyerupai burung unta, sedangkan fauna laut sepert ikan, moluska dan echinodermata sangat mirip dengan fauna laut yang hidup sekarang.

Ilustrasi ZamanTersier, sumber: www.google.co.id, diakses 18 November 2017

Tumbuhan berbunga pada zaman Tersier terus berevolusi menghasilkan banyak variasi tumbuhan, seperti semak belukar, tumbuhan merambat dan rumput. Pada zaman Tersier – Kuarter, pemunculan dan kepunahan hewan dan tumbuhan saling berganti seiring dengan perubahan cuaca secara global
13.  Zaman Kuarter (1,7 juta tahun lalu – sekarang)
Zaman Kuarter terdiri dari kala Plistosen dan Kala Holosen. Kala Plistosen mulai sekitar 1,8 juta tahun yang lalu dan berakhir pada 10.000 tahun yang lalu. Kemudian diikuti oleh Kala Holosen yang berlangsung sampai sekarang.
Pada Kala Plistosen paling sedikit terjadi 5 kali jaman es (jaman glasial). Pada jaman glasial sebagian besar Eropa, Amerika utara dan Asia bagian utara ditutupi es, begitu pula Pegunungan Alpen, Pegunungan Cherpatia dan Pegunungan Himalaya Di antara 4 jaman es ini terdapat jaman Intra Glasial, dimana iklim bumi lebih hangat.
Manusia purba jawa (Homo erectus yang dulu disebut Pithecanthropus erectus) muncul pada Kala Plistosen. Manusia Modern yang mempunyai peradaban baru muncul pada Kala Holosen. Flora dan fauna yang hidup pada Kala Plistosen sangat mirip dengan flora dan fauna yang hidup sekarang.

MICE merupakan bentuk aktifitas wisata, ingin tahu lebih lanjut? baca artikelnya disini