Monday, March 14, 2022

Penerjunan Tim Pendamping Desa Wisata Garongan

Kegiatan penerjunan tim pendamping telah dilaksanakan pada tanggal 7 Februari 2022 di sekretariat Desa Wisata Garongan. Pada kegiatan penerjunan ini juga telah dilaksanakan koordinasi teknis pendampingan dengan pengelola desa wisata, termasuk koordinasi jadwal dan rencana kegiatan pendampingan.

Penerjunan Tim Pendamping Desa Wisata Garongan
Tim Pendamping Bersama Pengelola Desa Wisata Garongan

Pada kesempatan ini tim pendamping menggali data terkait kebutuhan pendampingan.  Permasalahan-permasalahan tata kelola desa wisata telah disampaikan Pokdarwis kepada tim pendamping, diantaranya permasalahan terkait dinamika pengelola pasca adanya pandemi, permasalahan pemasaran, tata kelola keuangan, kompetensi kepemanduan, pengembangan produk dan paket wisata dan sebagainya.

Solusi yang akan dilakukan untuk kegiatan pendampingan selanjutnya selama 15 hari pendampingan telah disepakati meliputi : 1. FGD untuk penyemaan persepsi masyarakat; 2. Pelatihan dan coaching digital marketing; 2. Pelatihan dan coaching paket wisata edutrip; 3. Pelatihan dan coaching kepemanduan Desa Wisata; 4. Pelatihan dan coaching manajemen keuangan desa wisata. Termasuk disepakatinya program pendukung yaitu pelatihan kuliner dan pelatihan pembuatan mug dan pin.


Penerjunan Tim Pendamping Desa Wisata Garongan
Foto Homestay Tempat Tinggal Tim



Sejarah Desa Garongan

 Menurut cerita dari Bapak Agus 19 Februari (2022), desa ini mendapat julukan “Garongan” karena memiliki cerita tersendiri. Menurut informasi masyarakat terdahulu, desa ini disebut sebagai tempat singgah para Garong yang berarti pencuri atau perompak dalam Bahasa Jawa. Konon disebutkan bahwa para Garong ini berasal dari Pantai Utara.

Sebelumnya, para kelompok pencuri atau Garong tersebut tidak bisa datang dan tinggal di Desa Garongan karena lokasi Desa Garongan terletak di antara lereng Gunung Merapi dan Gunung Merbabu. Jalur menuju Desa Garongan tidak bisa ditempuh dengan jalan kaki maupun berkuda, serta kondisi jalan pada waktu itu yang sangat sulit untuk dilalui.


Sejarah Desa Garongan
Foto Kawasan Desa Garongan

Setelah beberapa waktu berlalu (tidak ada sumber informasi yang valid), terjadi erupsi besar sehingga lereng-lereng diantara Gunung Merapi dan Gunung Merbabu itu runtuh. Setelah itu, beberapa puluh tahun kemudian akses untuk jalan sudah dapat dilalui. Para Garong akhirnya bisa datang dan berhenti di daerah ini karena jika mereka ke arah Utara maka tanahnya terlalu tandus dan belum bisa ditanami. Selain itu, apabila mereka ke arah Selatan sudah terdapat kepemerintahan Kasultanan Yogyakarta yang sudah berkuasa. Sehingga mereka tidak berani untuk singgah ke Selatan.

Akhirnya, Kawasan Desa Garongan menjadi satu-satunya lokasi yang sangat strategis bagi para garong untuk singgah. Setelah mereka singgah, mereka melanjutkan aktifitas mereka sebagai garong yaitu mencuri dan sebagainya. Selanjutnya garong tersebut menetap dan tinggal di Desa Garongan dari generasi ke generasi berikutnya. Namun perlu diketahui bahwa saat ini dalam kehidupan masyarakat Desa Garongan sudah tidak ada lagi budaya garong atau mencuri.

Satu-satunya yang tersisa hanya nama kawasannya yaitu Desa Garongan, yang secara administratif saat ini dibagi menjadi (dua) nama dusun, yaitu Dusun Kembang dan Dusun Pojok, yang termasuk dalam wilayah Kalurahan Wonokerto, Kapanewon Turi, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Secara Geografis Desa Wisata Garongan terletak di lereng Gunung Merapi. Berjarak 14,3 Kilometer dari puncak Gunung Merapi. Akses menuju Desa Wisata Garongan berjarak 21 Kilometer ke arah Utara dari Ibukota Daerah Istimewa Yogyakarta, atau sekitar 15 Kilometer ke arah Utara dari Ibukota Kabupaten Sleman.

Sejarah Desa Garongan
Penulis


Wednesday, December 2, 2020

Mendapat Penghargaan 14 Besar Nasional sebagai Pendamping Desa Wisata Terbaik oleh Kemenparekraf

Sebuah pengalaman baru bagi Saya membawa nama kampus STP AMPTA Yogyakarta dalam mengikuti Program Pendampingan Desa Wisata Tahun 2020 oleh Kemenparekraf RI.
Dalam event ini STP AMPTA menggandeng Desa Wisata Garongan sebagai desa dampingan.
Alhamdulillah, pengalaman perdana mengikuti event ini, Tim STP AMPTA langsung mendapat posisi 14 besar Nasional sebagai Pendamping Desa Wisata Terbaik. 
Sebuah prestasi yg cukup baik untuk Tim Kami (STP AMPTA) sebagai peserta perdana di tahun ini.

Plakat Penghargaan Pendamping Desa Wisata Terbaik dari Kemenparekraf

Laporan Pendampingan

Semoga dengan hasil ini membawa berkah kebaikan bagi saya pribadi beserta seluruh pihak yang terlibat. Saya mewakili ketua tim mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah mendukung suksesnya acara ini.



Kemenparekraf Apresiasi 20 Perguruan Tinggi Pendamping Desa Wisata

KEMENTERIAN Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) memberi apresiasi khusus kepada 20 perguruan tinggi yang melatih dan mendampingi desa wisata sehingga tata kelolanya menjadi semakin baik dan profesional. Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kemenparekraf/Baparekraf, Wisnu Bawa Tarunajaya menjelaskan, kegiatan ini merupakan bentuk apresiasi kepada 105 perguruan tinggi yang telah melakukan penandatangan kerja sama (MoU) dalam rangka pengembangan desa wisata melalui pelatihan dan pendampingan SDM pada 27 Februari 2020.

"Mereka melakukan Training of Trainer (ToT) bagi para pengajar atau dosen yang mendampingi desa wisata dengan cakupan materi seperti sadar wisata, sapta pesona, protokol CHSE (Cleanliness, Health, Safety & Environment Sustainability), pelayanan prima (exploring, packaging, presentation) dan pengembangan potensi produk pariwisata," ujar Wisnu dalam acara Apresiasi Perguruan Tinggi Terbaik dalam Pendampingan Desa Wisata 2020 di Hotel Raffles, Jakarta, Rabu, 2 Desember 2020 malam. Ia menjelaskan, momentum saat ini dinilai tepat ketika pandemi seluruh insan pariwisata memiliki lebih banyak waktu untuk meningkatkan pengetahuan hingga menambah skill diri.

"Ini juga bagian dari penyiapan SDM di desa wisata untuk berkompetisi di ranah global,” imbuhnya. Selain itu, Wisnu juga menjelaskan, implementasi protokol kesehatan di desa wisata menjadi hal yang penting, untuk menumbuhkan kepercayaan diri wisatawan yang akan datang berlibur ke desa mereka. "Ini juga menjadi momentum untuk re-save atau redesain dan revitalisasi desa wisata, sekaligus untuk daya saing pariwisata. Latar belakangnya juga agar destinasi desa wisata ini lebih berkualitas, lebih kredibel, dan mampu berkolaborasi serta bersaing di level domestik dan internasional," paparnya.

Kemenparekraf Apresiasi 20 Perguruan Tinggi Pendamping Desa Wisata

Pada kesempatan itu Kemenparekraf memberi apresiasi kepada 20 perguruan tinggi yang melakukan pelatihan dan pendampingan. Tercatat pada peringkat satu ada Sekolah Tinggi Pariwisata Riau yang melakukan pelatihan dan pendampingan di Koto Masjid. 
Kemudian secara berurutan Akademi Pariwisata Mandala Bhakti di Desa Wisata Lembah Dongde-Desa Gentungan Karang Anyar, Jawa Tengah, Universitas Negeri Jakarta (UNJ) di Desa Cisaat, Subang, Jawa Barat Universitas Fajar Makassar di Desa Kabba, Sulawesi Selatan, Politeknik Internasional Bali di Desa Wisata Bongan, Tabanan. Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti di Desa Wisata Cikolelet Serang, Banten, Universitas Negeri Padang di Kampung Wisata Payo Solok, Politeknik Sahid di Kampung Keranggan Tangerang Selatan, STIMI Handayani Denpasar di Desa Wisata Baha Mengwi. Universitas Riau Cagar Budaya Koto Sentajo di Kuantan Singingi, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa di Desa Banyuresmi Pandeglang, Banten, Sekolah Tinggi Pariwisata Mataram Desa Wisata Sembalun NTB, Poltekpar Bali di Desa Cau Belayu Tabanan, Institut STIAMI di Kampung Lengkong, serta Universitas Dian Nuswantoro di Desa Walitelon Temanggung, Jawa Tengah. Kemudian Poltek Balikpapan di Desa Mentawir, Politeknik Negeri Sambas di Desa Wisata Temajuk, STIPAR Tamalatea Makassar di Desa Wisata Datara, Sekolah Tinggi Pariwisata AMPTA di Desa Wisata Garongan Sleman, D.I. Yogyakarta, yang terakhir Universitas Syah Kuala di Desa Nilam Ranto Sabon.





Monday, November 23, 2020

Survei di Desa Wisata Garongan

Program pendampingan desa wisata merupakan inisiasi Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bersama Kementrian Desa PDTT yang bekerjasama dengan Perguruan Tinggi. Pada kesempatan ini, saya 
mendapatkan pengalaman berharga menjadi koordintor tim trainer desa wisata dari Sekolah Tinggi Pariwisata AMPTA Yogyakarta dalam kegiatan Pendampingan Desa Wisata Garongan.

Survei di Desa Wisata Garongan
Lingkungan Desa Wisata Garongan yang Masih Asri
 
Foto-foto berikut diambil saat Saya bersama tim trainer melakukan survei lapangan bersama tim trainner sebagai bentuk persiapan dalam menyusun program-program pelatihan dan pendampingan. Kegiatan survei ini dilakukan agar trainer memiliki data-data yang akurat dan up to date berupa realitas dan fakta lapangan untuk dapat digunakan dalam meyusun program-program pelatihan yang tepat sasaran. Yaitu program yang mampu menjadi solusi atas berbagai permasalahan yang ada di lapangan. 

Ruang lingkup survei adalah kawasan alam di sekitar desa wisata garongan, kondisi sekretariat, dan pengelolaan homestay yang dimiliki warga dan hal-hal lain yang berkaitan dengan tata kelola desa Wisata Garongan. Selain observasi metode lain yang digunakan dalam mencari data adalah wawancara kepada warga masyarakat, pengelola, dan pelaku usaha lokal. 

Berikut foto-foto hasil kegiatan survei lapangan

Survei di Desa Wisata Garongan
Foto Bersama Pengelola
Survei di Desa Wisata Garongan
Wawancara Dengan Pengelola yang Super Ramah
Makanan Khas Desa Wisata Garongan
Desa Garongan Memiliki Potensi Perikanan yang Melimpah
Makanan Khas Desa Wisata Garongan
Ini Paling Mengasikan, Kami Boleh Icip-icip

Friday, September 11, 2020

Webinar Rebranding Pariwisata di Era New Normal

Pandemi covid-19 menimbulkan berbagai dampak di segala lini kehidupan, tidak terkecuali sektor pariwisata yg semakin lesu. Oleh karena itu, dibutuhkan strategi terbaik agar sektor ini dapat kembali survive. Kami, mengajak pemerhati pariwisata untuk berdiskusi, sumbang saran dalam webinar bertema Rebranding Pariwisata di Era New Normal. 16 September 2020


.